tag:blogger.com,1999:blog-53135081769292258972024-02-07T20:18:11.966-08:00Islam RevolutionBerbagi Ilmu untuk Hidup yang lebih Baik :DAdmin Islam Revolutionhttp://www.blogger.com/profile/00178639993119808687noreply@blogger.comBlogger23125tag:blogger.com,1999:blog-5313508176929225897.post-90608135038291127122011-05-15T21:00:00.000-07:002011-05-25T00:48:34.911-07:00Verifikasi Tchnorati Islam Revolution<span class="status">ZVK3URX96GZE</span>Admin Islam Revolutionhttp://www.blogger.com/profile/00178639993119808687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5313508176929225897.post-66958203650988328072011-05-13T21:00:00.000-07:002011-05-25T00:21:42.924-07:00Status Orang yang Tidak berhukum dengan Hukum Allah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTdZDbWZtNSN054S_QiQGZZ_Nfxf8mtgaO2w-TucWuNu7V55QPhkPV6Q7pJuYYQCOEhqYOtbhYHCf5Crhlo53tFbaMUc7iBPyN8Q1jdQjWQseF0ApV56LOFml8vka1SsvrUoA-3VGXEHA/s1600/zabur+1+re.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="163" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTdZDbWZtNSN054S_QiQGZZ_Nfxf8mtgaO2w-TucWuNu7V55QPhkPV6Q7pJuYYQCOEhqYOtbhYHCf5Crhlo53tFbaMUc7iBPyN8Q1jdQjWQseF0ApV56LOFml8vka1SsvrUoA-3VGXEHA/s320/zabur+1+re.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><br />
<br />
(Tafsir QS al-Maidah [5]: 44)<br />
<br />
إِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَاْلأَحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ فَلاَ تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلاَ تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلاً وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ<br />
<br />
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat. Di dalamnya ada petunjuk dan cahaya. Dengan Kitab itu perkara orang-orang Yahudi oleh diputuskan para nabi yang berserah diri kepada Allah dan oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka karena mereka diperintahkan untuk memelihara kitab-kitab Allah; mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu, janganlah kalian takut kepada manusia, tetapi takutlah kepada-Ku. Janganlah kalian menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Siapa saja yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang allah turunkan, mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS al-Maidah [5]: 44).<br />
<br />
Sabab Nuzul<br />
<br />
Abu Hurairah ra. bertutur:<br />
<br />
Rasulullah saw. yang sedang duduk di tengah-tengah para Sahabatnya didatangi orang-orang Yahudi. Mereka bertanya, “Wahai Abu al-Qasim, apa yang engkau katakan tentang seorang laki-laki dan perempuan yang berzina?” Beliau tidak mengeluarkan sepatah kata pun kepada mereka hingga Beliau sampai di rumah mereka yang menjadi tempat bacaan. Beliau berhenti di depan pintu dan bersabda, “Aku bersumpah atas nama Allah yang telah menurunkan Taurat kepada Musa. Hukuman apa yang kalian temukan dalam Taurat terhadap orang muhshan yang berzina?” Mereka menjawab, “Wajahnya ditandai hitam, diarak di atas khimar, dan dicambuk.” Ada seorang pemuda di antara mereka yang diam. Ketika Rasulullah saw. melihat pemuda itu, Beliau menegaskan kembali penyumpahannya. Pemuda itu pun berkata, “Jika engkau menyumpah kami maka kami menemukannya di Taurat adalah rajam.” Nabi saw. bertanya, “Apa yang mengawali kalian mengurangi perintah Allah itu?” Dia menjawab, “Ada kerabat dari seorang raja yang berzina, lalu raja itu menunda pelaksanaan rajam. Setelah itu, ada seorang laki-laki yang berpengaruh di tengah masyarakat juga berzina. Ketika hendak dirajam, kaumnya mengelak seraya berkata, “Kami tidak akan merajam sahabat kami jika engkau tidak merajam sahabatmu.” Akhirnya di antara mereka pun terjadi kompromi dengan hukuman ini.” Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya aku menghukumi dengan apa yang ada dalam Taurat.” Beliau pun memerintahkan kedua pelaku perzinaan itu dirajam.<br />
<br />
<br />
Az-Zuhri menyatakan, “Telah sampai kepada kami bahwa QS al-Maidah ayat 44 ini turun untuk mereka. Nabi saw. juga termasuk dari mereka (maksudnya ar-nabiyyûn al-ladzîna aslamû).” (HR Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Jarir).[1]<br />
<br />
Tafsir Ayat<br />
<br />
Dalam ayat sebelumnya, Allah Swt. mencela kaum Yahudi yang berpaling dari Taurat. Karena ulah tersebut, mereka dinyatakan bukan bagian dari kaum beriman (ayat 43). Setelah itu, Allah Swt. menjelaskan keutamaan Taurat: Innâ anzalnâ at-Tawrah fîhâ hudâ wa nûr (Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat; di dalamnya ada petunjuk dan cahaya).<br />
<br />
Taurat adalah nama kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa as. Ditegaskan, di dalam Taurat itu ada hudâ wa nûr. Menurut al-Jazairi, hudâ adalah sesuatu yang mengantarkan pada maksud; nûr adalah segala sesuatu yang menunjukkan pada sasaran. Dalam konteks ayat ini, al-Jazairi menafsirkannya sebagai petunjuk dari semua kesesatan dan cahaya terang terhadap hukum-hukum, yang mengeluarkan dari gelapnya kebodohan.[2]<br />
<br />
Setelah mendeskripsikan keutamaan Taurat, berikutnya tentang orang-orang yang mengamalkannya. Allah Swt berfirman: Yahkum bihâ an-nabiyyûn al-ladzîna aslamû li al-ladzîna hâdû wa ar-rabbâniyyûn wa al-ahbâr (Dengan Kitab itu perkara orang-orang Yahudi diputuskan oleh para -nabi yang berserah diri kepada Allah serta oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka). An-nabiyyûn di sini adalah para nabi yang diutus setelah Musa as. hingga Isa as.[3] Mereka disifati al-ladzîna aslamû (yang berserah diri). Artinya, mereka menyerahkan kendali mereka kepada Allah Swt. hingga tak tersisa pilihan bagi mereka.[4] Mereka pun tunduk dan patuh pada hukum Taurat dan memutuskan perkara dengannya.<br />
<br />
Patut dicatat, sifat tersebut tidak membedakan mawshûf (perkara yang disifati) dengan yang lain. Ungkapan itu tidak menunjukkan adanya nabi yang tidak berserah diri. Penyebutan sifat tersebut dalam kerangka untuk memuji (shifah mâdihah atau ‘alâ sabîli al-madh),[5] sekaligus sebagai pujian bagi kaum Muslim, dan sindiran terhadap kaum Yahudi, bahwa mereka sesungguhnya telah keluar dari agama para nabi dan tidak lagi mengikuti petunjuk mereka.[6] Adapun penyebutan li al-ladzîna hâdû menunjukkan bahwa hukum Taurat memang khusus untuk kaum Yahudi.[7]<br />
<br />
Kata ar-rabbâniyyûn, bentuk jamak dari ar-rabbânî, menurut Qatadah, Mujahid, dan al-Dhuhak, adalah fukaha. Adapun al-ahbâr, bentuk jamak dari al-habr, berarti orang alim dari kalangan Ahlul Kitab.[8]<br />
<br />
Hukum Taurat itu berlaku hingga diutusnya Isa as. Setelah diutusnya Isa as., Bani Israil diperintahkan untuk berhukum dengan Injil (QS al-Maidah [5]: 46-47). Lalu setelah diutusnya Nabi Muhammad saw., mereka dan seluruh manusia wajib berhukum dengan al-Quran (QS al-Maidah [5]: 47).<br />
<br />
Selanjutnya Allah Swt. berfirman: bimâ [i]stuhfizhû wa kânû ‘alayh syuhadâ’ (karena mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah; mereka menjadi saksi terhadapnya). Huruf bi buntuk menunjukkan sababiyyah. Artinya, mereka semua—para nabi, orang-orang alim dan para pendeta—memutuskan perkara kaum Yahudi dengan Taurat karena memang mereka diperintahkan untuk menjaga dan memelihara Taurat.<br />
<br />
Menurut ar-Razi dan Abu Hayyan al-Andalusi, penjagaan dan pemeliharaan itu meliputi dua hal. Pertama, menjaganya dalam dada mereka dan mempelajarinya dengan lisan mereka. Kedua, menjaganya dengan mengamalkan hukum-hukumnya dan mengikuti syariahnya.[9]<br />
<br />
Mereka pun diperintahkan menjadi saksi atas Taurat. Sebagian mufassir memaknai syuhadâ’ dengan ruqabâ’ (pengawas), artinya menjaga dari perubahan dan penggantian;[10] pengurangan dan penambahan;[11] menjadi saksi bahwa kitab itu benar-benar berasal dari-Nya;[12] serta menjelaskan apa yang tersembunyi di dalamnya.[13] Meskipun demikian, tetap saja ada di antara kaum Yahudi yang berupaya mengurangi, menambah, atau mengubahnya hingga Taurat menjadi sebagaimana saat ini. Realitas ini diberitakan Allah SWT dalam firman-Nya:<br />
<br />
فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَنَسُوا حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَى خَائِنَةٍ مِنْهُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ<br />
<br />
(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (QS al-Maidah [5]:13)<br />
<br />
Juga firman Allah Swt:<br />
<br />
فَوَيْلٌ لِّلَّذِيْنَ يَكْتُبُوْنَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيْهِمْ ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللهِ لِيَشْتَرُوْا بِهِ ثَمَناً قَلِيْلاً فَوَيْلٌ لَّهُمْ مِّمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيْهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُمْ مِّمَّا يَكْسِبُوْنَ<br />
<br />
Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan. (QS al-Baqarah[2]:79)<br />
<br />
Allah Swt. pun memerintahkan kaum Yahudi pada masa Rasulullah saw. dan sesudahnya untuk melenyapkan sikap-sikap yang dapat membuat mereka tidak konsisten dengan hukum-hukum-Nya. Pertama: takut kepada manusia. Allah Swt. berfirman: Falâ takhsyawû an-nâs wakhsyawni (Karena itu, janganlah kalian takut kepada manusia, tetapi takutlah kepada-Ku).<br />
<br />
Ketika memutuskan perkara dilandasi rasa takut kepada manusia, apalagi manusia yang ditakuti itu sedang dia adili, keputusan hukumnya pasti tidak adil. Takut kepada manusia juga menjadi pangkal penyebab perbuatan menelantarkan hukum-hukum Allah Swt., mengubah, atau mengingkarinya. Oleh sebab itu, mereka harus melenyapkan sikap itu dan menggantinya dengan sikap takut hanya kepada-Nya. Ketakutan terhadap Allah Swt. melahirkan keberanian untuk menghadapi risiko apa pun dalam menjalankan hukum-hukum-Nya.<br />
<br />
Kedua: tamak terhadap harta dan kedudukan. Allah Swt. berfirman: Walâ tasytarû bi ayâtî tsaman qalîla (Janganlah kalian menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit). Ini merupakan larangan terhadap perbuatan memakan harta suht (harta haram, suap dan semacamnya) sebagai imbalan atas tindakan memutarbalikkan Kitab Allah dan mengubah hukum-hukumnya yang mereka lakukan.[14]<br />
<br />
Disamping ayat ini, larangan tersebut juga kita jumpai dalam firman Allah Swt:<br />
<br />
وَلاَ تَشْتَرُوْا بِآيَاتِيْ ثَمَنًا قَلِيْلاً وَإِيَّايَ فَاتَّقُونِ<br />
<br />
Dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa. (QS al-Baqarah [2]:41)<br />
<br />
Kemudian Allah Swt. menutup ayat ini dengan firman-nya: Waman lam yahkum bimâ anzalaLlâh faulâika hum al-kâfirûn (Siapa saja yang tidak memutuskan perkasra menurut apa yang Allah turunkan, mereka itu adalah orang-orang yang kafir).<br />
<br />
Para mufassir berbeda pendapat mengenai siapakah yang disebut dengan kâfirûn dalam ayat ini, dzâlimûn dalam ayat 45, dan fâsiqûn dalam ayat 47. Pertama: ayat ini hanya ditujukan untuk kaum kafir, tepatnya kaum Yahudi. Yang berpendapat seperti ini adalah al-Barra’ bin Azib, Abu Shalih, adh-Dhuhak, dan Ikrimah dalam satu riwayat.[15] Di antara alasannya, seorang Muslim yang melakukan dosa besar tidak bisa dinyatakan kafir karenanya.[16]<br />
<br />
Kedua: ayat ini bersifat umum, meliputi semua orang yang tidak berhukum dengan hukum Allah Swt. Di antara yang berpendapat demikian adalah Ibnu Mas‘ud, an-Nakhai,[17] Ibnu Abbas, Ibrahim, al-Hasan, as-Sudi,[18] Fakhruddin ar-Razi, Ibnu Athiyyah, al-Qinuji, as-Samarqandi, dan Mahmud Hijazi.[19] Alasan utamnya, sekalipun ayat ini turun berkenaan dengan kaum Yahudi, ungkapan kalimat tersebut bersifat umum. Kata man yang menjadi syarat itu memberikan makna umum, tidak dikhususkan kepada kelompok tertentu.[20]<br />
<br />
Pendapat yang kedua ini lebih dapat diterima. Sebab, pemahaman itu didasarkan pada kaidah yang râjih, yakni: Al-‘Ibrah bi ‘umûm al-lafdz wa lâ bi khushûsh as-sabab” (Berlakunya hukum itu dilihat dari keumuman ungkapannya, bukan dari kekhususan sebabnya).<br />
<br />
Status Orang yang Tidak Menerapkan Syariah<br />
<br />
Meskipun bersifat umum, bukan berarti semua orang yang tidak memutuskan perkara dengan hukum Alllah secara langsung dapat digolongkan sebagai kafir. Diperlukan pengkajian secara lebih cermat dan mendalam agar tidak jatuh dalam tindakan takfîr (pengkafiran) yang tidak pada tempatnya.�<br />
<br />
Perbuatan ‘memutuskan perkara dengan hukum Allah’ termasuk dalam wilayah syariah. Secara syar‘i, perbuatan tersebut termasuk dalam hukum wajib karena didasarkan pada dalil-dalil qath‘i (pasti), tsubût (penetapan sumber)-nya maupun dalâlah (penunjukan)-nya.<br />
<br />
Di antara dalil-dalil itu adalah: perintah tegas untuk memutuskan perkara dengan apa yang Allah turunkan dan larangan mengikuti hawa nafsu kaum kafir (QS al-Maidah [5]: 48, 49);� kewajiban menaati Allah Swt. dan Rasulullah saw. dan mengembalikan semua perkara yang diperselisihkan pada keduanya (QS an-Nisa’ [4]: 59); penolakan keimanan orang yang tidak mau berhukum kepada Rasulullah saw.� (QS an-Nisa’ [4]: 65); ancaman ditimpakannya fitnah atau azab yang pedih atas orang yang menyimpang dari perintah Rasulullah saw. (QS an-Nur [24]: 63); celaan terhadap orang yang meminta keputusan hukum kepada thaghût (Qs an-Nisa’ [4]: 60); dan masih banyak lagi lainnya.<br />
<br />
Sebagai persoalan yang termasuk dalam wilayah syariah, meninggalkan kewajiban ini dapat dikategorikan sebagai perbuatan dosa. Tindakan itu seperti halnya memakan riba, membunuh, mencuri, atau berzina. Memang, perbuatan itu termasuk dalam dosa besar, tetapi tidak mengeluarkan seorang Muslim dari agamanya. Pelakunya juga tidak bisa disebut murtad karenanya.<br />
<br />
Status kafir atau murtad baru dapat diberikan apabila sudah pada taraf mengingkari hukum-hukum-Nya. Jika sudah pada taraf pengingkaran, masalahnya bukan sekadar pelanggaran terhadap ketetapan hukum syariah, namun sudah masuk dalam wilayah akidah. Akidah inilah yang menjadi pembeda orang Mukmin dengan orang kafir.<br />
<br />
Sebagaimana telah terpapar kewajiban menerapkan syariah itu didasarkan pada dalil-dalil yang qath’iyy, baik qath’iy al-tsubût maupun qath’iyy al-dalâlah, maka mengingkari wajibnya memutuskan perkara dengan syariah sama halnya dengan mengingkari ayat-ayat tersebut. Sementara, mengingkari sebagian ayat al-Quran sudah cukup mengeluarkan seseorang dari keimanan. Allah Swt berfirman:<br />
<br />
إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا . أُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا<br />
<br />
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasu-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: “Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan (QS al-Nisa’ [4]: 150-151).<br />
<br />
Allah Swt juga berfirman:<br />
<br />
أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنْكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ<br />
<br />
Apakah kamu beriman kepada sebahagian al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian dari padamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat (QS al-Baqarah [2]: 85).<br />
<br />
Demikianlah pendapat para ulama ketika menjelaskan makna ayat ini. Ibnu Abbas mengatakan,<br />
<br />
mengatakan:<br />
<br />
مَنْ جَحَدَ مَا أَنْزَلَ اللهُ فَقَدْ كَفَرَ. وَمَنْ أَقَرَّ بَهَ وَلَمْ يَحْكُمْ، فَهُوَ ظَالِمٌ فَاسِقٌ<br />
<br />
Barangsiapa yang mengingkari apa yang diturunkan Allah, sungguh dia telah kafir. Dan barang siapa mengakuinya namun tidak berhukum dengannya, maka dia adalah dzalim-fasik.[21]<br />
<br />
Ikrimah juga sejalan dengan pendapat tersebut.<br />
<br />
Dia menyatakan :<br />
<br />
قوله {وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ الله} إنما يتناول من أنكر بقلبه وجحد بلسانه ، أما من عرف بقلبه كونه حكم الله وأقر بلسانه كونه حكم الله ، إلا أنه أتى بما يضاده فهو حاكم بما أنزل الله تعالى ، ولكنه تارك له ، فلا يلزم دخوله تحت هذه الآية<br />
<br />
“Firman Allah ‘waman lam yahkum bimâ anzalaLlâh’ itu mencakup orang yang mengingkari di hatinya dan mendustakan dengan lisannya. Adapun orang yang mengakui di hatinya keberadaanya sebagai hukum Allah, membenarkan dengan lisannya keberadaannya sebagai hukum Allah, hanya saja dia melakukan yang sebaliknya, maka sebenarnya dia memutuskan dengan hukum Allah, akan tetapi dia meninggalkannya, maka dia tidak termasuk dalam cakupan ayat ini.”[22]<br />
<br />
Abu Hayyan al-Andalusi juga menyitir Ibnu Mas‘ud, Ibnu Abbas, dan al-Hasan yang menyatakan bahwa ayat ini turun untuk orang-orang yang mengingkari hukum Allah dan bersifat umum meliputi semua orang yang mengingkarinya.[23] Az-Zuhaili bahkan menyatakan, pandangan yang demikian itu merupakan pandangan jumhur Ahlussunnah.[24]<br />
<br />
Bertolak dari paparan di atas, jelaslah status kafir diberikan kepada orang yang mengingkari kebenaran, kelayakan, dan kewajiban berhukum dengan hukum Allah Swt. Namun jika masih meyakini kebenaran, kelayakan, dan kewajiban berhukum dengan hukum Allah, statusny yang diberikan adalah dzalim dan fasik.<br />
<br />
Patut ditandaskan, sikap tidak berhukum dengan hukum Allah hanya menyebabkan pelakunya menderita kerugian dan kesengsaraan. Sebab, hanya ada tiga alternatif bagi orang seperti itu, yakni kafir, dzalim, atau fasik (lihat QS al-Maidah [5]: 44, 45, 47). Status kafir tentu yang paling ditakutkan. Pasalnya, status itu akan mengakibatkan seluruh amal perbuatan manusia terhapus dan sia-sia. Allah Swt berfirman:<br />
<br />
وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا وَلِقَاءِ الْآَخِرَةِ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ هَلْ يُجْزَوْنَ إِلَّا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ<br />
<br />
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mendustakan akan menemui akhirat, sia-sialah perbuatan mereka. Mereka tidak diberi balasan selain dari apa yang telah mereka kerjakan (QS al-A’raf [7]: 147).<br />
<br />
Dengan besarnya sanksi itu, siapa lagi yang masih berani menolak syariah-Nya?<br />
<br />
Wallâh a‘lam bi ash-shawâb. [Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.]Admin Islam Revolutionhttp://www.blogger.com/profile/00178639993119808687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5313508176929225897.post-39212561832086026812011-05-11T21:00:00.000-07:002011-05-14T20:20:44.968-07:00Salman Al Farisi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqtT6lIChBnMML7WqSVmZ3Yelv95F_MYok32wzC28sWSEGqwaUgSNnr3IVM3MNiqUCvlZkgm9_i9vs4FKlrxJC7GI8ieszCy62kfmBKpZrn-8haI_7Pe8KtQ1VDX0Hi9Im1TShMWQ1bnc/s1600/salman+al+farisi-+unta.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqtT6lIChBnMML7WqSVmZ3Yelv95F_MYok32wzC28sWSEGqwaUgSNnr3IVM3MNiqUCvlZkgm9_i9vs4FKlrxJC7GI8ieszCy62kfmBKpZrn-8haI_7Pe8KtQ1VDX0Hi9Im1TShMWQ1bnc/s320/salman+al+farisi-+unta.jpg" width="320" /></a></div><br />
<br />
Salman berasal dari desa Ji di Isfahan, Persia. Ia adalah anak kesayangan ayahnya, seorang bupati di daerah itu. Salman mulanya adalah penganut Majusi yang taat hingga ia diserahi tugas sebagai penjaga api.<br />
<br />
Suatu saat ia melewati sebuah gereja Nashrani yang sedang mengadakan sembahyang. Setelah masuk dan memperhatikan apa yang mereka kerjakan, Salman menjadi kagum. Ia pun bertanya tentang asal agama mereka yang ternyata berasal dari Syria. Salman mennceritakan hal ini kepada bapaknya dan mengatakan bahwa upacara kaum Nashrani sungguh mengagumkan, lebih baik dari agama Majusi yang mereka anut. Lalu terjadilah diskusi antara Salman dan bapaknya yang berujung pada dijebloskannya Salman dalam penjara dengan kaki terikat rantai.<br />
<br />
Kepada orang-orang Nashrani, Salman memberitahukan bahwa ia telah menganut agama mereka dan berpesan agar ia diberitahu jika ada rombongan dari Syiria yang datang. Setelah permintaannya dipenuhi ia pun meloloskan diri dari penjara dan bergambung dengan rombongan tersebut ke Syiria. Di Syiria ia tinggal sebagai pelayan bersama dengan seorang Uskup untuk belajar agama yang baru ia anut. Salman sangat mencintainya dan ketika menjelang wafat ia menanyakan kepada sang Uskup siapa yang harus ia hubungi sepeninggalnya. Lalu orang tersebut menceritakan tentang masa itu yang ternyata sudah dekat dengan kebangkitan seorang Nabi pengikut agama Ibrahim yang hanif, beserta tanda-tanda kenabian yang ada padanya termasuk tempat hijrahnya.<br />
<br />
Suatu hari lewatlah rombongan berkendaraan dari jazirah Arab. Salman minta agar mereka mau memintanya membawa pergi ke negeri mereka dengan imbalan sapi-sapi dan kambing-kambing hasil jerih payahnya sebagai peternak. Permintaan tersebut dikabulkan. Namun ketika sampai di negeri yang bernama Wadil Qura, rombongan tersebut menganiaya Salman dan menjualnya kepada seorang Yahudi sebagai budak. Setelah beberapa lama, Salman dibeli oleh seorang Yahudi lain dari Bani Quraidhah dan dibawa ke Madinah. Sesampainya di Madinah Salman pun akhirnya yakin bahwa negeri ini adalah sebagaimana yang disebutkan kepadanya dulu.<br />
<br />
Setelah mendengar kedatangan Rasulullah SAW yang hijrah ke Madinah, Salman pun datang menjumpai beliau beberapa kali, dan ia mendapatkan semua tanda-tanda kenabian yang pernah diceritakan kepadanya. Hal ini membuat Salman yakin akan kebenaran Rasulullah SAW dan menyatakan keislamannya. Namun statusnya sebagai budak telah menghalangi Salman untuk turut serta dalam perang Badar dan Uhud. Dengan bantuan finansial para sahabat, Salman pun akhirnya berhasil ditebus dan dimerdekakan.<br />
<br />
Ketika terjadi perang Khandaq, kaum Muslimin di Madinah diserang oleh kekuatan gabungan anti Islam dari luar dan dari dalam. Pasukan Quraisy dan Ghathfan menyerbu Madinah dari luar sedangkan Yahudi Bani Quraidhah menyerang dari dalam. Melihat kondisi ini Salman menyarankan strategi perang Persia yang asing bagi bangsa Arab, yakni penggalian parit sepanjang daerah terbuka mengelilingi kota. Melihat ini, pasukan kaum kafir yang hendak menyerbu Madinah merasa terpukul dan dipaksa berkemah di luar kota Madinah hingga pada suatu malam Allah mengirimkan angin topan yang memporak-porandakan mereka.<br />
<br />
Salman adalah sahanat utama yang taqwa, cerdas, dan bersahaja. Kendatipun dari golongan kelas atas dan seorang putera Persia, negeri yang terkenal dengan kemewahan, namun ia amat zuhud kepada dunia. Ketika menanti ajal, Sa’ad bin Abi Waqqash datang menjenguknya dan ia dapati Salman menangis, teringat pesan Rasulullah : “Hendaklah bagian masing-masingmu dari kekayaan dunia ini seperti bekal seorang pengendara”, sedangkan ia merasa hartanya masih banyak. Sa’ad mengatakan : “Saya perhatikan, tak ada yang tampak di sekelilingku kecuali satu piring dan sebuah baskom.”<br />
<br />
Sekelumit kisah sang pencari kebenaran Salman Al Faritsi ini mengandung banyak pelajaran. Kecintaan dari ayah, kedudukan terhormat sebagai anak pembesar dan penunggu api, serta kehidupan yang berkecukupan tidaklah menjadi tujuan tertinggi hidupnya. Kendatipun belum menjadi seorang muslim, Salman seakan memiliki pribadi yang hanif dengan fitrah yang bersih.<br />
<br />
Salman mampu bersifat objektif dan mau mengakui kekurangan agama Majusi yang dianutnya dibandingkan agama Nashrani yang kemudian dipeluknya. Ia pun tak segan-segan masuk Islam ketika Rasul ditunggu-tunggunya tiba. Bukanlah menjadi soal bagi Salman sang pemuda Persi untuk memeluk agama Nashrani yang berasal dari Syiria. Sungguh bahagia hati Salman, budak dari Persi untuk memeluk Islam yang dibawa oleh Muhammad, orang Arab. Kebenaran adalah dari Allah, tak peduli siapa yang menyampaikan dan darimana asalnya. Maka seseorang yang berjiwa hanif sudah sewajarnya mengikuti kebenaran yang datangnya dari Allah.<br />
<br />
Wafatnya Salman Al farisi<br />
<br />
Peristiwa ini terjadi waktu perang Khandaq, yaitu pada tahun kelima Hijrah. Beberapa orang pemuka Yahudi pergi ke Mekah menghasut orang-orang musyrik dan golongan-golongan kuffar agar bersekutu menghadapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Kaum Muslimin, serta mereka berjanji akan memberikan bantuan dalam perang penentuan vang akan menumbangkan serta mencabut urat akar Agama baru ini.<br />
<br />
Siasat dan taktik perang pun diaturlah secara licik, bahwa tentara Quraisy dan Ghathfan akan menyerang kota Madinah dari luar, sementara Bani Quraidlah (Yahudi) akan menyerang-nya dari dalam — yaitu dari belakang barisan Kaum Muslimim sehingga mereka akan terjepit dari dua arah, karenanya mereka akan hancur lumat dan hanya tinggal nama belaka.<br />
<br />
Demikianlah pada suatu hari Kaum Muslimin tiba-tiba melihat datangnya pasukan tentara yang besar mendekati kota Madinah, membawa perbekalan banyak dan persenjataan lengkap untuk menghancurkan. Kaum Muslimin panik dan mereka bagaikan kehilangan akal melihat hal yang tidak diduga-duga itu. Keadaan mereka dilukiskan oleh al-Quran sebagai berikut:<br />
<br />
Ketika mereka datang dari sebelah atas dan dari arah bawahmu, dan tatkala pandangan matamu telah berputar liar, seolah-olah hatimu telah nakh sampai kerongkongan, dan kamu menaruh sangkaan yang bukan-bukan terhadap Allah. (Q.S. 33 al-Ahzab:l0)<br />
<br />
Dua puluh empat ribu orang prajurit di bawah pimpinan Abu Sufyan dan Uyainah bin Hishn menghampiri kota Madinah dengan maksud hendak mengepung dan melepaskan pukulan menentukan yang akan menghabisi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Agama serta para shahabatnya.<br />
<br />
Pasukan tentara ini tidak saja terdiri dari orang-orang Quraisy, tetapi juga dari berbagai kabilah atau suku yang menganggap Islam sebagai lawan yang membahayakan mereka. Dan peristiwa ini merupakan percobaan akhir dan menentukan dari fihak musuh-musuh Islam, baik dari perorangan, maupun dari suku dan golongan.<br />
<br />
Kaum Muslimin menginsafi keadaan mereka yang gawat ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-pun mengumpulkan para shahabatnya untuk bermusyawarah. Dan tentu saja mereka semua setuju untuk bertahan dan mengangkat senjata, tetapi apa yang harus mereka lakukan untuk bertahan itu?<br />
<br />
Ketika itulah tampil seorang yang tinggi jangkung dan berambut lebat, seorang yang disayangi dan amat dihormati oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Itulah dia Salman al-Farisi radhiyallahu ‘anhu!’ Dari tempat ketinggian ia melayangkan pandang meninjau sekitar Madinah, dan sebagai telah dikenalnya juga didapatinya kota itu di lingkung gunung dan bukit-bukit batu yang tak ubah bagai benteng juga layaknya. Hanya di sana terdapat pula daerah terbuka, luas dan terbentang panjang, hingga dengan mudah akan dapat diserbu musuh untuk memasuki benteng pertahanan.<br />
<br />
Di negerinya Persi, Salman radhiyallahu ‘anhu telah mempunyai pengalaman luas tentang teknik dan sarana perang, begitu pun tentang siasat dan liku-likunya. Maka tampillah ia mengajukan suatu usul kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yaitu suatu rencana yang belum pernah dikenal oleh orang-orang Arab dalam peperangan mereka selama ini. Rencana itu berupa penggalian khandaq atau parit perlindungan sepanjang daerah terbuka keliling kota.<br />
<br />
Dan hanya Allah yang lebih mengetahui apa yang akan dialami Kaum Muslimin dalam peperangan itu seandainya mereka tidak menggali parit atau usul Salman radhiyallahu ‘anhu tersebut.<br />
<br />
Demi Quraisy menyaksikan parit terbentang di hadapannya, mereka merasa terpukul melihat hal yang tidak disangka-sangka itu, hingga tidak kurang sebulan lamanya kekuatan mereka bagai terpaku di kemah-kemah karena tidak berdaya menerobos kota.<br />
<br />
Dan akhirnya pada suatu malam Allah Ta’ala mengirim angin topan yang menerbangkan kemah-kemah dan memporak-porandakan tentara mereka. Abu Sufyan pun menyerukan kepada anak buahnya agar kembali pulang ke kampung mereka … dalam keadaan kecewa dan berputus asa serta menderita kekalahan pahit …<br />
<br />
Sewaktu menggali parit, Salman radhiyallahu ‘anhu tidak ketinggalan bekerja bersama Kaum Muslimin yang sibuk menggali tanah. Juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ikut membawa tembilang dan membelah batu. Kebetulan di tempat penggalian Salman radhiyallahu ‘anhu bersama kawan-kawannya, tembilang mereka terbentur pada sebuah batu besar.<br />
<br />
Salman radhiyallahu ‘anhu seorang yang berperawakan kukuh dan bertenaga besar. Sekali ayun dari lengannya yang kuat akan dapat membelah batu dan memecahnya menjadi pecahan-pecahan kecil. Tetapi menghadapi batu besar ini ia tak berdaya, sedang bantuan dari teman-temannya hanya menghasilkan kegagalan belaka.<br />
<br />
Salman radhiyallahu ‘anhu pergi mendapatkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan minta idzin mengalihkan jalur parit dari garis semula, untuk menghindari batu besar yang tak tergoyahkan itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun pergi bersama Salman radhiyallahu ‘anhu untuk melihat sendiri keadaan tempat dan batu besar tadi. Dan setelah menyaksikannya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meminta sebuah tembilang dan menyuruh para shahabat mundur dan menghindarkan diri dari pecahan-pecahan batu itu nanti….<br />
<br />
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu membaca basmalah dan mengangkat kedua tangannya yang mulia yang sedang memegang erat tembilang itu, dan dengan sekuat tenaga dihunjamkannya ke batu besar itu. Kiranya batu itu terbelah dan dari celah belahannya yang besar keluar lambaian api yang tinggi dan menerangi. “Saya lihat lambaian api itu menerangi pinggiran kota Madinah”, kata Salman radhiyallahu ‘anhu, sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan takbir, sabdanya:<br />
<br />
Allah Maha Besar! Ahu telah dikaruniai hunci-kunci istana negeri Persi, dan dari lambaian api tadi nampak olehku dengan nyata istana-istana kerajaan Hirah begitu pun kota-kota maharaja Persi dan bahwa ummatku akan menguasai semua itu.<br />
<br />
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat tembilang itu kembali dan memukulkannya ke batu untuk kedua kalinya. Maka tampaklah seperti semula tadi. Pecahan batu besar itu menyemburkan lambaian api yang tinggi dan menerangi, sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertakbir sabdanya:<br />
<br />
Allah Maha Besar! Ahu telah dikaruniai kunci-kunci negeri Romawi, dan tampak nyata olehku istana-istana merahnya, dan bahwa ummatku akan menguasainya.<br />
<br />
Kemudian dipukulkannya untuk ketiga kali, dan batu besar itu pun menyerah pecah berderai, sementara sinar yang terpancar daripadanya amat nyala dan terang temarang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun mengucapkan la ilaha illallah diikuti dengan gemuruh oleh kaum Muslimin. Lalu diceritakanlah oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau sekarang melihat istana-istana dan mahligai-mahligai di Syria maupun Shan’a, begitu pun di daerah-daerah lain yang suatu ketika nanti akan berada di bawah naungan bendera Allah yang berkibar. Maka dengan keimanan penuh Kaum Muslimin pun serentak berseru:<br />
Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya …. Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya.<br />
<br />
Salman radhiyallahu ‘anhu adalah orang yang mengajukan saran untuk membuat parit. Dan dia pulalah penemu batu yang telah memancarkan rahasia-rahasia dan ramalan-ramalan ghaib, yakni ketika ia meminta tolong kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Ia berdiri di samping Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyaksikan cahaya dan mendengar berita gembira itu. Dan dia masih hidup ketika ramalan itu menjadi kenyataan, dilihat bahkan dialami dan dirasakannya sendiri. Dilihatnya kota-kota di Persi dan Romawi, dan dilihatnya mahligai istana di Shan’a, di Mesir, di Syria dan di Irak. Pendeknya disaksikan dengan mata kepalanya bahwa seluruh permukaan bumi seakan berguncang keras, karena seruan mempesona penuh berkah yang berkumandang dari puncak menara-menara tinggi di setiap pelosok, memancarkan sinar hidayah Allah ….Nah, itulah dia sedang duduk di bawah naungan sebatang pohon yang rindang berdaun rimbun, di muka rumahnya di kota Madain; sedang menceriterakan kepada shahabat-shahabatnya perjuangan berat yang dialaminya demi mencari kebenaran, dan mengisahkan kepada mereka bagaimana ia meninggalkan agama nenek moyangnya bangsa Persi, masuk ke dalam agama Nashrani dan dari sana pindah ke dalam Agama Islam. Betapa ia telah meninggalkan kekayaan berlimpah dari orang tuanya dan menjatuhkan dirinya ke dalam lembah kemiskinan demi kebebasan fikiran dan jiwanya .. .! Betapa ia dijual di pasar budak dalam mencari kebenaran itu, bagaimana ia berjumpa dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan iman kepadanya …!<br />
<br />
Marilah kita dekati majlisnya yang mulia dan kita dengarkan kisah menakjubkan yang diceriterakannya!<br />
“Aku berasal dari Isfahan, warga suatu desa yang bernama “Ji”. Bapakku seorang bupati di daerah itu, dan aku merupakan makhluq Allah yang paling disayanginya. Aku membaktikan diri dalam agama majusi, hingga diserahi tugas sebagai penjaga api yang bertanggung jawab atas nyalanya dan tidak membiarkannya padam.<br />
<br />
Bapakku memiliki sebidang tanah, dan pada suatu hari aku disuruhnya ke sana. Dalam perjalanan ke tempat tujuan, aku lewat di sebuah gereja milik kaum Nashrani. Kudengar mereka sedang sembahyang, maka aku masuk ke dalam untuk melihat apa yang mereka lakukan. Aku kagum melihat cara mereka sembahyang, dan kataku dalam hati: “Ini lebih baik dari apa yang aku anut selama ini!” Aku tidak beranjak dari tempat itu sampai matahari terbenam, dan tidak jadi pergi ke tanah milik bapakku serta tidak pula kembali pulang, hingga bapak mengirim orang untuk menyusulku.<br />
<br />
Karena agama mereka menarik perhatianku, kutanyakan kepada orang-orang Nashrani dari mana asal-usul agama mereka. “Dari Syria”,ujar mereka.<br />
<br />
Ketika telah berada di hadapan bapakku, kukatakan kepadanya: “Aku lewat pada suatu kaum yang sedang melakukan upacara sembahyang di gereja. Upacara mereka amat mengagumkanku. Kulihat pula agama mereka lebih baik dari agama kita”. Kami pun bersoal-jawab melakukan diskusi dengan bapakku dan berakhir dengan dirantainya kakiku dan dipenjarakannya diriku ….<br />
<br />
Kepada orang-orang Nashrani kukirim berita bahwa aku telah menganut agama mereka. Kuminta pula agar bila datang rombongan dari Syria, supaya aku diberi tahu sebelum mereka kembali, karena aku akan ikut bersama mereka ke sana. Permintaanku itu mereka kabulkan, maka kuputuskan rantai. Lalu meloloskan diri dari penjara dan menggabungkan diri kepada rombongan itu menuju Syria.<br />
<br />
Sesampainya di sana kutanyakan seorang ahli dalam agama itu, dijawabnya bahwa ia adalah uskup pemilik gereja. Maka datanglah aku kepadanya, kuceriterakan keadaanku. Akhirnya tinggallah aku bersamanya sebagai pelayan, melaksanakan ajaran mereka dan belajar, Sayang uskup ini seorang yang tidak baik beragamanya, karena dikumpulkannya sedekah dari orang-orang dengan alasan untuk dibagikan, ternyata disimpan untuk dirinya pribadi. Kemudian uskup itu wafat ….dan mereka mengangkat orang lain sebagai gantinya. Dan kulihat tak seorang pun yang lebih baik beragamanya dari uskup baru ini. Aku pun mencintainya demikian rupa, sehingga hatiku merasa tak seorang pun yang lebih kucintai sebelum itu dari padanya.<br />
<br />
Dan tatkala ajalnya telah dekat, tanyaku padanya: “Sebagai anda maklumi, telah dekat saat berlakunya taqdir Allah atas diri anda. Maka apakah yang harus kuperbuat, dan siapakah sebaiknya yang harus kuhubungi. “Anakku!”, ujamya: “tak seorang pun menurut pengetahuanku yang sama langkahnya dengan aku, kecuali seorang pemimpin yang tinggal di Mosul”.<br />
<br />
Lalu tatkala ia wafat aku pun berangkat ke Mosul dan menghubungi pendeta yang disebutkannya itu. Kuceriterakan kepadanya pesan dari uskup tadi dan aku tinggal bersamanya selama waktu yang dikehendaki Allah.<br />
<br />
Kemudian tatkala ajalnya telah dekat pula, kutanyakan kepadanya siapa yang harus kuturuti. Ditunjukkannyalah orang shalih yang tinggal di Nasibin. Aku datang kepadanya dan ku ceriterakan perihalku, lalu tinggal bersamanya selama waktu yang dikehendaki Allah pula.<br />
<br />
Tatkala ia hendak meninggal, kubertanya pula kepadanya. Maka disuruhnya aku menghubungi seorang pemimpin yang tinggal di ‘Amuria, suatu kota yang termasuk wilayah Romawi.<br />
<br />
Aku berangkat ke sana dan tinggal bersamanya, sedang sebagai bekal hidup aku berternak sapi dan kambing beberapa ekor banyaknya.<br />
<br />
Kemudian dekatlah pula ajalnya dan kutanyakan padanya kepada siapa aku dipercayakannya. Ujarnya: “Anakku.’ Tak seorang pun yang kukenal serupa dengan kita keadaannya dan dapat kupercayakan engkau padanya. Tetapi sekarang telah dekat datangnya masa kebangkitan seorang Nabi yang mengikuti agama Ibrahim secara murni. la nanti akan hijrah he suatu tempat yang ditumbuhi kurma dan terletak di antara dua bidang tanah berbatu-batu hitam. Seandainya kamu dapat pergi ke sana, temuilah dia, la mempunyai tanda-tanda yang jelas dan gamblang: ia tidak mau makan shadaqah, sebaliknya bersedia menerima hadiah dan di pundaknya ada cap kenabian yang bila kau melihatnya, segeralah kau mengenalinya’:<br />
<br />
Kebetulan pada suatu hari lewatlah suatu rombongan berkendaraan, lalu kutanyakan dari mana mereka datang. Tahulah aku bahwa mereka dari jazirah Arab, maka kataku kepada mereka: “Maukah kalian membawaku ke negeri kalian, dan sebagai imbalannya kuberikan kepada kalian sapi-sapi dan kambing-kambingku ini?” “Baiklah”, ujar mereka.<br />
<br />
Demikianlah mereka membawaku serta dalam perjalanan hingga sampai di suatu negeri yang bernama Wadil Qura. Di sana aku mengalami penganiayaan, mereka menjualku kepada seorang yahudi. Ketika tampak olehku banyak pohon kurma, aku berharap kiranya negeri ini yang disebutkan pendeta kepadaku dulu, yakni yang akan menjadi tempat hijrah Nabi yang ditunggu. Ternyata dugaanku meleset.<br />
<br />
Mulai saat itu aku tinggal bersama orang yang membeliku, hingga pada suatu hari datang seorang yahudi Bani Quraizhah yang membeliku pula daripadanya. Aku dibawanya ke Madinah, dan demi Allah baru saja kulihat negeri itu, aku pun yakin itulah negeri yang disebutkan dulu.<br />
<br />
Aku tinggal bersama yahudi itu dan bekerja di perkebunan kurma milik Bani Quraizhah, hingga datang saat dibangkitkannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang datang ke Madinah dan singgah pada Bani ‘Amar bin ‘Auf di Quba.<br />
<br />
Pada suatu hari, ketika aku berada di puncak pohon kurma sedang majikanku lagi duduk di bawahnya, tiba-tiba datang seorang yahudi saudara sepupunya yang mengatakan padanya:<br />
<br />
“Bani Qilah celaka! Mereka berkerumun mengelilingi seorang laki-laki di Quba yang datang dari Mekah dan mengaku sebagai Nabi Demi Allah, baru saja ia mengucapkan kata-kata itu, tubuhku-pun bergetar keras hingga pohon kurma itu bagai bergoncang dan hampir saja aku jatuh menimpa majikanku. Aku segera turun dan kataku kepada orang tadi: “Apa kata anda?” Ada berita apakah?” Majikanku mengangkat tangan lalu meninjuku sekuatnya, serta bentaknya: “Apa urusanmu dengan ini, ayoh kembali ke pekerjaanmu!” Maka aku pun kembalilah bekerja …<br />
<br />
Setelah hari petang, kukumpulkan segala yang ada padaku, lalu keluar dan pergi menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Quba. Aku masuk kepadanya ketika beliau sedang duduk bersama beberapa orang anggota rombongan. Lalu kataku kepadanya: “Tuan-tuan adalah perantau yang sedang dalam kebutuhan. Kebetulan aku mempunyai persediaan makanan yang telah kujanjikan untuk sedeqah. Dan setelah mendengar keadaan tuan-tuan, maka menurut hematku, tuan-tuanlah yang lebih layak menerimanya, dan makanan itu kubawa ke sini”. Lalu makanan itu kutaruh di hadapannya.<br />
<br />
“Makanlah dengan nama Allah”. sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada para shahabatnya, tetapi beliau tak sedikit pun mengulurkan tangannya menjamah makanan itu. “Nah, demi Allah!” kataku dalam hati, inilah satu dari tanda-tandanya … bahwa ia tah mau memakan harta sedeqah’:<br />
<br />
Aku kembali pulang, tetapi pagi-pagi keesokan harinya aku kembali menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil membawa makanan, serta kataku kepadanya: “Kulihat tuan tak hendak makan sedeqah, tetapi aku mempunyai sesuatu yang ingin kuserahkan kepada tuan sebagai hadiah”, lalu kutaruh makanan di hadapannya. Maka sabdanya kepada shahabatnya: ‘Makanlah dengan menyebut nama Allah ! ‘ Dan beliaupun turut makan bersama mereka. “Demi Allah’: kataku dalam hati, inilah tanda yang kedua, bahwa ia bersedia menerima hadiah ‘:<br />
<br />
Aku kembali pulang dan tinggal di tempatku beberapa lama. Kemudian kupergi mencari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kutemui beliau di Baqi’, sedang mengiringkan jenazah dan dikelilingi oleh shahabat-shahabatnya. Ia memakai dua lembar kain lebar, yang satu dipakainya untuk sarung dan yang satu lagi sebagai baju.<br />
<br />
Kuucapkan salam kepadanya dan kutolehkan pandangan hendak melihatnya. Rupanya ia mengerti akan maksudku, maka disingkapkannya kain burdah dari lehernya hingga nampak pada pundaknya tanda yang kucari, yaitu cap henabian sebagai disebutkan oleh pendeta dulu.<br />
<br />
Melihat itu aku meratap dan menciuminya sambil menangis. Lalu aku dipanggil menghadap oleh Rasulullah. Aku duduk di hadapannya, lalu kuceriterakan kisahku kepadanya sebagai yang telah kuceriterakan tadi.<br />
<br />
Kemudian aku masuk Islam, dan perbudakan menjadi penghalang bagiku untuk menyertai perang Badar dan Uhud. Lalu pada suatu hari Rasulullah menitahkan padaku:’Mintalah pada majihanmu agar ia bersedia membebashanmu dengan menerima uang tebusan.”<br />
<br />
Maka kumintalah kepada majikanku sebagaimana dititahkan Rasulullah, sementara Rasulullah menyuruh para shahabat untuk membantuku dalam soal keuangan.<br />
<br />
Demikianlah aku dimerdekakan oleh Allah, dan hidup sebagai seorang Muslim yang bebas merdeka, serta mengambil bagian bersama Rasulullah dalam perang Khandaq dan peperangan lainnya.<br />
<br />
Dengan kalimat-kalimat yang jelas dan manis, Salman radhiyallahu ‘anhu menceriterakan kepada kita usaha keras dan perjuangan besar serta mulia untuk mencari hakikat keagamaan, yang akhirnya dapat sampai kepada Allah Ta’ala dan membekas sebagai jalan hidup yang harus ditempuhnya ….<br />
<br />
Corak manusia ulung manakah orang ini? Dan keunggulan besar manakah yang mendesak jiwanya yang agung dan melecut kemauannya yang keras untuk mengatasi segala kesulitan dan membuatnya mungkin barang yang kelihatan mustahil? Kehausan dan kegandrungan terhadap kebenaran manakah yang telah menyebabkan pemiliknya rela meninggalkan kampung halaman berikut harta benda dan segala macam kesenangan, lalu pergi menempuh daerah yang belum dikenal — dengan segala halangan dan beban penderitaan — pindah dari satu daerah ke daerah lain, dari satu negeri ke negeri lain, tak kenal letih atau lelah, di samping tak lupa beribadah secara tekun …?<br />
<br />
Sementara pandangannya yang tajam selalu mengawasi manusia, menyelidiki kehidupan dan aliran mereka yang berbeda, sedang tujuannya yang utama tak pernah beranjak dari semula, yang tiada lain hanya mencari kebenaran. Begitu pun pengurbanan mulia yang dibaktikannya demi mencapai hidayah Allah, sampai ia diperjual belikan sebagai budak belian …Dan akhirnya ia diberi Allah ganjaran setimpal hingga dipertemukan dengan al-Haq dan dipersuakan dengan Rasul-Nya, lalu dikaruniai usia lanjut, hingga ia dapat menyaksikan dengan kedua matanya bagaimana panji-panji Allah berkibaran di seluruh pelosok dunia, sementara ummat Islam mengisi ruangan dan sudut-sudutnya dengan hidayah dan petunjuk Allah, dengan kemakmuran dan keadilan.. .!<br />
<br />
Bagaimana akhir kesudahan yang dapat kita harapkan dari seorang tokoh yang tulus hati dan keras kemauannya demikian rupa? Sungguh, keislaman Salman radhiyallahu ‘anhu adalah keislamannya orang-orang utama dan taqwa. Dan dalam kecerdasan, kesahajaan dan kebebasan dari pengaruh dunia, maka keadaannya mirip sekali dengan Umar bin Khatthab.<br />
<br />
Ia pernah tinggal bersama Abu Darda di sebuah rumah beberapa hari lamanya. Sedang kebiasaan Abu Darda beribadah di waktu malam dan shaum di waktu siang. Salman radhiyallahu ‘anhu melarangnya berlebih-lebihan dalam beribadah seperti itu.<br />
<br />
Pada suatu hari Salman radhiyallahu ‘anhu bermaksud hendak mematahkan niat Abu Darda untuk shaum sunnat esok hari. Dia menyalahkannya: “Apakah engkau hendak melarangku shaum dan shalat karena Allah?” Maka jawab Salman radhiyallahu ‘anhu: “Sesungguhnya kedua matamu mempunyai hak atas dirimu, demikian pula keluargamu mempunyai hak atas dirimu. Di samping engkau shaum, berbukalah; dan di samping melakukan shalat, tidurlah!”<br />
<br />
Peristiwa itu sampai ke telinga Rasulullah, maka sabdanya: Sungguh Salman radhiyallahu ‘anhu telah dipenuhi dengan ilmu.<br />
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri sering memuji kecerdasan Salman radhiyallahu ‘anhu serta ketinggian ilmunya, sebagaimana beliau memuji Agama dan budi pekertinya yang luhur. Di waktu perang Khandaq, kaum Anshar sama berdiri dan berkata: “Salman radhiyallahu ‘anhu dari golongan kami”. Bangkitlah pula kaum Muhajirin, kata mereka: “Tidak, ia dari golongan kami!” Mereka pun dipanggil oleh Rasurullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan sabdanya: Salman adalah golongan kami, ahlul Bait.<br />
<br />
Dan memang selayaknyalah jika Salman radhiyallahu ‘anhu mendapat kehormatan seperti itu …!<br />
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu menggelari Salman radhiyallahu ‘anhu dengan “Luqmanul Hakim”. Dan sewaktu ditanya mengenai Salman, yang ketika itu telah wafat, maka jawabnya: “Ia adalah seorang yang datang dari kami dan kembali kepada kami Ahlul Bait. Siapa pula di antara kalian yang akan dapat menyamai Luqmanul Hakim. Ia telah beroleh ilmu yang pertama begitu pula ilmu yang terakhir. Dan telah dibacanya kitab yang pertama dan juga kitab yang terakhir. Tak ubahnya ia bagai lautan yang airnya tak pernah kering”.<br />
<br />
Dalam kalbu para shahabat umumnya, pribadii Salman radhiyallahu ‘anhu telah mendapat kedudukan mulia dan derajat utama. Di masa pemerintahan Khalifah Umar radhiyallahu ‘anhu ia datang berkunjung ke Madinah. Maka Umar melakukan penyambutan yang setahu kita belum penah dilakukannya kepada siapa pun juga. Dikumpulkannya para shahabat dan mengajak mereka: “Marilah kita pergi menyambut Salman radhiyallahu ‘anhu!” Lalu ia keluar bersama mereka menuju pinggiran kota Madinah untuk menyambutnya …<br />
<br />
Semenjak bertemu dengan Rasulullah dan iman kepadanya, Salman radhiyallahu ‘anhu hidup sebagai seorang Muslim yang merdeka, sebagai pejuang dan selalu berbakti. Ia pun mengalami kehidupan masa Khalifah Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu; kemudian di masa Amirul Mu’minin Umar radhiyallahu ‘anhu; lalu di masa Khalifah Utsman radhiyallahu ‘anhu, di waktu mana ia kembali ke hadlirat Tuhannya.<br />
<br />
Di tahun-tahun kejayaan ummat Islam, panji-panji Islam telah berkibar di seluruh penjuru, harta benda yang tak sedikit jumlahnya mengalir ke Madinah sebagai pusat pemerintahan baik sebagai upeti ataupun pajak untuk kemudian diatur pembagiannya menurut ketentuan Islam, hingga negara mampu memberikan gaji dan tunjangan tetap. Sebagai akibatnya banyaklah timbul masalah pertanggungjawaban secara hukum mengenai perimbangan dan cara pembagian itu, hingga pekerjaan pun bertumpuk dan jabatan tambah meningkat.<br />
<br />
Maka dalam gundukan harta negara yang berlimpah ruah itu, di manakah kita dapat menemukan Salman radhiyallahu ‘anhu? Di manakah kita dapat menjumpainya di saat kekayaan dan kejayaan, kesenangan dan kemakmuran itu …?<br />
<br />
Bukalah mata anda dengan baik! Tampaklah oleh anda seorang tua berwibawa duduk di sana di bawah naungan pohon, sedang asyik memanfaatkan sisa waktunya di samping berbakti untuk negara, menganyam dan menjalin daun kurma untuk dijadikan bakul atau keranjang.<br />
<br />
Nah, itulah dia Salman radhiyallahu ‘anhu Perhatikanlah lagi dengan cermat! Lihatlah kainnya yang pendek, karena amat pendeknya sampai terbuka kedua lututnya. Padahal ia seorang tua yang berwibawa, mampu dan tidak berkekurangan. Tunjangan yang diperolehnya tidak sedikit, antara empat sampai enam ribu setahun. Tapi semua itu disumbangkannya habis, satu dirham pun tak diambil untuk dirinya. Katanya: “Untuk bahannya kubeli daun satu dirham, lalu kuperbuat dan kujual tiga dirham.<br />
<br />
Yang satu dirham kuambil untuk modal, satu dirham lagi untuk nafkah keluargaku, sedang satu dirham sisanya untuk shadaqah. Seandainya Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu melarangku berbuat demikian, sekali-kali tiadalah akan kuhentikan!”<br />
<br />
Lalu bagaimana wahai ummat Rasulullah? Betapa wahai peri kemanusiaan, di mana saja dan kapan saja? Ketika mendengar sebagian shahabat dan kehidupannya yang amat bersahaja, seperti Abu Bakar, Umar, Abu Dzar radhiyallahu ‘anhum dan lain-lain; sebagian kita menyangka bahwa itu disebabkan suasana lingkungan padang pasir, di mana seorang Arab hanya dapat menutupi keperluan dirinya secara bersahaja.<br />
<br />
Tetapi sekarang kita berhadapan dengan seorang putera Persi, suatu negeri yang terkenal dengan kemewahan dan kesenangan serta hidup boros, sedang ia bukan dari golongan miskin atau bawahan, tapi dari golongan berpunya dan kelas tinggi. Kenapa ia sekarang menolak harta, kekayaan dan kesenangan; bertahan dengan kehidupan bersahaja, tiada lebih dari satu dirham tiap harinya, yang diperoleh dari hasil jerih payahnya sendiri.. .? kenapa ditolaknya pangkat dan tak bersedia menerimanya?<br />
<br />
Katanya: “Seandainya kamu masih mampu makan tanah asal tak membawahi dua orang manusia –, maka lakukanlah!” Kenapa ia menolak pangkat dan jabatan, kecuali jika mengepalai sepasukan tentara yang pergi menuju medan perang? Atau dalam suasana tiada seorang pun yang mampu memikul tanggung jawab kecuali dia, hingga terpaksa ia melakukannya dengan hati murung dan jiwa merintih? Lalu kenapa ketika memegang jabatan yang mesti dipikulnya, ia tidak mau menerima tunjangan yang diberikan padanya secara halal?<br />
<br />
Diriwayatkan eleh Hisyam bin Hisan dari Hasan: “Tunjangan Salman radhiyallahu ‘anhu sebanyak lima ribu setahun, (gambaran kesederhanaannya) ketika ia berpidato di hadapan tigapuluh ribu orang separuh baju luarnya (aba’ah) dijadikan alas duduknya dan separoh lagi menutupi badannya. Jika tunjangan keluar, maka dibagi-bagikannya sampai habis, sedang untuk nafqahnya dari hasil usaha kedua tangannya”.<br />
<br />
Kenapa ia melakukan perbuatan seperti itu dan amat zuhud kepada dunia, padahal ia seorang putera Persi yang biasa tenggelam dalam kesenangan dan dipengaruhi arus kemajuan? Marilah kita dengar jawaban yang diberikannya ketika berada di atas pembaringan menjelang ajalnya, sewaktu ruhnya yang mulia telah bersiap-siap untuk kembali menemui Tuhannya Yang Maha Tinggi lagi Maha Pengasih.<br />
<br />
Sa’ad bin Abi Waqqash datang menjenguknya, lalu Salman radhiyallahu ‘anhu menangis. “Apa yang anda tangiskan, wahai Abu Abdillah”,’) tanya Sa’ad, “padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat dalam keadaan ridla kepada anda?” “Demi Allah, ujar Salman radhiyallahu ‘anhu, “daku menangis bukanlah karena takut mati ataupun mengharap kemewahan dunia, hanya Rasulullah telah menyampaikan suatu pesan kepada kita, sabdanya:<br />
Hendaklah bagian masing-masingmu dari kekayaan dunia ini seperti bekal seorang pengendara, padahal harta milikku begini banyaknya”<br />
<br />
Kata Sa’ad: “Saya perhatikan, tak ada yang tampak di sekelilingku kecuali satu piring dan sebuah baskom. Lalu kataku padanya: “Wahai Abu Abdillah, berilah kami suatu pesan yang akan kami ingat selalu darimu!” Maka ujamya: “Wahai Sa’ad!<br />
<br />
Ingatlah Allah di kala dukamu, sedang kau derita.<br />
Dan pada putusanmu jika kamu menghukumi.<br />
Dan pada saat tanganmu melakukan pembagian”.<br />
<br />
Rupanya inilah yang telah mengisi kalbu Salman radhiyallahu ‘anhu mengenai kekayaan dan kepuasan. Ia telah memenuhinya dengan zuhud terhadap dunia dan segala harta, pangkat dengan pengaruhnya; yaitu pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepadanya dan kepada semua shahabatnya, agar mereha tidak dikuasai oleh dunia dan tidak mengambil bagian daripadanya, kecuali sekedar bekal seorang pengendara.<br />
<br />
Salman radhiyallahu ‘anhu telah memenuhi pesan itu sebaik-baiknya, namun air matanya masih jatuh berderai ketika ruhnya telah siap untuk berangkat; khawatir kalau-kalau ia telah melampaui batas yang ditetapkan. Tak terdapat di ruangannya kecuali sebuah piring wadah makannya dan sebuah baskom untuk tempat minum dan wudlu .:., tetapi walau demikian ia menganggap dirinya telah berlaku boros …. Nah, bukankah telah kami ceritakan kepada anda bahwa ia mirip sekali dengan Umar?<br />
<br />
Pada hari-hari ia bertugas sebagai Amir atau kepala daerah di Madain, keadaannya tak sedikit pun berubah. Sebagai telah kita ketahui, ia menolak untuk menerima gaji sebagai amir, satu dirham sekalipun. Ia tetap mengambil nafkahnya dari hasil menganyam daun kurma, sedang pakaiannya tidak lebih dari sehelai baju luar, dalam kesederhanaan dan kesahajaannya tak berbeda dengan baju usangnya.<br />
<br />
Pada suatu hari, ketika sedang berjalan di suatu jalan raya, ia didatangi seorang laki-laki dari Syria yang membawa sepikul buah tin dan kurma. Rupanya beban itu amat berat, hingga melelahkannya. Demi dilihat olehnya seorang laki-laki yang tampak sebagai orang biasa dan dari golongan tak berpunya, terpikirlah hendak menyuruh laki-laki itu membawa buah-buahan dengan diberi imbalan atas jerih payahnya bila telah sampai ke tempat tujuan. Ia memberi isyarat supaya datang kepadanya, dan Salman radhiyallahu ‘anhu menurut dengan patuh. “Tolong bawakan barangku ini!”, kata orang dari Syria itu. Maka barang itu pun dipikullah oleh Salman radhiyallahu ‘anhu, lalu berdua mereka berjalan bersama-sama.<br />
<br />
Di tengah perjalanan mereka berpapasan dengan satu rombongan. Salman radhiyallahu ‘anhu memberi salam kepada mereka, yang dijawabnya sambil berhenti: “Juga kepada amir, kami ucapkan salam” “Juga kepada amir?” Amir mana yang mereka maksudkan?” tanya orang Syria itu dalam hati. Keheranannya kian bertambah ketika dilihatnya sebagian dari anggota rombongan segera menuju beban yang dipikul oleh Salman radhiyallahu ‘anhu dengan maksud hendak menggantikannya, kata mereka: “Berikanlah kepada kami wahai amir!”<br />
<br />
Sekarang mengertilah orang Syria itu bahwa kulinya tiada lain Salman al-Farisi radhiyallahu ‘anhu, amir dari kota Madain. Orang itu pun menjadi gugup, kata-kata penyesalan dan permintaan maaf bagai mengalir dari bibirnya. Ia mendekat hendak menarik beban itu dari tangannya, tetapi Salman radhiyallahu ‘anhu menolak, dan berkata sambil menggelengkan kepala: “Tidak, sebelum kuantarkan sampai ke rumahmu!<br />
<br />
Suatu ketika Salman radhiyallahu ‘anhu pernah ditanyai orang: Apa sebabnya anda tidak menyukai jabatan sebagai amir? Jawabnya: “Karena manis wahtu memegangnya tapi pahit waktu melepaskannya!”<br />
<br />
Pada waktu yang lain, seorang shahabat memasuki rumah Salman radhiyallahu ‘anhu, didapatinya ia sedang duduk menggodok tepung, maka tanya shahabat itu: Ke mana pelayan? Ujarnya: “Saya suruh untuk suatu keperluan, maka saya tak ingin ia harus melakukan dua pekerjaan sekaligus”<br />
<br />
Apa sebenarnya yang kita sebut “rumah” itu? Baiklah kita ceritakan bagaimana keadaan rumah itu yang sebenamya. Ketika hendak mendirikan bangunan yang berlebihan disebut sebagai “rumah” itu, Salman radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada tukangnya: “Bagaimana corak rumah yang hendak anda dirikan?” Kebetulan tukang bangunan ini seorang ‘arif bijaksana, mengetahui kesederhanaan Salman radhiyallahu ‘anhu dan sifatnya yang tak suka bermewah mewah. Maka ujarnya: “Jangan anda khawatir! rumah itu merupakan bangunan yang dapat digunakan bernaung di waktu panas dan tempat berteduh di waktu hujan. Andainya anda berdiri, maka kepala anda akan sampai pada langit-langitnya; dan jika anda berbaring, maka kaki anda akan terantuk pada dindingnya”. “Benar”, ujar Salman radhiyallahu ‘anhu, “seperti itulah seharusnya rumah yang akan anda bangun!”<br />
<br />
Tak satu pun barang berharga dalam kehidupan dunia ini yang digemari atau diutamakan oleh Salman radhiyallahu ‘anhu sedikit pun, kecuali suatu barang yang memang amat diharapkan dan dipentingkannya, bahkan telah dititipkan kepada isterinya untuk disimpan di tempat yang tersembunyi dan aman.<br />
<br />
Ketika dalam sakit yang membawa ajalnya, yaitu pada pagi hari kepergiannya, dipanggillah isterinya untuk mengambil titipannya dahulu. Kiranya hanyalah seikat kesturi yang diperolehnya waktu pembebasan Jalula dahulu. Barang itu sengaja disimpan untuk wangi-wangian di hari wafatnya. Kemudian sang isteri disuruhnya mengambil secangkir air, ditaburinya dengan kesturi yang dikacau dengan tangannya, lalu kata Salman radhiyallahu ‘anhu kepada isterinya: “Percikkanlah air ini ke sekelilingku … Sekarang telah hadir di hadapanku makhluq Allah’) yang tiada dapat makan, hanyalah gemar wangi-wangian Setelah selesai, ia berkata kepada isterinya: “Tutupkanlah pintu dan turunlah!” Perintah itu pun diturut oleh isterinya.<br />
<br />
Dan tak lama antaranya isterinya kembali masuk, didapatinya ruh yang beroleh barkah telah meninggalkan dunia dan berpisah dari jasadnya … Ia telah mencapai alam tinggi, dibawa terbang oleh sayap kerinduan; rindu memenuhi janjinya, untuk bertemu lagi dengan Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan dengan kedua shahabatnya Abu Bakar dan Umar, serta tokoh-tolroh mulia lainnya dari golongan syuhada dan orang-orang utama ….<br />
<br />
Salman radhiyallahu ‘anhu …. Lamalah sudah terobati hati rindunya Terasa puas, hapus haus hilang dahaga. Semoga Ridla dan Rahmat Allah menyertainya.<br />
Wallahu’alam.Admin Islam Revolutionhttp://www.blogger.com/profile/00178639993119808687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5313508176929225897.post-43122983927155081712011-05-09T21:00:00.000-07:002011-05-14T20:39:03.889-07:00Perang Uhud : Bagian 2<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2AtXy8Aod1-GBofUL-xoedaquW2nEBseHbi8_goTwbsHQOVzs61wYX1-EQuVrmGDTwdSyqVtm2-CK22ytxdWIcRDGkGKFRiWDjd_fLLEvPqHwQmc4o1uMzAZnS0vQlQqMUonPQcUDYEY/s1600/mujahiddesert2ux0.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="318" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2AtXy8Aod1-GBofUL-xoedaquW2nEBseHbi8_goTwbsHQOVzs61wYX1-EQuVrmGDTwdSyqVtm2-CK22ytxdWIcRDGkGKFRiWDjd_fLLEvPqHwQmc4o1uMzAZnS0vQlQqMUonPQcUDYEY/s320/mujahiddesert2ux0.jpg" width="320" /></a></div><br />
<br />
Ketika kaum muslimin mengetahui bahwa Rasulullah masih hidup, serentak mereka bangkit menuju beliau. Selanjutnya beliau berjalan menuju gunung Uhud bersama mereka dengan dikawal abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khatthab, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidilah, az-Zubair, al-Harits bin ash-Shammah, dan beberapa orang dari kaum muslimin. Ketika Rasulullah mendaki jalan menuju gunung Uhud, beliau berpapasan dengan Ubay bin Khalaf yang kemudian bertanya kepada beliau: “Hendak pergi kemanakah engkau, wahai Muhammad? Aku tidak akan selamat jika engkau selamat.” Para sahabat berkata: “Wahai Rasulullah, pantaskah seseorang di antara kita bersikap ramah kepadanya?” Beliau bersabda: “Biarkan dia.”<br />
<br />
Ketika Rasulullah SAW., telah dekat dengan Ubay bin Khalaf, beliau mengambil tombak dari tangan al-Harits bin ash-Shimmah. Sebagian perawi mengatakan bahwa ketika Rasulullah mengambil tombak tersebut dari tangan al-Harits bin ash-Shammah, tiba-tiba beliau tergoncang dengan goncangan yang hebat yang membuat kami berterbangan dari beliau seperti lalat berterbangan dari punggung unta. Rasulullah maju ke arah Ubay bin Khalaf lalu menikam lehernya hingga terjatuh berkali-kali. Dahulu Ubay bin Khalaf pernah berjumpa dengan Rasulullah di Makkah. Ketika itu ia berkata kepada beliau: “Hai Muhammad, aku memiliki kuda bernama al-Audz yang aku beri makan dua belas kwintal setiap hari, agar kelak aku bisa membunuhmu di atas-nya.” Rasulullah bersabda: “Bahkan akulah yang akan membunuhmu, insya Allah.” Ketika Ubay bin Khalaf kembali kepada orang-orang Quraisy dengan luka di kehernya yang tidak terlampau parah dan darah pun telah berhenti, ia berkata: “Demi Allah, aku telah dibunuh oleh Muhammad.” Orang-orang Quraisy berkata: “Demi Allah, engkau telah kehilangan nyali. Bukankah engkau masih memiliki kekuatan?” Ubay bin Khalaf berkata: “Ketika masih di Makkah, Muhammad pernah berkata kepadaku ‘Aku akan membunuhmu’. Demi Allah, seandainya dia melu-dahiku, niscaya ia bisa membunuhku dengan ludahnya.” Setelah itu Ubay bin Khalaf menghembuskan nafasnya yang terakhir, dan orang-orang Quraisy membawa mayatnya ke Makkah.<br />
<br />
Ketika Rasulullah SAW., tiba di depan jalan menuju gunung Uhud, Ali bin Abi Thalib RA., keluar menuju al-Mihras (sebuah tempat di Uhud), untuk mengisi tempat air. Kemudian Ali membawanya kepada Rasulullah dan beliau minum darinya. Karena mencium bau yang tidak sedap beliau tidak jadi meminumnya. Beliau hanya mengusap darah pada wajah beliau dan mengguyurkan air itu ke kepala, seraya bersabda: “Allah sangat marah kepada orang yang melukai wajah nabi-Nya.” Rasulullah mendaki bebatuan gunung dalam keadaan badan yang mulai melemah dan menge-nakan baju besi di depan dan belakang badannya. Beliau berusaha terus mendaki namun gagal. Kemudian Thalhah bin Ubaidillah duduk di ba-wah beliau lalu berdiri hingga beliau bisa berdiri dengan tegak. Rasu-lullah bersabda: “Thalhah pasti masuk Surga.” Beliau bersabda demikian karena apa yang telah dilakukan Thalhah terhadap beliau.<br />
<br />
Di antara orang yang terbunuh dalam perang Uhud adalah Mukhairiq. Ia berasal dari Bani Tsa’labah bin al-Fithyaun. Ketika terjadi perang Uhud, ia berkata: “Wahai orang-orang Yahudi, demi Allah kalian tidak mengetahui bahwa membantu Muhammad adalah kewajiban kalian.” Orang-orang Yahudi berkata, “Ini adalah hari Sabtu.” Mukhairiq berkata: “Tidak ada hari Sabtu bagi kalian.” Setelah itu ia mengambil pedang dan perbekalan. Ia berkata: “Jika aku mati, hartaku menjadi milik Muham-mad. Ia boleh menggunakan sekehendaknya.” Kemudian ia berangkat menuju Rasulullah dan berperang bersama beliau hingga terbunuh. Rasulullah SAW., bersabda: “Mukhairiq adalah sebaik-baik orang Yahudi."<br />
<br />
Abu Hurairah RA., berkata: “Ceritakan kepadaku orang yang masuk Surga tanpa pernah mengerjakan shalat sekalipun. Jika orang-orang tidak mengenalnya, mereka bertanya kepadanya (Abu Hurairah), ia menjawab bahwa orang tersebut adalah Ushairim, seorang dari Bani Abdul Asyhal, yakni Amr bin Tsabit bin Waqasy. Al-Hushain berkata: ‘Aku bertanya kepada Mahmud bin Asad: “Bagaimana perihal keadaan Ushairim?” Dia menjawab: “Sebelumnya Ushairim tidak menghendaki Islam tersebar di tengah kaumnya. Namun ketika Rasulullah berangkat ke Uhud, tiba-tiba timbul keinginan di hatinya untuk masuk Islam. Kemudian ia pun masuk Islam. Setelah itu ia mengambil pedang dan berangkat ke Uhud hingga tiba di tengah peperangan. Ia bertempur hingga terluka. Ketika orang-orang dari Bani Abdul Asyhal mencari korban-korban mereka di perang Uhud, mereka menemukan Ushairim. Mereka berkata: “Demi Allah ini adalah Ushairim, mengapa mereka datang kemari? Sungguh kami tinggalkan ia karena ia tidak mempercayai berita ini.” Maka mereka bertanya kepada Ushairim apa yang menyebabkan ia datang ke Uhud. Mereka bertanya: “Apa yang mendorongmu datang kemari, wahai Abu Amr, apakah karena kecintaanmu kepada kaummu ataukah kecintaanmu kepada Islam?” Ushairim menjawab: “Aku datang karena kecintaanku kepada Islam. Aku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta masuk Islam. Setelah itu aku mengambil pedang dan menyusul Rasulullah, lalu bertempur hingga terluka seperti ini.” Tidak lama setelah itu Ushairim menghembuskan nafas terakhirnya di hadapan mereka. Kemudian mereka menyampaikan perihal Ushairim kepada Rasulullah dan beliau bersabda: “Sungguh ia termasuk penghuni Surga.”<br />
<br />
Amr bin Al-Jamuh adalah seorang laki-laki yang pincang. Ia memi-liki empat orang anak seperti singa yang turut dalam berbagai peperangan bersama Rasulullah. Di perang Uhud, anak-anaknya bermaksud mela-rangnya ikut berperang seraya berkata: “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah memaafkanmu.” Amr bin al-Jamuh datang menemui Rasulullah dan berkata: “Anak-anakku bermaksud melarangku berangkat bersamamu. Demi Allah, aku berharap dapat menginjak Surga dengan kakiku yang pincang ini.” Rasulullah bersabda: “Adapun engkau, sungguh Allah telah memaafkanmu dan engkau tidak wajib berjihad.” Dan beliau bersabda kepada anak-anak Amr bin al-Jamuh: “Kalian tidak berhak melarang ayah kalian. Mudah-mudahan Allah memberinya mati syahid.” Setelah itu Amr bin al-Jamuh berangkat jihad bersama Rasulullah dan gugur sebagai syahid di perang Uhud.<br />
<br />
Hindun binti Utbah dan wanita-wanita Quraisy mencincang-cincang para korban dari sahabat Rasulullah SAW., serta memotong hidung dan telinga-telinga mereka. Bahkan Hindun binti Utbah menjadikan hidung dan telinga para korban itu sebagai kalung dan gelang kaki. Sementara gelang, kalung dan cincinnya ia berikan kepada Wahsyi, budak Zubair bin Muth’im. Tidak puas sampai di siti, Hindun binti Utbah membelah hati Hamzah bin Abdul Muththalib, lalu mengunyah dan hendak mene-lannya namun tidak mampu. Kemudian ia memuntahkannya.<br />
<br />
Al-Hulais bin Zabban saudara Bani Al-Harits bin Abdi Manat ada-lah pemimpin ahabisy ketika itu. Ia berjalan melewati Abu Sofyan bin Harb yang sedang memukul tulang rahang bawah Hamzah bin Abdul Muththalib dengan tombak besi sambil berkata: “Rasakan ini hai orang durhaka!” Al-Hulais berkata: “Hai orang-orang Bani Kinanah, inilah perilaku pemimpin Quraisy terhadap anak pamannya. Tidakkah kalian melihat ia telah mati?”<br />
<br />
Abu Sofyan berkata: “Celakalah engkau, rahasiakan kejadian ini! Karena ini merupakan sebuah kesalahan.” Ketika Abu Sofyan bin Harb hendak pulang, ia naik ke atas gunung dan berteriak sekeras-kerasnya: “Aku menang, sesungguhnya kekalahan telah terbalas, hidup Hubal, jayalah agamamu!”<br />
<br />
Lalu Rasulullah SAW., memerintahkan Umar bin Al-Khatthab RA: “Berdirilah wahai Umar, jawablah seruan Abu Sofyan dan katakan kepadanya bahwa Allah lebih tinggi dan lebih mulia. Tidak sama antara korban kami yang masuk Surga dengan korban kalian yang masuk Neraka. Setelah Umar bin Al-Khatthab menjawab seruan Abu Sofyan, maka ia berkata: “Kemarilah engkau hai Umar!” Rasulullah berkata: “Datangilah ia wahai Umar, dan lihatlah apa yang ia perbuat!”<br />
<br />
Umar bin Al-Khatthab pun mendatangi Abu Sofyan. Abu Sofyan berkata kepadanya: “Aku bersumpah demi Allah hai Umar, benarkah ka-mi telah membunuh Muhammad?” Umar menjawab: “Sekali-kali tidak! Beliau sekarang sedang mendengarkan ucapanmu!” Abu Sofyan berkata: “Engkau lebih jujur dan lebih baik dalam pandanganku daripada Ibnu Qamiah yang berkata kepada orang-orang Quraisy: “Aku telah membu-nuh Muhammad!”<br />
<br />
Setelah itu Abu Sofyan berteriak: “Di antara korban-korban kalian ada yang dicincang! Demi Allah aku tidak rela dan aku juga tidak marah, aku tidak melarang dan tidak menyuruh perbuatan tersebut!” Ketika Abu Sofyan beserta anak buahnya hendak kembali ke Makkah, ia berseru: “Sungguh kita akan bertemu lagi di Badar tahun depan!” Rasulullah ber-sabda kepada seorang sahabat: “Katakan ya! Dan kita mempunyai per-janjian dengan mereka untuk bertemu!”<br />
<br />
Kemudian beliau mengutus Ali bin Abi Thalib dan berkata kepada-nya: “Pergilah dan mata-matai orang-orang Quraisy serta lihatlah apa yang mereka kerjakan dan apa yang mereka inginkan. Jika mereka meletakkan kuda-kuda mereka di sebelah selatan dan menaiki unta-unta berarti mereka hendak pulang kembali ke Makkah. Namun jika mereka menaiki kuda-kuda mereka dan menuntun unta-unta mereka berarti mereka hendak menuju ke Madinah! Demi Allah yang jiwaku berada di tanganNya! Jika mereka hendak menyerang Madinah, aku pasti akan kembali ke Madinah dan aku perangi mereka di dalamnya.”<br />
<br />
Ali bin Abi Thalib berkata: “Aku berjalan menelusuri jejak orang-orang Quraisy dan melihat apa yang mereka kerjakan. Ternyata mereka meletakkan kuda-kuda di sebelah selatan mereka dan menaiki unta-unta mereka dan berjalan kembali ke Makkah.”<br />
<br />
Setelah itu kaum muslimin mengurusi korban-korban mereka. Ra-sulullah bersabda: “Siapa yang bersedia mewakiliku untuk melihat apa-kah Sa’ad bin ar-Rabi’ masih hidup ataukah ikut terbunuh?” Salah seorang dari kaum Anshar berkata: “Wahai Rasulullah, aku bersedia me-wakilimu untuk melihat Sa’ad bin ar-Rabi’. Kemudian sahabat Anshar itu mencarinya lalu mendapatinya terluka di antara para korban namun ia masih hidup. Sahabat Anshar itu berkata kepada Sa’ad: “Sesungguhnya Rasulullah memerintahkan aku untuk melihat apakah engkau masih hidup ataukah turut menjadi korban? Sa’ad bin Ar-Rabi’ menjawab: “Aku termasuk korban di antara para korban, sampaikan salamku kepada Rasulullah dan katakan kepadanya bahwa Sa’ad bin Ar-Rabi’ berkata kepada Anda: Semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan atas jasa Anda sebaik-baik balasan yang Allah berikan kepada seorang nabi karena umatnya. Dan juga sampaikan salamku kepada kaummu serta katakan kepada mereka bahwa Sa’ad bin ar-Rabi’ berkata kepada kalian bahwa kalian tidak memiliki udzur di sisi Allah apabila Rasulullah terlepas dari perlindungan kalian sementara di antara kalian masih ada yang hidup.”<br />
<br />
Sahabat Anshar itu berkata: “Tidak lama setelah itu ia pun meng-hembuskan nafas terakhir. Kemudian aku menemui Rasulullah dan men-ceritakan perihal Sa’ad bin ar-Rabi’ kepada beliau.<br />
<br />
Kemudian setelah itu Rasulullah keluar untuk mencari Hamzah bin Abdul Muththalib. Beliau menemukannya di dasar lembah dalam keada-an perut terbelah dan hatinya dicincang-cincang, hidung dan telinganya dipotong-potong. Setelah melihat Hamzah, beliau bersabda: “Kalaulah sekiranya tidak membuat Shafiyah bersedih dan menjadi sunnah sepe-ninggalku, niscaya aku biarkan jenazah Hamzah bin Abdul Muthathalib hingga menjadi santapan binatang-binatang buas dan burung-burung. Jika Allah memberi kemenangan kepadaku atas kaum Quraisy, aku pasti akan mencincang-cincang tiga puluh korban dari mereka.”<br />
<br />
Ketika kaum muslimin melihat duka Rasulullah dan kemarahan beliau atas perbuatan orang-orang Quraisy atas paman beliau, mereka berkata: “Apabila Allah memberi kemenangan atas mereka pada satu hari nanti, kita pasti akan mencincang-cincang mereka dengan pencincangan yang tidak pernah dikerjakan oleh seorang Arab pun sebelumnya. Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Allah menurunkan ayat berikut menanggapi ucapan Rasulullah dan ucapan para sahabatnya:<br />
<br />
<i>“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.”</i> (an-Nahl: 126-127)<br />
<br />
Akhirnya Rasulullah memaafkan orang-orang yang menyincang Hamzah dan melarang melakukan penyincangan.<br />
<br />
Rasulullah memerintahkan agar jenazah Hamzah bin Abdul Muth-thalib ditutup dengan kain burdah kemudian dishalati. Beliau bertakbir sebanyak tujuh kali. Setelah itu jenazah-jenazah yang lainnya diletakkan di samping jenazah Hamzah bin Abdul Muththalib kemudian dishalati, hingga akhirnya jenazah Hamzah bin Abdul Muththalib dishalati bersama mereka sebanyak tujuh puluh dua kali.<br />
<br />
Shafiyan binti Abdul Muththalib datang untuk melihat Hamzah bin Abdul Muththalib, saudara kandungnya. Rasulullah bersabda kepada az-Zubair bin Awwam, putra Shafiyah: “Temui ibumu dan suruh agar ia pulang hingga tidak menyaksikan apa yang menimpa saudaranya.” az-Zubair berkata kepada ibunya: “Ibu, sesungguhnya Rasulullah menyuruh-mu pulang.” Shafiyah bertanya: “Mengapa Rasulullah menyuruhku pu-lang, sedang aku mendengar berita bahwa saudaraku dicincang-cincang, dan itu terjadi di jalan Allah? Tidak ada yang lebih melegakan dari hal itu. Aku pasti mengharap pahala dari-Nya dan mampu bersabar, insya Allah.” Az-Zubair menemui Rasulullah dan menceritakan perihal ibunya. Kemudian beliau bersabda: “Biarkan dia!” Shafiyah pun melihat jenazah Hamzah bin Abdul Muththalib dan ber-<i>istirja’</i> (mengucapkan <i>inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un</i>), dan memintakan ampunan baginya. Setelah itu Rasulullah memerintahkan agar jenazah Hamzah bi Abdul Muththalib dimakamkan. Pada mulanya beberapa orang dari kaum muslimin ingin membawa korban mereka ke Madinah dan dimakamkan di sana. Namun Rasulullah melarangnya, dan bersabda: “Makamkan mereka di tempat mereka gugur.”<br />
<br />
Diriwayatkan dari Abdullah bin Tsa’labah bahwa ketika Rasulullah berdiri di hadapan para korban perang Uhud, beliau bersabda: “Aku menjadi saksi atas mereka. Sesungguhnya seseorang yang terluka di jalan Allah, dia akan dibangkitkan dalam keadaan lukanya berdarah, warnanya warna darah dan aromanya laksana kesturi. Lihatlah siapa di antara mere-ka yang paling banyak hafal al-Qur’an, dan letakkan ia di depan sahabat-sahabatnya di tempat pemakaman.” Para sahabat memakamkan dua atau tiga orang dalam satu liang.<br />
<br />
Kemudian Rasulullah kembali ke Madinah. Beliau berjumpa dengan Hamnah bintu Jahsy. Ketika Hamnah berjumpa dengan para sahabat dan dikabarkan kepadanya tentang kesyahidan saudaranya Abdullah bin Jahsy, ia pun ber-<i>istirja’</i> dan memintakan ampunan baginya. Demikian juga ketika dikabarkan kepadanya kesyahidan pamannya, Hamzah bin Addul Muththalib, ia ber-<i>istirja’ </i>dan memohonkan ampunan baginya. Namun ketika dikabarkan kepadanya kesyahidan suaminya, Mush’ab bin Umair, ia berteriak dan mengucapkan kata-kata ratapan. Rasulullah SAW., bersada: “Sesungguhnya seorang suami memiliki kedudukan tersendiri di hati istrinya.” Karena beliau melihat Hamnah bisa bersabar atas kesya-hidan saudara dan pamannya, namun meratap atas kesyahidan suaminya.<br />
<br />
Selanjutnya Rasulullah berjalan melewati pemukiman kaum Anshar, yakni pemukiman Bani Abdul Asyhal dan pemukiman Dzafar. Beliau mendengar tangis dan ratapan atas korban-korban mereka. Air mata beliau pun tak terbendung lagi. Setelah itu Rasulullah bersabda: “Namun Hamzah, tidak ada yang menangisinya.” Ketika Sa’ad bin Muadz dan Usaid bin Hudhair kembali ke pemukiman Bani Abdul Asyhal, keduanya memerintahkan para wanita Bani Abdul Asyhal mengenakan ikat pinggang dan pergi menangisi Hamzah bin Abdul Muththalib. Ketika Rasulullah mendengar tangis para wanita itu atas Hamzah bin Abdul Muthalib, beliau keluar menemui mereka di pintu masjid beliau, dan bersabda: “Kembalilah kalian, mudah-mudahan Allah merahmati kalian. Sungguh kalian telah menyamakan Hamzah sebagaimana korban-korban kalian.”<br />
<br />
Rasulullah juga berjalan melewati seorang wanita Bani Dinar yang kehilangan suami, saudara dan ayahnya di perang Uhud. Ketika kabar itu disampaikan kepadanya, ia berkata: “Bagaimana dengan kabar Rasu-lullah?” Para sahabat menjawab: “Beliau baik-baik saja, wahai ibu Fulan. Alhamdulillah beliau sebagaimana yang engkau harapkan.” Wanita itu berkata: “Tunjukkan Rasulullah supaya aku bisa melihat beliau.” Kemu-dian ia dibawa menghadap Rasulullah. Setelah melihat beliau, ia berkata: “Segala musibah setelahmu adalah kecil artinya.”<br />
<br />
Setibanya di rumah Rasulullah menyerahkan pedang beliau kepada Fathimah, putri beliau, seraya bersabda: “Cucilah darah dari pedang ini! Demi Allah ia telah jujur kepadaku hari ini.” Ali bin Abi Thalib juga me-nyerahkan pedangnya kepada Fathimah sambil berkata; “Tolong bersih-kan juga pedangku ini! Sungguh ia telah jujur kepadaku hari ini.” Rasu-lullah bersabda: “Jika engkau berperang dengan jujur, sungguh Sahl bin Hunaif dan Abu Dujanah juga jujur bersamamu.”<br />
<br />
Perang Uhud terjadi pada hari Sabtu tanggal lima belas bulan Sya-wal. Keesokan harinya tanggal enam belas, penyeru Rasulullah memberi kepada kaum muslimin untuk mengejar musuh dan bahwasanya yang diperintahkan untuk keluar adalah mereka yang keluar bersama kami kemarin di perang Uhud. Jabir bin Abdullah bin Amr bin Haram berkata kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, ayahku menyuruhku untuk men-jaga tujuh orang saudara perempuanku dan ia berkata kepadaku: “Anak-ku, tidak selayaknya kita meninggalkan ketujuh saudaramu tanpa ada seorang laki-laki pun bersama mereka. Dan aku tidak ingin menganak-emaskanmu daripada diriku dengan ikut berjihad bersama Rasulullah. Karena itu tinggallah engkau bersama ketujuh orang saudara perempuan-mu. Maka aku pun tinggal bersama ketujuh saudaraku.” Akhirnya Rasulullah mengizinkannya pergi bersama beliau. Beliau bersama para saha-bat mengejar musuh untuk menakut-nakuti mereka, agar mereka berke-simpulan bahwa beliau masih memiliki kekuatan dan apa yang menimpa para sahabat tidak melemahkan semangat mereka. Rasulullah beserta para sahabat berjalan hingga tiba di Hamraul Asad yang berjarak delapan mil dari Madinah. Beliau tinggal di Hamraul Asad pada hari Selasa, Rabu dan Kamis, kemudian kembali ke Madinah.<br />
<br />
Ma’bad bin Abi Ma’bad dari Al-Khuza’i berjalan melewati Rasu-lullah. Ketika itu Khuza’ah, berikut penduduknya baik yang muslim mau-pun kafir merupakan tempat persembunyian Rasulullah. Beliau mem-punyai perjanjian dengan mereka bahwa mereka tidak akan menyembu-nyikan segala sesuatu yang terjadi di sana. Ketika itu, Ma’bad bin Abi Ma’bad masih musyrik. Ia berkata: “Wahai Muhammad, demi Allah ka-mi turut bersedih atas apa yang menimpa sahabat-sahabatmu. Dan kami berharap semoga Allah menyelamatkanmu di tengah-tengah mereka.” Setelah itu ia pergi –sementara Rasulullah tetap tinggal di Hamra’ul Asad– sampai dia bertemu dengan Abu Sofyan bin Harb beserta anak buahnya di Rauha’ (sebuah desa yang terletak sejauh perjalanan dua malam dari Madinah) yang bermaksud balik menghadapi Rasulullah dan para sahabatnya. Mereka berkata: “Kita telah mengalahkan sahabat-sahabat Muhammad, para tokoh dan pemimpin mereka. Mengapa kemu-dian kita pulang tanpa membasmi mereka hingga habis?” Kita pasti akan kembali dan menghabisi mereka.”<br />
<br />
Ketika melihat Ma’bad bin Abi Ma’-bad, Abu Sofyan berkata: “Berita apa yang engkau bawa wahai Ma’bad?” Ma’bad menjawab: “Muhammad mengejar kalian bersama sahabat-saha-batnya yang belum pernah aku lihat sebelumnya karena marah kepada kalian. Sahabat-sahabatnya yang tidak ikut serta dalam perang Uhud, semua bergabung dengannya dan menyesal tidak turut berperang. Mereka sangat marah kepada kalian dan aku tidak pernah melihat kemarahan seperti itu sebelumnya.” Abu Sofyan berkata: “Celaka engkau, apa yang engkau katakan ini?” Ma’bad berkata: “Demi Allah, aku berpendapat hendaknya engkau kembali hingga engkau melihat kepala kuda mening-gi.” Abu Sofyan berkata: “Demi Allah kami telah bersepakat untuk kem-bali ke tempat mereka dan menghabisi sisa-sisa mereka.” Ma’bad berka-ta: “Aku sarankan agar engkau tidak melakukannya. Demi Allah, sung-guh apa yang aku lihat membuat aku melantunkan sya’ir-sya’ir tentang mereka.” Abu Sofyan berkata: “Bagaimana sya’ir yang engkau lantun-kan?” Ma’bad menjawab: “Aku katakan:<br />
<i>“Hewan tungganganku nyaris tumbang karena suara-suara<br />
Ketika bumi mengalir dengan kuda-kuda yang pendek rambutnya berkelompok-kelompok<br />
Kuda-kuda itu lari dengan singa-singa mulia yang tidak pernah kehilangan nyali di medan pertempuran<br />
Tidak satu pun orang tanpa senjata yang mampu bertahan di atas pelana kuda<br />
Aku terus berlari karena aku sangka bumi telah leleh<br />
Ketika mereka naik kepada kita dengan pemimpin yang pantang mundur<br />
Aku katakan: ‘Celakalah anah Harb jika bertemu dengan kalian<br />
Jika bumi bergetar dengan sekelompok manusia<br />
Aku ingatkan penduduk tanah suci secara terbuka<br />
Bagi setiap orang yang masih memiliki akal<br />
Dari pasukan Ahmad yang tidak ada di dalamnya orang kelas gembel<br />
Apa yang kukatakan ini bukanlah omong kosong.”</i><br />
<br />
Syair-syair itu menggoyahkan keinginan Abu Sofyan beserta anak buahnya untuk kembali ke Madinah.<br />
<br />
Ketika serombongan musafir dari Bani Abdul Qais berjalan mele-wati Abu Sofyan bin Harb, ia pun bertanya kepada mereka: “Hendak per-gi ke mana kalian?’ Mereka menjawab: “Ke Madinah.” Abu Sofyan ber-kata: “Untuk apa kalian pergi ke Madinah?” Mereka menjawab: “Kami hendak pergi ke al-Mirah.” Abu Sofyan berkata: “Maukah kalian me-nyampaikan suratku kepada Muhammad? Jika kalian bersedia, aku akan memikulkan anggur ini ke pasar Ukadz besok pagi.” Mereka menjawab: “Ya.” Abu Sofyan berkata: “Jika kalian setuju, sampaikan kepada Mu-hammad bahwa kami telah bersepakat untuk balik kepadanya dan para sahabatnya untuk membasmi seluruh sisa-sisa mereka.” Ketika rombong-an musafir itu berjumpa dengan Rasulullah SAW., di Hamra’ul Asad dan me-nyampaikan apa yang dikatakan Abu Sofyan bin Harb beserta anak buah-nya, beliau bersabda; “Cukuplah Allah bagi kita dan Dia adalah sebaik-baik pemelihara.”<br />
<br />
Sebelum kembali ke Madinah Rasulullah menangkap Muawiyah bin al-Mughirah dan Abu Izzah al-Jumahi. Rasulullah pernah menawan Abu Izzah al-Jumahi pada perang Badar, namun kemudian membebas-kannya. Ia berkata; “Wahai Rasulullah, bebaskan aku!’ Rasulullah SAW., bersabda: “Tidak, demi Allah, engkau tidak akan bisa lagi membasuh kedua sisi badanmu di Makkah, dan tidak lagi bisa bekata: ‘Aku telah menipu Muhammad dua kali. Penggal lehernya wahai Zubair!” Maka Zubair pun memenggal leher Abu Izzah al-Jumahi.<br />
<br />
Selanjutnya Rasulullah kembali ke Madinah. Ketika itu Abdullah bin Ubay bin Salul memiliki tempat berdiri di setiap hari Jum’at, dan tidak seorang pun yang mengingkari kemuliaannya di tengah kaumnya. Ia memang seorang yang berkedudukan di tengah mereka. Jika Rasulullah duduk dari khutbah Jum’at, Abdullah bin Ubay bin Salul berdiri dan berkata: “Wahai manusia, inilah Rasulullah di tengah-tengah kalian. Dengannya Allah memuliakan dan memenangkan kalian. Oleh karena itu tolong dan bantulah ia, dengar dan taatlah kepadanya!” Kemudian ia duduk. Setelah ia membuat ulah di Perang Uhud dan kaum muslimin kembali dari Perang Uhud, ia melakukan hal yang serupa. Namun kaum muslimin menarik bajunya dari segala sisi dan berkata kepadanya: “Duduklah hai musuh Allah! Demi Allah engkau tidak layak berbuat seperti itu lagi. Engkau telah berbuat durhaka sebelum ini.” Abdullah bin Ubay bin Salul berjalan di tengah-tengah manusa sambil berkata: “Demi Allah, aku berkata tentang suatu perkara yang besar ketika aku berdiri mengatakan urusannya (Rasulullah SAW.,).” Salah seorang dari kaum Anshar bertemu dengan Abdullah bin Ubay bin Salul di pintu masjid, kemudian berkata: “Celakalah Engkau, apa yang terjadi dengan dirimu?’ Ia menjawab: “Aku berdiri menguatkan urusannya, kemudian salah seorang dari sahabatnya meloncat ke arahku, ia menarik bajuku dan berbuat kasar kepadaku, seakan-akan aku melakukan kejahatan yang besar.” Sahabat Anshar itu berkata: “Celaka engkau, mintalah kepada Rasulullah agar memintakan ampunan untukmu.” Abdullah bin Ubay bin Salul menjawab: ‘Demi Allah, aku tidak butuh dia memintakan ampunan untukku.”<br />
<br />
Ibnu Ishaq berkata: “Perang Uhud adalah ujian dan pembersihan. Dengannya Allah menguji kaum mukminin dan membongkar kedok orang-orang munafik yang menampakkan keimanan dengan lisan namun menyembunyikan kekafiran di hati mereka. Dan hari dimana Allah Ta’ala memuliakan para wali-Nya yang Dia kehendaki gugur sebagai syuhada’. <i> </i><br />
<i>–Habis-</i><br />
<br />
<i>Lihat juga : <a href="http://islam-revolution.blogspot.com/2011/05/perang-uhud-bagian-1.html">Perang Uhud Bagian 1</a></i>Admin Islam Revolutionhttp://www.blogger.com/profile/00178639993119808687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5313508176929225897.post-75221188354784344702011-05-07T21:00:00.000-07:002011-05-14T20:38:02.597-07:00Perang Uhud : Bagian 1<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyFw-p0YWrArE0ppCU78Dnqrxhxppo6dCYlYSmfux9UKmY8Bnjdk3lnD7P769Aa0cGme6oXbRXiFDbAUrikeAkSDyhIX0BGGtOZzQ12eih7dSUi-2ZNw71us_y_uRUlOLj5JzWUNqtLa0/s1600/mujahiddesert2ux0.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="318" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyFw-p0YWrArE0ppCU78Dnqrxhxppo6dCYlYSmfux9UKmY8Bnjdk3lnD7P769Aa0cGme6oXbRXiFDbAUrikeAkSDyhIX0BGGtOZzQ12eih7dSUi-2ZNw71us_y_uRUlOLj5JzWUNqtLa0/s320/mujahiddesert2ux0.jpg" width="320" /></a></div><br />
<br />
Setelah orang-orang kafir Quraisy menderita kekalahan di perang Badar, dengan terbunuhnya beberapa tokoh mereka dan sisanya tunggang-langgang melarikan diri kembali ke Makkah, dan Abu Sofyan tiba di Makkah dengan kafilah dagangnya, maka Abdullah bin Abi Rabi'ah, 'Ikrimah bin Abi Jahal, Shafwan bin Umayyah serta beberapa tokoh Quraisy lain yang anak, bapak dan saudara-saudara mereka tewas menja-di korban dalam perang Badar, datang menemui Abu Sofyan lalu berbi-cara kepadanya dan kepada para pedagang Quraisy yang ikut bersama-nya: “Hai orang-orang Quraisy, sesungguhnya Muhammad telah membi-nasakan kalian serta membunuh orang-orang terbaik kalian. Maka dari itu, bantulah kami dengan harta kalian itu untuk memeranginya. Mudah-mudahan kami dapat membalas dendam atas kematian orang-orang kita!” Abu Sofyan dan orang-orang yang bersamanya mengabulkan permintaan mereka itu.<br />
<br />
Maka orang-orang kafir Quraisy sepakat memerangi Rasulullah SAW., setelah Abu Sofyan dan pedagang-pedagang Quraisy lainnya setuju memberi bantuan kepada mereka dengan mengikut sertakan ahabisy (kabilah-kabilah Arab di luar kabilah Quraisy yang bergabung dengan orang-orang Quraisy) yang patuh kepada mereka, antara lain kabilah Kinaanah dan penduduk Tihaamah. Mereka juga menyertakan istri-istri mereka sebagai jaminan agar mereka tidak melarikan diri dari medan perang. Abu Sofyan yang bertindak sebagai komandan perang berangkat bersama istrinya, Hindun binti Utbah. Ikrimah bin Abi Jahal berangkat bersama istrinya, Ummu Hakim binti al-Harits bin Hisyam bin Mughirah. al-Harits bin Hisyam bin Mughirah berangkat bersama istrinya, Fathimah binti al-Walid bin al-Mughirah. Shafwan bin Umayyah berangkat bersama istrinya, Barzah binti Mas'ud ats-Tsaqafiyah. Dan ‘Amr bin al-‘Ash berangkat bersama istrinya, Biriithah binti Munabbih bin al-Hajjaj.<br />
<br />
Pasukan Quraisy ini terus berjalan hingga tiba di dua mata air, tepat-nya di lembah sebuah gunung bernama Sabkhah, sebuah saluran air di tepi lembah tepat menghadap kota Madinah. Ketika pasukan Quraisy tiba di tempat tersebut, Rasulullah dan kaum muslimin mendengar berita kedatangan pasukan itu. Rasulullah berkata: “Demi Allah, aku tadi meli-hat mimpi yang baik. Aku lihat lembu milikku disembelih dan kulihat salah satu sisi mata pedangku sumbing. (Rasulullah berkata: "Adapun lembu itu adalah beberapa orang sahabatku yang terbunuh. Adapun sumbing yang kulihat pada salah satu sisi mata pedangku adalah salah seorang dari keluargaku yang terbunuh.")<br />
<br />
Dan kulihat aku memasukkan tanganku ke sebuah baju perang yang kokoh, aku menakwil baju perang itu adalah kota Madinah. Rasulullah SAW., bersabda kepada para sahabat: "Jika kalian mau, tetaplah kalian tinggal di Madinah dan biarkan mereka di tempat persinggahan mereka. Jika mereka tetap berada di sana, maka tempat itu adalah tempat yang paling jelek. Dan jika mereka masuk kepada kita (di Madinah), maka kita perangi mereka di dalamnya." Abdullah bin Ubay bin Salul berpendapat sama dengan Rasulullah, yakni hendaknya mereka tidak keluar untuk menghadapi kaum Quraisy.<br />
<br />
Sebenarnya Rasulullah SAW., sendiri tidak ingin keluar dari Madinah untuk menghadapi mereka. Namun beberapa orang dari kaum muslimin yang dimuliakan oleh Allah untuk gugur sebagai syuhada pada perang Uhud dan peperangan lainnya yang tidak ikut hadir pada perang Badar berkata: "Wahai Rasulullah, keluarlah bersama kami untuk menghadapi musuh, agar mereka tidak melihat kita sebagai orang-orang yang penge-cut dan tidak memiliki nyali untuk menghadapi mereka." Abdullah bin Ubay bin Salul berkata: "Wahai Rasulullah, tetaplah anda tinggal di Madinah dan jangan keluar ke tempat mereka. Demi Allah jika kita keluar niscaya musuh akan mengalahkan kita. Dan jika mereka masuk ke tempat kita niscaya kita akan dapat mengalahkan mereka. Biarkan mereka di tempatnya wahai Rasulullah. Jika mereka tetap berada di sana, sungguh mereka menetap di tempat yang paling jelek. Jika mereka masuk Madi-nah, mereka akan diperangi oleh kaum laki-laki dan dilempari batu oleh para wanita dan anak-anak. Dan jika mereka kembali ke negeri asalnya, mereka pulang dengan membawa kegagalan seperti ketika mereka datang."<br />
<br />
Para sahabat yang menghendaki pertemuan dengan orang-orang Quraisy tetap berada di tempat Rasulullah SAW., hingga beliau masuk dan mengenakan baju besinya. Hari itu hari Jum'at dan peristiwa itu terjadi ketika beliau selesai mengerjakan shalat. Pada hari itu salah seorang dari kaum Anshar bernama Malik bin Amr meninggal dunia. Maka Rasulullah menshalatkannya. Setelah itu beliau keluar menemui para sahabat dan mereka semua menyesal. Mereka berkata: "Kita telah memaksa Ra-sulullah untuk keluar. Dan itu tidak pantas kita lakukan." Maka ketika Rasulullah datang menemui mereka, mereka berkata: "Wahai Rasulullah, kami telah memaksamu keluar, dan itu tidak pantas kami lakukan. Jika Anda berkehendak, silakan Anda duduk kembali (tidak usah keluar dari Madinah), mudah-mudahan Allah memberi shalawat kepada Anda." Rasulullah bersabda: "Jika seorang nabi telah mengenakan baju besinya, ia tidak pantas melepasnya sampai dia berperang." Kemudian Rasulullah berangkat bersama seribu orang sahabat nabi.<br />
<br />
Ketika Rasulullah SAW., bersama para sahabatnya tiba di Asy-Syauth, daerah antara Madinah dan Uhud, Abdullah bin Ubay bin Salul bersama sepertiga pengikutnya memisahkan diri dari Rasulullah. Dia berkata: "Ia (Rasulullah) menuruti pendapat para sahabatnya dan tidak menuruti pen-dapatku. Wahai manusia, untuk apa kita membunuh diri kita sendiri di tempat ini?"<br />
<br />
Setelah itu Abdullah bin Ubay bin Salul kembali ke Madinah bersama para pengikutnya, yaitu kaum munafiqin dan orang-orang yang dihinggapi keraguan. Mereka dikejar oleh Abdullah bin Amr bin Haram, yang kemudian berkata kepada mereka: "Wahai kaumku, aku ingatkan kalian kepada Allah. Hendaknya janganlah kalian menelantarkan kaum dan nabi kalian ketika mereka telah dekat dengan musuh." Mereka menjawab: "Jika kami tahu kalian akan diperangi, niscaya kami tidak akan menyerahkan kalian, namun kami mengira perang tidak akan ter-jadi." Ketika Abdullah bin Ubay bin Salul dan para pengikutnya bersi-keras untuk kembali di Madinah, Abdullah bin Amr bin Haram berkata: "Hai musuh-musuh Allah, semoga Allah menjauhkan kalian dan Dia akan membuat nabiNya tidak membutuhkan kalian." Sementara itu kaum Anshar berkata: "Wahai Rasulullah, mengapa kita tidak meminta bantuan kepada sekutu-sekutu kita dari kaum Yahudi?"<br />
<br />
Rasulullah bersabda: "Kita tidak membutuhkan mereka." Rasulullah terus berjalan hingga singgah di sebuah jalan menuju gunung Uhud. Beliau menghadapkan unta dan pasukannya ke arah Uhud seraya bersabda: "Janganlah salah seorang dari kalian berperang sebelum aku menyu-ruhnya berperang." Sementara orang-orang Quraisy menghentikan unta dan kuda mereka pada ladang yang berada di asy-Syamghah, dekat dengan saluran kaum muslimin. Ketika Rasulullah melarang mereka ber-perang hingga beliau perintahkan, salah seorang dari kaum Anshar berka-ta: "Pantaskah tanaman-tanaman Bani Qallah dijadikan padang gembala-an sementara kami tidak diberi bagian?"<br />
<br />
Rasulullah SAW., bersama tujuh ratus orang sahabat bersiap-siap untuk berperang. Beliau menunjuk Abdullah bin Jubair saudara Bani Amr bin Auf sebagai komandan pasukan pemanah. Ketika itu Abdullah bin Jubair diberi sandi kain berwarna putih dan pasukan pemanah berjumlah lima puluh orang. Rasulullah bersabda kepadanya: "Lindungi kami dari pa-sukan berkuda orang-orang Quraisy dengan anak panah kalian, agar me-reka tidak menyerang dari belakang kita. Jika kita menang ataupun kalah tetaplah engkau di posisimu, agar kita tidak akan diserang dari arah ka-lian!" Rasulullah merapatkan kedua baju besi beliau dan menyerahkan bendera kepada Mush'ab bin Umair saudara Bani Abdud Daar. Ketika itu Rasulullah memberikan izin kepada Samurah bin Jundub al-Fazari dan Rafi' bin Khudaij saudara Bani Haritsah untuk ikut berperang. Ketika itu keduanya baru berusia lima belas tahun. Sebelumnya beliau menyuruh keduanya kembali ke Madinah. Namun dikatakan kepada beliau: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Rafi' adalah seorang pemanah yang hebat." Maka Rasulullah pun mengizinkannya ikut berperang. Dikatakan pula kepada beliau: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Samurah pernah me-ngalahkan Rafi'." Maka Rasulullah juga mengizinkannya ikut berperang. Selain itu Rasulullah memulangkan Usamah bin Zaid, Abdullah bin Umar bin al-Katthab, Zaid bin Tsabit salah seorang dari Bani Malik bin an-Najjar, al-Bara' bin Azib dari Bani Haritsah, Amr bin Hazm dari Bani Malik bin an-Najjar, dan Usaid bin Dhuhair dari bani Haritsah, kemudian mengizinkan mereka ikut serta dalam perang Khandaq pada usia lima belas tahun.<br />
<br />
Sementara itu kaum musyrikin berkekuatan tiga ribu tentara dan dua ratus ekor kuda yang diletakkan di samping mereka juga melakukan persiapan untuk berperang. Mereka menunjuk Khalid bin Walid sebagai komandan pasukan berkuda sayap kanan dan Ikrimah bin Abu Jahal sebagai komandan pasukan berkuda sayap kiri. Rasulullah SAW., bersabda: "Siapa yang siap mengambil pedang ini dengan haknya?" Beberapa orang sahabat berdiri untuk mengambilnya namun Rasulullah tidak menyerahkannya kepada seorang pun dari mereka. Abu Dujanah Simak bin Kharasyah saudara Bani Saidah berdiri seraya bertanya: "Apa haknya, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda: "Engkau tebas musuh dengannya hingga pedang ini bengkok." Abu Dujanah berkata: "Saya siap mengambilnya dengan haknya, wahai Rasulullah." Maka Rasulullah menyerahkan pedang itu kepadanya. Abu Dujanah adalah seorang pemberani dan suka berjalan sombong di tengah peperangan jika telah meletus. Ia membuat tanda ikat kepala berwarna merah. Jika ia telah mengenakannya, maka orang-orang akan mengetahui bahwa ia akan berperang. Setelah meng-ambil pedang itu dari tangan Rasulullah, Abu Dujanah mengeluarkan ikat kepala warna merah, lalu mengenakannya di kepala dan berjalan som-bong di antara dua barisan. Ketika melihat Abu Dujanah berjalan dengan sombong Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya gaya jalan seperti itu ada-lah gaya jalan yang dibenci Allah kecuali di tempat seperti ini."<br />
<br />
Sementara itu Abu Sofyan bin Harb berkata memprovokasi para pe-megang bendera Bani Abdid Daar: "Wahai Bani Abdid Daar, kalian ditunjuk untuk memegang bendera perang kita pada perang Badar kemu-dian kita kalah sebagaimana kalian ketahui. Sesungguhnya pasukan itu didatangi dari arah para pemegang bendera. Jika para pemegang bendera kalah maka pasukan pun akan kalah. Sekarang terserah kalian, apakah kalian tetap akan memegang bendera perang atau kalian akan melepas-kannya, dan untuk itu kami melindungi kalian." Orang-orang dari Bani Abdid Daar tertarik dengan tawaran Abu Sofyan dan berjanji kepadanya seraya berkata: "Kami serahkan bendera perang kepadamu. Besok pagi jika kita bertemu musuh, engkau akan tahu apa yang kami perbuat." Memang sikap itulah yang diinginkan Abu Sofyan dari mereka.<br />
<br />
Ketika kedua pasukan telah bertemu, Hindun binti Utbah berdiri bersama kaum wanita lainnya, kemudian mengambil rebana dan menabuhnya di belakang pasukan kaum musyrikin untuk mengobarkan semangat mereka.<br />
<br />
Hindun binti Utbah pun bersya'ir:<br />
“Wahai Bani Abdud Daar,<br />
Duhai para pembela anak keturunan,<br />
Yang memukul dengan pedang tajam.”<br />
<br />
Hindu binti Utbah juga bersya'ir:<br />
“Jika kalian maju, kalian akan kami peluk<br />
Dan kami sediakan bantal kecil untuk bersandar<br />
Namun jika kalian mundur, kami akan berpisah dari kalian dengan perpisahan yang tidak menyenangkan.”<br />
<br />
Sedangkan kode kaum muslimin di perang Uhud adalah amit, amit.<br />
Kedua pasukan pun bertempur hingga perang berkecamuk. Abu Dujanah bertempur hingga berada di tengah-tengah antara dua pasukan yang sedang berperang. Ia membunuh siapa saja yang ditemuinya. Di pihak kaum musyrikin terdapat seorang yang tidak membiarkan seorang pun yang terluka dari kaum muslimin kecuali dia membunuhnya seka-ligus. Orang musyrik tersebut mendekati Abu Dujanah. Maka aku pun (az-Zubair bin Awwam -pent) berdoa kepada Allah, mudah-mudahan Dia mempertemukan keduanya. Ternyata benar, keduanya pun bertemu dan saling menyerang. Orang musyrik itu memukul Abu Dujanah, namun perisai kulit melindungi Abu Dujanah dan menahan pedang orang tersebut. Kemudian Abu Dujanah memukulnya hingga tewas. Setelah itu Abu Dujanah mengayunkan pedangnya ke atas belahan rambut Hindun binti Utbah, namun kemudian ia menurunkan pedangnya kembali.<br />
<br />
Abu Dujanah berkata: “Saya melihat manusia menyayati tubuh kor-ban dengan sayatan-sayatan, maka aku pun menghampirinya dan mengarahkan pedang kepadanya. Ternyata dia adalah seorang wanita, aku pun menghormati pedang Rasulullah untuk tidak membunuh dengannya se-orang wanita.”<br />
<br />
Sementara itu Hamzah bin Abdul Muthalib bertempur hingga berha-sil membunuh Artha'ah bin Abdu Syurahbil bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abdiddaar. Ia adalah salah seorang pembawa berdera kaum musyrikin. Setelah itu Siba' bin Abdul 'Uzza al-Ghubsyani yang biasa dipanggil Abu Niyar berjalan melewati Hamzah bin Abdul Muthalib. Hamzah ber-kata: "Kemarilah wahai anak pemutus kelentit!" Ibu Siba' adalah seorang tukang khitan di Makkah.<br />
<br />
Wahsyi, budak Jubair bin Muth'im berkata: "Demi Allah, aku lihat Hamzah bin Abdul Muthalib membunuh orang-orang Quraisy dengan pedangnya dan tidak menyisakan seorang pun. Aku lihat ia seperti unta yang belang-belang putih dan hitam. Tiba-tiba' Siba' bin Abdul Uzza lebih cepat kepada Hamzah bin Abdul Muthalib daripadaku. Hamzah berkata: "Kemarilah!" (Hamzah memanggilnya dengan panggilan yang jelek) Setelah itu hamzah memukul Siba' bin Abdul Uzza tepat di kepalanya. Aku pun menggerak-gerakkan tombakku hingga ketika aku merasa telah siap, aku melempar-kannya ke arah Hamzah bin Abdul Muthalib dan tepat mengenai bagian bawah perutnya dan tombakku keluar di antara kedua kakinya. Hamzah bin Abdul Muthalib berusaha berjalan ke arahku namun tidak sanggup dan akhirnya terjatuh. Aku membiarkannya beberapa waktu, hingga ketika yakin ia telah mati aku mengambil tombakku dan kembali ke barak. Aku tidak mempunyai tujuan lain selain membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib karena aku ingin menjadi orang merdeka.<br />
<br />
Ketika aku tiba di Makkah aku langsung dimerdekakan. Selanjutnya aku tetap berdomisili di Makkah, hingga ketika Rasulullah berhasil menaklukkan Makkah, aku pun lari ke Thaif dan tinggal di sana. Ketika delegasi Thaif pergi mene-mui Rasulullah untuk menyatakan masuk Islam tiba-tiba terasa gelap semua jalan bagiku. Aku berkata pada diriku: "Aku akan pergi ke Syam atau Yaman atau negara lain." Demi Allah, aku resah karena itu. Namun tiba-tiba seseorang berkata kepadaku: "Celakalah engkau, demi Allah, dia (Rasulullah -pent) tidak akan membunuh seseorang yang masuk dalam agamanya dan bersaksi dengan persaksian yang benar." Mendengar per-kataan orang itu aku pun ikut bersama orang-orang pergi menemui Ra-sulullah di Madinah. Tidak ada yang lebih menakutkan diriku kecuali berdiri di hadapan beliau dan bersaksi dengan persaksian yang benar. Ketika Rasulullah melihatku, beliau bersabda: "Apakah engkau Wahsyi?" "Betul, wahai Rasulullah." Jawabku. Selanjutnya beliau bersabda: "Du-duklah, dan ceritakan kepadaku bagaimana engkau membunuh Hamzah!" Setelah selesai aku menceritakan peristiwa itu, beliau bersabda: "Celaka engkau, sembunyikan wajahmu dariku! Aku tidak ingin melihatmu lagi." Maka aku pun pergi, dan aku berharap semoga Rasulullah tidak melihat-ku lagi hingga beliau diwafatkan oleh Allah.<br />
<br />
Di sisi lain, Mush'ab bin Umair bertempur melindungi Rasulullah. Ia dibunuh oleh Qami'ah al-Laitsi karena ia sangka Rasulullah. Setelah membunuh Mush'ab bin Umair, ia kembali ke Makkah dan berkata: "Aku telah membunuh Muhammad." Ketika Mush'ab bin Umair gugur, Ra-sulullah menyerahkan berdera kepada Ali bin Abi Thalib yang kemudian bertempur bersama beberapa orang dari kaum muslimin. Ketika perang tengah berkecamuk, Rasulullah duduk di bawah bendera orang-orang Anshar dan menyuruh seseorang untuk menemui Ali bin Abi Thalib dengan membawa pesan hendaknya Ali bin Abi Thalib maju dengan membawa bendera perang. Maka ia pun maju sambil berkata: "Aku adalah Abul Qusham." { pendekar pembawa bencana. Dia mengatakan seperti itu karena sebagai jawaban terhadap Abu Sa’ad yang mengatakan “Ana Qashim” (Saya pembawa bencana).}<br />
<br />
Abu Sa'ad bin Abi Thalhah, pembawa bendera kaum musyrikin berseru: "Wahai Abul Qusham, apakah engkau bersedia perang tanding denganku?" Ali bin Abi Thalib menjawab: "Ya." Kemudian keduanya melakukan perang tanding di antara barisan kaum muslimin dan barisan kaum musyrikin. Keduanya saling mengayunkan pedang dan akhirnya Ali bin Abi Thalib berhasil menebas Abu Sa'ad bin Abi Thalhah hingga terluka. Selanjutnya Ali bin Abi Thalib pergi dan tidak membunuhnya. Para sahabat pun bertanya: "Mengapa engkau tidak membunuhnya seka-ligus?" Ali bin Abi Thalib menjawab: "Ia datang kepadaku dengan kehor-matannya dan aku merasa iba kepadanya karena hubungan kekerabatan antara aku dengannya. Dan setelah itu aku tahu bahwa Allah Ta’ala telah me-matikannya.<br />
<br />
Sementara itu Ashim bin Tsabit bin Abi Aqlah bertempur habis-habisan dan berhasil membunuh Musafi' bin Thalhah dan saudaranya al-Julas bin Thalhah. Keduanya terkena anak panah Ashim bin Tsabit. Sebelum menemui ajalnya, salah seorang dari keduanya menemui ibunya yang bernama Sulafah dan meletakkan kepala di pangkuannya. Sulafah berkata: "Anakku, siapa yang melukaimu?" Ia menjawab: "Ketika sese-orang melemparku dengan anak panah, aku dengar ia berkata: "Ambillah ini, aku anak Abu Abi Aqlah." Sulafah pun bernadzar jika Allah membe-rinya kesempatan untuk melihat kepala Ashim bin Tsabit, ia akan menyi-ramnya dengan minuman keras.<br />
<br />
Handhalah bin Abu Amir al-Ghasil (yang dimandikan para malai-kat) bertemu dengan Abu Sofyan bin Harb di perang Uhud. Ketika Handhalah bin Abi Amir dapat mengatasi perlawanan Abu Sofyan bin Harb, tiba-tiba Syaddad bin Al-Aswad –anak Syu'ub– melihatnya lalu memukul Handhalah bin Abi Amir hingga gugur. Rasulullah SAW., bersabda: "Sungguh sahabat kalian, Handhalah, pasti akan dimandikan para malai-kat." Ketika para sahabat menanyakan perihal Handhalah kepada istrinya: "Ada apa dengan Handhalah bin Abi Amir?" Istrinya menjawab bahwa Handhalah bin Abi Amir keluar dari rumah dalam keadaan junub ketika mendengar panggilan jihad.<br />
<br />
Kemudian Allah Ta’ala menurunkan pertolongan kepada kaum muslimin dan menepati janjiNya kepada mereka. Kaum muslimin berhasil membunuh orang-orang musyrik dengan pedang-pedang mereka dan berhasil membobol pertahanan musuh. Kekalahan menimpa kaum musy-rikin dan tidak terelakkan.<br />
<br />
Az-Zubair berkata: "Demi Allah, aku lihat gelang kaki Hindun binti Utbah dan teman-temannya tercecer dan tidak diambil sedikit pun. Tiba-tiba pasukan pemanah turun ke barak ketika kami berhasil membobol pertahanan musuh dan membiarkan punggung kami berada di depan pasukan berkuda musuh. Akhirnya kami diserang oleh pasukan berkuda musuh dari arah belakang, dan seseorang berseru: "Sesungguhnya Mu-hammad telah terbunuh." Maka musuh pun berhasil mengalahkan kami setelah sebelumnya kami berhasil mengalahkan para pemegang bendera mereka hingga tak seorang pun yang berani mendekat. Bendera Quraisy yang terjatuh kemudian diambil oleh Amrah binti al-Qamah al-Hari-tsiyah dan diangkatnya tinggi-tinggi kepada orang-orang Quraisy yang kemudian berkumpul di sekitarnya.<br />
<br />
Pertahanan kaum muslimin jebol, dan mereka diserang oleh musuh. Hari itu adalah hari ujian dan hari pembersihan. Allah memuliakan kaum muslimin dengan memberikan kepada mereka kesempatan mati syahid. Karena pertahanan kaum muslimin telah terbuka, maka musuh berhasil masuk ke tempat Rasulullah SAW., kemudian melempar beliau dengan batu hingga terjatuh dalam keadaan miring. Batu tersebut mengenai gigi seri, melukai wajah dan bibir beliau. Orang yang melempar beliau dengan batu itu adalah Utbah bin Abi Waqqash. Darah pun mengalir di wajah beliau. beliau mengusapnya seraya bersabda; 'Bagaimana suatu kaum bisa bahagia, sedang mereka melukai wajah nabi mereka. Padahal ia mengajak mereka kepada Rabb mereka.”<br />
<br />
Kemudian Allah Ta’ala menurunkan ayat:<br />
“Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengadzab mereka, kare-na sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zhalim.” (Ali Imran: 128)<br />
<br />
Abu Sa’id Al-Khudri RA., berkata bahwa pada perang Uhud, “Utbah bin Abi Waqqash melempar Rasulullah hingga memecahkan gigi seri sebelah kanan bagian bawah dan juga melukai bibir beliau. Abdullah bin Syihab az-Zuhri melukai kening beliau. Ibnu Qami’ah melukai bagian atas pipi yang menonjol hingga dua buah mata rantai besi masuk ke bagian atas pipi beliau. Rasulullah terjatuh ke dalam salah satu lubang yang dibuat oleh Abu Amir agar kaum muslimin terperosok ke dalamnya tanpa mereka sadari. Kemudian Ali bin Abi Thalib memegang tangan beliau dan Thalhah bin Ubaidillah mengangkat beliau hingga bisa tegak berdiri. Malik bin Sinan yakni Abu Sa’id al-Khudri mengusap darah dari wajah beliau dan menelannya. Kemudian Rasulullah bersabda: “Barang-siapa yang darahnya menyentuh darahku, niscaya ia tidak akan disentuh api Neraka.”<br />
<br />
Ketika Rasulullah SAW., dikepung oleh orang-orang Quraisy, beliau bersabda: “Siapa yang siap mengorbankan nyawanya untukku?” Ziyad bin as-Sakan berdiri bersama lima orang dari kaum Anshar. Mereka bertempur habis-habisan melindungi Rasulullah hingga satu persatu me-reka gugur sebagai syuhada. Dan orang yang terakhir gugur dari mereka adalah Ziyad atau Umarah yang bertempur hingga terluka parah. Ketika dalam keadaan seperti itu datanglah serombongan kaum muslimin yang akhirnya berhasil mengusir orang-orang musyrik dari sekitar Rasulullah. Kemudian beliau bersabda: “Dekatkan ia kepadaku!” Lalu mereka pun mendekatkannya kepada Rasulullah yang kemudian menjadikan kaki be-liau sebagai bantalnya. Akhirnya Ziyad bin as-Sakan meninggal sedang pipinya berada di atas kaki Rasulullah.<br />
<br />
Sahabat yang pertama kali melihat Rasulullah SAW., setelah kekalahan mereka dan ucapan orang-orang yang mengatakan bahwa beliau telah gugur adalah Ka’ab bin Malik. Ia berkata: “Aku melihat kedua mata Rasulullah yang suci bersinar dari bawah perisai kepala. Kemudian aku berteriak sekeras-kerasnya: ‘Wahai seluruh kaum muslimin, bergembira-lah kalian. Inilah Rasulullah.’ Rasulullah memberikan isyarat kepadaku agar aku diam.”<br />
-<i>Bersambung-</i><br />
<br />
<i>Lihat Juga : <a href="http://islam-revolution.blogspot.com/2011/05/perang-uhud-bagian-2.html">Perang Uhud Bagian 2 </a></i>Admin Islam Revolutionhttp://www.blogger.com/profile/00178639993119808687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5313508176929225897.post-35758579294500489032011-05-05T21:00:00.000-07:002011-05-14T20:29:42.233-07:00Perjanjian Hudaibiyah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgn4_7Oo9J6YRQnJtNpkJiWd3GtV95XHRCUXyOM02hanTlinP84RtPFYuHGnu4emwHbcfYmNuIzNJVyoSbTTyxrhOvyXHmYq3qLCajX6dE6pK_JNM-SlJyjwN2VDpfnmCvTq8k1wrGZYz8/s1600/contract.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="256" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgn4_7Oo9J6YRQnJtNpkJiWd3GtV95XHRCUXyOM02hanTlinP84RtPFYuHGnu4emwHbcfYmNuIzNJVyoSbTTyxrhOvyXHmYq3qLCajX6dE6pK_JNM-SlJyjwN2VDpfnmCvTq8k1wrGZYz8/s320/contract.jpg" width="320" /></a></div><br />
<br />
Suatu ketika selagi masih berada di Madinah, Rasulullah SAW bermimpi bahwa beliau bersama para sahabat memasuki Masjidil-Haram, mengambil kunci Ka’bah, melaksanakan thawaf dan umrah, sebagian sahabat ada yang mencukur dan sebagain lain ada yang memendekkan rambutnya Beliau menyampaikan mimpinya kepada para sahabat dan mereka tampak senang, karena menurut perkiraan pada tahun itu pula mereka bisa memasuki Makkah. Tidak lama kemudian beliau menyatakan hendak melakukan umroh. Maka mereka melakukan persiapan untuk mengadakan perjalanan jauh.<br />
<br />
Informasi tersebut ternyata begitu cepat terdengar oleh Quraisy dan mereka mengirim pasukan di bawah pimpinan Khalid Bin Al-Walid untuk melakukan berbagai upaya guna menghalang-halangin kaum muslimin memasuki Masjidil-Haram. Sehingga Rasululloh harus mengalihkan jalur perjalanan untuk menghindari bentrokan fisik meski harus mengambil jalur yang sulit dan berat di antara celah-celah gunung melewati Al-Hamsy menuju Tsaniyyatul-Murar sebelum turun ke hudaibiyah.<br />
<br />
Upaya Quraisy tersebut belum juga berujung kata menyerah, beberapa utusan pun dikirim untuk melancarkan misinya, seperti Urwah bin Mas’ud Ats-yang akhirnya harus berhadapan dengan keponakannya sendiri Al-Mughirah bin Syu’bah yang tak lain adalah ajudan Rasululloh yang siap membelanya kapan pun. Negosiasi yang dilakukan pihak Quraisy di level pimpinan, ternyata tidak sinergis dengan para pemudanya yang dengan semangat membara terus memancing bara peperangan dengan menyusup ke barisan kaum muslimin. Muhammad bin Maslamah yang bertugas sebagai komandan berhasil menangkap mereka dan setelah diserahkan ke Rasulullah, beliau pun memaafkan mereka karena sejak semula menginginkan suasana damai (Q.S. Al-Fath:24).<br />
<br />
<b>Sarana Diplomasi</b><br />
<br />
Sejak peristiwa itu, Rasululloh menegaskan kepada Quraisy sikap dan tujuan beliau dalam perjalanan kali ini, adalah bukan untuk berperang, tapi datang hendak melaksanakan umrah. Awalnya Umar bin Khathab yang didaulat, namun menyadari posisinya di Makkah yang tidak mendapat dukungan dari sanak keluarganya Bani Ka’b, maka dipilihlah Ustamn bin Affan untuk menyampaikan maksud tersebut kepada Quraisy. Perjalanan ke arah negosiasi ini pun sempat menimbulkan isu terbunuhnya Ustman karena cukup lamanya Quraisy menahan Ustman bin Affan di Makkah. Isu ini terdengar juga oleh Rasulullah dan beliau bersabda, “kita tidak akan beranjak sebelum membereskan urusan dengan mereka” dan terjadilan Baiat Ridhwan (karena dilaksanakan di bawah sebuah pohon), dan setelah proses baiat itu selesai, Utsman bin Affan muncul dan ikut berbaiat.<br />
<br />
Posisi Quraisy yang demikian terjepit telah disadari dan diutuslah Suhail bin Amr guna mengadakan diplomasi, yang intinya menegaskan kepada Rasululloh untuk pulang ke Madinah. Setelah bertemu Rosul, kedua belah pihak menyepakati klausul-klausul perjanjian sebagai berikut :<br />
<br />
1. Rasulullah harus pulang ke Madinah Tahun ini dan tidak boleh memasuki Makkah kecuali tahun depan bersama orang-orang muslim, dan mereka diberi jangka waktu 3 hari berada di Makkah dan hanya boleh membawa senjata yang biasa di bawa musafir, yaitu pedang yang disarungkan dan Quraisy tidak menghalangi dengan cara apa pun.<br />
2. Gencatan senjata kedua belah pihak selama 10 tahun dan sebagian tidak boleh memerangi sebagian yang lain.<br />
3. Barangsiapa yang ingin bergabung dengan pihak Muhammad dan perjanjiannya, maka dia boleh melakukannya begitu juga yang akan bergabung dengan pihak Quraisy, dan kabilah yang bergabung tersebut menjadi bagian dari pihak tersebut, sehingga penyerangan yang ditujukan kepada kabilah tertentu, dianggap sebagai penyerangan terhadap pihak yang bersangkutan dengannya.<br />
4. Siapa pun orang Quraisy yang mendatangi Muhammad tanpa izin walinya, maka dia harus dikembalikan kepada pihak Quraisy, dan siapa pun dari pihak Muhammad yang mendatangi Quraisy tanpa izin walinya, maka dia tidak boleh dikembalikan kepadanya.<br />
<br />
Setelah perjanjian selesai ditulis, Rasulullah memerintahkan untuk menyembelih hewan Qurban dan mencukur rambut sebagai tanda umroh, namun hal ini tidak dilaksanakan oleh para sahabat. Akhirnya atas saran Ummu Salamah, beliau melakukannya sendiri dan akhirnya diikuti oleh sahabat yang lain.<br />
<br />
<b>Pelajaran dari Klausul-Klausul Perjanjian</b><br />
<br />
Kemenangan yang amat besar bagi kaum muslimin setelah sekian lama tidak diakui oleh Quraisy bahkan hendak diberantas sampai akar-akarnya, di samping orang-orang Quraisy merasa tidak sanggup lagi menghadapi kaum muslimin. Dikukuhkan dalam Firman-Nya Q.S. Al-Fath:1, “sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.” Berikut hal-hal yang dapat dipetik dari per-klausulnya:<br />
<br />
1. Klausul ketiga menunjukkan pihak Quraisy lupa terhadap kedudukannya sebagai pemegang roda kehidupan dunia dan kepemimpinan agam, mereka lebih memikirkan keselamatan diri mereka sendiri. Artinya kalau pun semua orang baik Arab maupun selain Arab masuk Islam, mereka tidak memedulikannya dan tidak akan ikut campur, hal ini merupakan kegagalan yang telak bagi Quraisy dan kemenangan bagi pihak muslim. Terbukti jumlah kaum muslimin yang tidak lebihd ari 3000 orang sebelum genjatan senjata, semakin bertambah setelah masa dua tahun menjadi sepuluh ribu.<br />
2. Klausul kedua, bahwa perjanjian genjatan senjata yang disepakati berlaku selama sepuluh tahun, tentu akan membatasi kedengkian dan dendam mereka. Lagi-lagi ini adalah kemenangan yang besar karena pihak Quraisy lah yang mengawali peperangan.<br />
3. Klausul pertama merupakan pagar pembatas bagi Quraisy, sehingga mereka tidak bisa menghalangi seseorang memasuki Masjidil-Haram, karena pembatasan yang disepakati hanya selama satu tahun.<br />
4. Klausul keempat, celah ini sebenarnya tidak banyak berarti dan tidak membahayakan kaum muslim. Karena bagi penduduk Makkah yang masuk Islam, kalau pun tidak bisa datang ke Madinah, toh bumi Allah itu amat luas.<br />
<br />
<b>Beberapa tokoh Quraisy masuk Islam</b><br />
<br />
Awal tahun 7 H setelah gencatan senjata, beberapa tokoh Quraisy masuk Islam, seperti Amr bin Al-Ash, Khalid bin Al-Walid dan Utsman bin Thalhah.Admin Islam Revolutionhttp://www.blogger.com/profile/00178639993119808687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5313508176929225897.post-21149034253835103422011-05-03T21:00:00.000-07:002011-05-14T20:25:01.406-07:00Mereka Unik<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW27gRmpU9IxaMEBci-ViFikIwYwaXjqY5XKWjNc1eXKGM_7Q_5p0Vgei9b_QYPM25la0mrN_gUpvfpkBg8NCemz-uU5lvM8gWG8lDNjDVC7Dt0WW0U5uhrgu3BB8nrzdt-DNSsKl1YJ4/s1600/al-quran-1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="294" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW27gRmpU9IxaMEBci-ViFikIwYwaXjqY5XKWjNc1eXKGM_7Q_5p0Vgei9b_QYPM25la0mrN_gUpvfpkBg8NCemz-uU5lvM8gWG8lDNjDVC7Dt0WW0U5uhrgu3BB8nrzdt-DNSsKl1YJ4/s320/al-quran-1.jpg" width="320" /></a></div><br />
<br />
Ada antara mereka yang sanggup tinggalkan baju cantik-cantik, wangi-wangian mahal, hidup senang lenang dalam kemewahan dan pilih kehidupan yang penuh dengan kesusahan dan dugaan hinggakan terkorban dalam keadaan tidak cukup kain untuk menutup jenazahnya.<br />
<br />
Ada antara mereka yang sanggup menyerahkan segala harta dan hanya meninggalkan dua perkara sahaja kepada anak dan isteri demi urusan ‘kerja’.<br />
<br />
Ada antara mereka yang sanggup makan daun kayu dan diseksa walaupun mereka ada sahaja pilihan untuk makan daging dan roti dan bersenang lenang tanpa tekanan.<br />
<br />
Siapakah mereka ini?<br />
<br />
<b> Mereka adalah generasi Al-Quran yang unik.</b><br />
<br />
Mereka sahabat-sahabat Rasulullah SAW, generasi pertama yang memeluk Islam dan bersama Rasulullah berjuang demi Islam.<br />
<br />
Tapi kenapa mereka unik? Dan apa kaitannya dengan Al-Quran? Kita juga ada Al-Quran atas rak dalam rumah, tapi kenapa mereka unik, kita tak? Apa kelebihan Al-Quran pada zaman mereka dengan Al-Quran atas rak kita?<br />
<br />
Kerana mereka ‘belajar untuk melaksanakan’.<br />
Mereka belajar Al-Quran untuk dilaksanakan dengan serta-merta. Mereka membaca Al-Quran bukan sekadar untuk menambah ilmu di dada sahaja tapi mereka laksanakan! Sebagaimana seorang perajurit menerima arahan yang tegas dan mereka terus laksanakan, begitulah juga dengan generasi Al-Quran yang unik ini. Kadang-kadang mereka lebih suka belajar sikit sahaja walaupun cuma 10 ayat, supaya mereka betul-betul dapat hafal dan laksanakan!<br />
<br />
Bukan setakat itu sahaja, mereka juga melucutkan (tajarrud) diri mereka dari zaman lampaunya di zaman jahiliyah secara keseluruhan. Mereka tinggalkan jahiliah secara total. Ini kerana mereka merasakan apa yang mereka lakukan di zaman jahiliyah dulu adalah kotor dan tidak sesuatu dengan ajaran Islam. Namun, ada ketikanya mereka didorong oleh nafsu untuk tertarik dengan jahiliyah yang dulu, ataupun ada ketikanya juga mereka merasa lemah semangat juang, mereka akan berasa bersalah dan berdosa dan kerana itulah mereka berusaha sedaya upaya mengikuti panduan yang digariskan Al-Quran untuk membersihkan kembali hati mereka.<br />
<br />
Bagaimana dengan kita?<br />
<br />
Percaya atau tidak kalau saya katakan bahawa kita sedang berada di tengah-tengah suasana jahiliyah yang serupa dengan suasana jahiliyah yang wujud pada zaman kedatangan Islam dulu, malah lebih gelap lagi.<br />
<br />
Cuba perhatikan 4 jenis perkahwinan pada zaman jahiliyah (hadis riwayat Saidatina Aisyah ra):<br />
<br />
1) Perkahwinan seperti yang berlaku di zaman kita sekarang, iaitu seorang lelaki meminang seorang anak perempuan orang lain yang halal dinikahinya, dan pihak yang kedua setuju, dan mereka melangsungkan perkahwinan.<br />
<br />
2) "Kahwin mencari anak pintar". Si suami menyuruh isterinya bersetubuh dengan lelaki lain (yang memiliki ciri-ciri tertentu mungkin) dan setelah isterinya mengandung hasil persetubuhan itu barulah si suami akan menyetubuhi isterinya, kalau dia mahu. Disuruh melakukan sebegitu adalah kerana ingin mendapatkan anak yang pintar.<br />
<br />
<br />
3) Sekumpulan lelaki (kurang 10 orang) berpakat menyetubuhi perempuan tertentu mengikut giliran masing-masing. Dan bila perempuan itu mengandung dan seterusnya melahirkan anak, lelaki-lelaki tadi akan dikumpulkan dan perempuan tersebut yang akan memilih lelaki mana yang boleh memiliki anak tadi. Dan lelaki yang dipilih itu mesti bertanggungjawab.<br />
<br />
4) Orang ramai berkumpul untuk menyetubuhi seorang wanita (tanpa apa-apa pakatan)dan perempuan tersebut tidak boleh menolak walau sesiapa sahaja yang ingin menyetubuhinya. Setelah perempuan itu mengandung dan melahirkan anak, lelaki-lelaki tadi akan berkumpul dan membuat pakatan untuk memilih siapa antara mereka yang bertanggungjawab menjaga bayi tersebut. Dan lelaki yang terpilih itu tidak boleh menolak keputusan ramai dan mesti menjadi ayah kepada anak itu.<br />
<br />
Sekali baca, saya rasa MasyaAllah, teruknya zaman jahiliyah itu. Memang jahiliyah la zaman jahiliyah tu. Tapi bila fikir balik dan renung seketika tentang zaman sekarang, ada juga kes rogol beramai-ramai, tapi zaman kita ni lagi jahiliyah dan gelap sebabnya anak itu dibuang! Tiada yang bertanggungjawab malah ada yang sanggup membunuh. Bukan setakat penzina tapi pembunuh. Sesungguhnya mereka di zaman kita ini pelampau! Dalam tak sedar, kita berada di zaman jahiliyah yang jauh lebih jahiliyah dari zaman sebelum senaskhah Al-Quran diturunkan.<br />
<br />
Pada ketika itu, mereka tidak lagi pun menerima senaskhah Al-Quran yang lengkap 30 juzuk kerana Al-Quran diturunkan secara berperingkat. Tapi kita sekarang? Kita ada naskhah yang lengkap dan dah siap ada baris lagi. Kalau tak faham bahasa Arab boleh cari Al-Quran yang ada terjemahan bahasa Melayu mahupun English. Pelbagai saiz, bentuk dan warna juga boleh dipilih. Nak yang poket saiz bentuk diari warna biru pun ada. Tapi.... Semua itu tak mampu tajarrrudkan jahiliyah dalam diri setiap dari kita. Jadi tak hairanlah jika generasi sahabat Rasulullah itu digelar generasi Al-Quran yang unik kerana hanya mereka sahaja yang mampu 'belajar dan laksanakan' ayat-ayat Al-Quran itu sesempurna yang boleh.<br />
<br />
Kerana itu, kita perlu kembali semula pada Al-Quran dalam erti kata yang sebenar. Memang Al-Quran kita cantik, warna biru, senang nak bawak sebab saiz poket, ada terjemahan dalam bahasa Melayu, senang nak faham tapi sayang ianya terletak di atas rak! Bukan di HATI!!<br />
<br />
Satu sahaja. <b>Kembalikan AL-Quran ke hati kita</b>. Dan kemudian, tajarrud jahiliyah dari diri secara total. Mulakan dengan diri sendiri dan pada masa yang sama (jangan tunggu bersedia kerana kita tak akan pernah bersedia) tajarrudkan juga jahiliyah dalam masyarakat. Moga Allah tunjukkan jalannya, InsyaAllah.Admin Islam Revolutionhttp://www.blogger.com/profile/00178639993119808687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5313508176929225897.post-78459624165197290442011-05-01T21:00:00.000-07:002011-05-14T20:44:13.457-07:00Ayah Nabi Ibrahim, Bukan Azar Sang Pembuat Patung<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVOzu5M9yCOJQt2j_IULa27ZladvodTSfiuyqNIs7DxxcsyMleSAYw00nhPUaLoPAJkSiQf2G-Kb7v1ZZD0F1vKSL-M4E6rxN1WUbD7JUNnStFCq_7_t63c0Mq4-0r72X4eZ5MLpiGl0Q/s1600/nabiibrahim.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVOzu5M9yCOJQt2j_IULa27ZladvodTSfiuyqNIs7DxxcsyMleSAYw00nhPUaLoPAJkSiQf2G-Kb7v1ZZD0F1vKSL-M4E6rxN1WUbD7JUNnStFCq_7_t63c0Mq4-0r72X4eZ5MLpiGl0Q/s320/nabiibrahim.jpg" width="216" /></a></div><br />
<br />
Masalah di atas merupakan masalah yang kontroversial. Barangkali untuk<br />
sebagian orang, masalah ini sudah selesai, dengan pengertian bahwa<br />
ayah Nabi Ibrahim adalah kafir, penyembah sekaligus pembuat patung.<br />
Dan kebanyakan dari kaum muslimin meyakini seperti itu. Padahal ada<br />
sebagian mufassirin dan ulama yang berpendapat bahwa ayah nabi Ibrahim<br />
seorang mukmin, paling tidak, ia hidup pada zaman fatrah . Sehingga ia<br />
tidak bisa dikatakan kafir dan juga tidak bisa dikatakan beriman,<br />
karena misi dan dakwah para nabi tidak sampai kepadanya.<br />
<br />
Tulisan ini mencoba ingin mendobrak apa yang dianggap pasti<br />
kebenarannya oleh mayoritas muslimin. Pertama ingin ditegaskan bahwa<br />
kekufuran ayah nabi Ibrahim bukan bagian dari ajaran Islam yang<br />
esensial ( al ma’lum minaddini bi al dharurah ), sehingga kekufurannya<br />
masih bisa dikaji ulang. Dan kalau ada pendapat yang bertentangan<br />
dengan pendapat mayoritas dalam masalah ini, maka jangan diartikan<br />
sebagai pertentangan terhadap ajaran agama, karena, malah, bisa jadi<br />
pendapat mayoritas yang keliru. Kedua bahwa untuk menilai seseorang<br />
itu kafir tidak semudah membalik telapak tangan. Penilaian ini<br />
sebenarnya hak Allah swt. dan dalam tataran syar’i membutuhkan<br />
kehati-hatian. Termasuk diantaranya apakah Abu Thalib kafir atau mukmin ?<br />
<br />
Dalil yang dijadikan sebagai dasar pengkafiran ayah nabi Ibrahim<br />
adalah beberapa ayat yang menyebutkan Azar sebagai ” ab ” Ibrahim.<br />
Misalnya ayat yang berbunyi, ” Ingatlah ( ketika ), Ibrahim berkata<br />
kepada ” ab “nya Azar, ” Apakah anda menjadikan patung-patung sebagai<br />
tuhan ?. Sesungguhnya Aku melihatmu dan kaummu berada pada kesesatan<br />
yang nyata “.( al An’am 74 ).<br />
<br />
Atas dasar ayat ini, ayah Ibrahim yang bernama Azar adalah seorang<br />
kafir dan sesat. Kemudian ayat lain yang memuat permohonan ampun<br />
Ibrahim untuk ayahnya ditolak oleh Allah dikarenakan dia adalah musuh<br />
Allah ( al Taubah 114). Menarik kesimpulan dari ayat di atas dan<br />
sejenisnya bahwa ayah nabi Ibrahim seorang kafir terlalu tergesa-gesa,<br />
karena kata ” abun ” dalam bahasa Arab tidak hanya berarti ayah<br />
kandung saja. Kata ini juga juga berarti, ayah tiri, paman, dan kakek.<br />
Misalnya al Qur’an menyebutkan Nabi Ismail sebagai ” ab ” Nabi Ya’kub<br />
as., padahal beliau adalah paman NabiYa’kub as.<br />
“Adakah kalian menyaksikan ketika Ya’kub kedatangan (tanda-tanda)<br />
kematian, ketika ia bertanya kepada anak-anaknya, ” Apa yang kalian<br />
sembah sepeninggalku ? “. Mereka menjawab, ” Kami akan menyembah<br />
Tuhanmu dan Tuhan ayah-ayahmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, Tuhan yang<br />
Esa, dan kami hanya kepadaNya kami berserah diri “.( al Baqarah 133 )<br />
Dalam ayat ini dengan jelas kata “aabaaika ” bentuk jama’ dari ” ab “<br />
berarti kakek ( Ibrahim dan Ishak ) dan paman ( Ismail ).<br />
Dan juga kata ” abuya ” atau ” buya ” derivasi dari ” ab ” sering<br />
dipakai dalam ungkapan sehari-hari bangsa Arab dengan arti guru, atau<br />
orang yang berjasa dalam kehidupan, termasuk panggilan untuk almarhum<br />
Buya Hamka, misalnya.<br />
<br />
Dari keterangan ringkas ini, kita dapat memahami bahwa kata ” ab “<br />
tidak hanya berarti ayah kandung, lalu bagaimana dengan kata ” ab “<br />
pada surat al An’am 74 dan al Taubah 114 ?. Dengan melihat ayat-ayat<br />
yang menjelaskan perjalanan kehidupan Nabi Ibrahim as. akan jelas<br />
bahwa seorang yang bernama ” Azar “, penyembah dan pembuat patung,<br />
bukanlah ayah kandung Ibrahim, melainkan pamannya atau ayah angkatnya<br />
atau orang yang sangat dekat dengannya.<br />
<br />
Pada permulaan dakwahnya, Nabi Ibrahim as. mengajak Azar sebagai orang<br />
yang dekat dengannya, “Wahai ayahku, janganlah kamu menyembah setan,<br />
sesungguhnya setan itu durhaka Tuhan yang Maha Pemurah “.( Maryam 44 ).<br />
<br />
Namun Azar menolak dan bahkan mengancam akan menyiksa Ibrahim.<br />
Kemudian dengan amat menyesal beliau mengatakan selamat jalan kapada<br />
Azar, dan berjanji akan memintakan ampun kepada Allah untuk Azar. “<br />
Berkata Ibrahim, ” Salamun ‘alaika, aku akan memintakan ampun kepada<br />
Tuhanku untukmu “.( Maryam 47 ).<br />
<br />
Kemudian al Qur’an menceritakan bahwa Nabi Ibrahim as. menepati<br />
janjinya untuk memintakan ampun untuk Azar seraya berdoa, ” Ya<br />
Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan gabungkan aku bersama<br />
orang-orang yang saleh. Jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi<br />
orang-orang yang datang kemudian. Jadikanlah aku termasuk orang-orang<br />
yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan, dan ampunilah ayahku ( abii<br />
), sesungguhnya ia adalah termasuk golongan yang sesat. Jangnlah Kamu<br />
hinakan aku di hari mereka dibangkitkan kembali, hari yang mana harta<br />
dan anak tidak memberikan manfaat kecuali orang yang menghadapi Allah<br />
dengan hati yang selamat “.(al Syua’ra 83-89 ).<br />
Allamah Thaba’thabai menjelaskan bahwa kata ” kaana ” dalam ayat ke 86<br />
menunjukkan bahwa doa ini diungkapkan oleh Nabi Ibrahim as. setelah<br />
kematian Azar dan pengusirannya kepada Nabi Ibrahim as. ( Tafsir al<br />
Mizan 7/163).<br />
<br />
Setelah Nabi Ibrahim as. mengungkapkan doa itu, dan itu sekedar<br />
menepati janjinya saja kepada Azar, Allah menyatakan bahwa tidak layak<br />
bagi seorang nabi memintakan ampun untuk orang musyrik, maka beliau<br />
berlepas tangan ( tabarri ) dari Azar setelah jelas bahwa ia adalah<br />
musuh Allah swt. (lihat surat al Taubah 114 ) Kemudian pada perjalanan<br />
kehidupan Nabi Ibrahim yang terakhir, beliau datang ke tempat suci<br />
Mekkah dan mempunyai keturunan, kemudian membangun kembali ka’bah,<br />
beliau berdoa, ” Ya Tuhan kami, ampunilah aku, kedua walid- ku dan<br />
kaum mukminin di hari tegaknya hisab “.( Ibrahim 41 ).<br />
<br />
Kata ” walid ” hanya mempunyai satu makna yaitu yang melahirkan. Dan<br />
yang dimaksud dengan ” walid ” disini tidak mungkin Azar, karena Nabi<br />
Ibrahim telah ber-tabarri dari Azar setelah mengetahui bahwa ia adalah<br />
musuh Allah ( al taubah 114 ). Dengan demikian, maka yang dimaksud<br />
dengan walid disini adalah orang tua yang melahirkan beliau, dan<br />
keduanya adalah orang-orang yang beriman. Selain itu, kata walid<br />
disejajarkan dengan dirinya dan kaum mukminin, yang mengindikasikan<br />
bahwa walid- beliau bukan kafir. Ini alasan yang pertama.<br />
<br />
Alasan yang kedua, adalah ayat yang berbunyi, ” Dan perpindahanmu (<br />
taqallub) di antara orang-orang yang sujud “.( al Syua’ra 219 ).<br />
Sebagian ahli tafsir menafsirkan bahwa yang dimakasud dengan ayat ini<br />
adalah bahwa diri nabi Muhammad saww. berpindah-pindah dari sulbi ahli<br />
sujud ke sulbi ahli sujud. Artinya ayah-ayah Nabi Muhammad dari<br />
Abdullah sampai Nabi Adam adalah orang-orang yang suka bersujud kepada<br />
Allah. (lihat tafsir al Shofi tulisan al Faidh al Kasyani 4/54 dan<br />
Majma’ al Bayan karya al Thabarsi 7/323 ).<br />
<br />
Nabi Ibrahim a. beserta ayah kandungnya termasuk kakek Nabi Muhammad<br />
saww. Dengan demikian, ayah kandung Nabi Ibrahim as adalah seorang<br />
yang ahli sujud kepada Allah swt. .Admin Islam Revolutionhttp://www.blogger.com/profile/00178639993119808687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5313508176929225897.post-9491534396158148312011-04-29T21:00:00.000-07:002011-05-14T20:13:30.015-07:00Siapa Dia? Aku tidak Mengenalnya...<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZipwJNswDnxIurtPgok9GikfT8hOxTl7a5_5-WFsAVH4Kr2D2WqL2Cp9s0o2SJgYN9ya74J-gpQXvMwaj4JHoopyDqNhxoETuUQTeeDVL01ILk7ihOI0zAZIAcJPpTXRW9qAupPf0eDA/s1600/Ya-rab_Designed_by_Ola.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZipwJNswDnxIurtPgok9GikfT8hOxTl7a5_5-WFsAVH4Kr2D2WqL2Cp9s0o2SJgYN9ya74J-gpQXvMwaj4JHoopyDqNhxoETuUQTeeDVL01ILk7ihOI0zAZIAcJPpTXRW9qAupPf0eDA/s320/Ya-rab_Designed_by_Ola.jpg" width="320" /></a></div><br />
<br />
Siapa dia..sungguh aku tidak mengenalnya..<br />
Siapa dia..banyak orang yg membicarakan kebaikannya..<br />
Siapa dia..ya Rabb..hanya sekilas yg aku dengar tentangnya..<br />
Benarkan beliau salah seorang penyeru dijalanMu ya Rabb..?<br />
<br />
Sudah usaikah tugasnya di bumi-Mu ini ya Rabb..?<br />
Sudah lelahkah dirinya untuk berjalan di bumi-Mu ini ya Rabb..?<br />
Atau….Kau ingin beliau berada lebih dekat lagi dengan-Mu ya Rabb..?<br />
Atau …Kau ingin hapuskan semua peluh di tubuhnya ya Rabb..?<br />
<br />
Aku tidak mengenalnya ya Rabb..<br />
Namun..dada ini bergetar mendengar berita wafatnya..<br />
Aku tidak mengenalnya ya Rabb..<br />
Tapi mata ini tak kuasa lagi menahan airnya..<br />
<br />
Rabb..Engkau lebih berhak memanggil orang alim itu..<br />
Namun..tinggalkanlah ilmu kebenaran-Mu pada kami..<br />
Rabb..andai jasad itu harus terkubur..<br />
Jangan lah..Kau kubur juga pelajaran dari-Mu..<br />
<br />
Rabb..aku tidak mengenalnya..<br />
Tapi ku ingin Kau lipat gandakan amal baiknya..<br />
Rabb..aku tidak mengenalnya..<br />
Tapi ku ingin Kau sudi hapuskan semua khilafnya..<br />
<br />
Rabb..Rasul-Mu lama telah tiada….<br />
Namun..ruh perjuangannya masih Kau pancarkan..<br />
Dan ijinkanlah kami untuk tetap menjaganya..<br />
Melalui diri-diri yg Kau pancarkan cahaya-Mu..<br />
<br />
Rabb..jalan kebenaran-Mu masih panjang..<br />
Maka..lahirkanlah sejuta pejuang kebenaran-Mu yg lain..<br />
Rabb..bumi ini kepunyaan-Mu..<br />
Maka jangan biarkan penentang-Mu menguasainya..<br />
<br />
Jum’at 20 April 2007 <br />
<br />
By<i>: suhana032003@yahoo.com</i>Admin Islam Revolutionhttp://www.blogger.com/profile/00178639993119808687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5313508176929225897.post-49533680634095939932011-04-27T21:00:00.000-07:002011-04-29T17:02:03.089-07:00Al-Quran yang Suci<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilIan6LX3tNh4wla_YUVFcAj4St23K1wO-ZfjaR39w5Y6e6s7zcMT61lY8GxSJhuE1LMgWYSoMz6mN_3x7Sp9-iusJergLv5IJq2DpQuXgtjPxYmk3avtZzgXNLjgviJPEeidbEvm4HAw/s1600/23322-al-quran.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="218" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilIan6LX3tNh4wla_YUVFcAj4St23K1wO-ZfjaR39w5Y6e6s7zcMT61lY8GxSJhuE1LMgWYSoMz6mN_3x7Sp9-iusJergLv5IJq2DpQuXgtjPxYmk3avtZzgXNLjgviJPEeidbEvm4HAw/s320/23322-al-quran.jpg" width="320" /></a></div><br />
Al-Qur’an Suci ditulis dalam bahasa Arab, akan tetapi secara esensi dan aktulitasnya, ia ditulis di dalam bahasa Tuhan. Hanya mereka yang cinta dan takut pada Tuhanlah yang dapat mengerti arti sejati dari Al-Qur’an, hanya mereka yang dekat kepada-Nya yang memahami bahasa-Nya.<br />
<br />
Untuk mengatakan bahwa suatu kitab yang dapat kita pegang dengan tangan kita adalah Al-Qur’an Suci adalah seperti mengatakan bahwa matahari adalah sebuah cermin kecil yang bulat. Bahasa manusia tidaklah mampu menerjemahkan bahasa Al-Qur’an ke dalam suatu pengertian manusia. Kita itu fana, sementara Tuhan adalah kekal.<br />
<br />
Al-Qur’an adalah sesuatu yang tidak bertepi. Bila lautan adalah tintanya, dan pohon-pohon di hutan adalah pena-penanya, lelangit dan Bumi adalah kertasnya, lalu sampai akhir waktu seluruh ciptaan menuliskan buku ini—maka tinta itu akan habis, semua pena juga akan habis, demikian pula semua kertas, para malaikat dan seluruh makhluk akan kelelahan—namun tetap saja makna Al-Qur’an tidak akan bisa dijelaskan sepenuhnya.<br />
Segala hal telah tercakup dalam Al-Qur’an—apa-apa yang terjadi sebelum adanya masa dan setelah masa tiada, yang tersembunyi dan terbuka. Apapun terkandung dalam Al-Qur’an. Namun engkau harus punya mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, akal untuk memahami dan kalbu untuk merasakan.<br />
<br />
Derajat pemahamanmu terhadap al-Quran berbanding lurus dengan kedekatanmu kepada Tuhan. Suatu hari, Ibnu al-’Arabi r.a., seorang sufi besar, terjatuh dari kudanya. Ketika murid-muridnya yang kuatir mendapatkannya, mereka melihatnya tengah duduk di tanah, diam, fana. Sesaat kemudian, ia pun menengadah dan berkata kepada mereka, ”Aku baru saja menafakuri dimana gerangan di dalam Al-Qur’an tercantum bahwa aku akan terjatuh dari kudaku. Aku telah menemukannya, ternyata itu terdapat pada suatu ayat pembukaan surat.”<br />
<br />
Al-Qur’an Suci adalah sebuah dokumen. Ia membenarkan seluruh kitab-kitab yang diwahyukan terdahulu beserta kisah-kisah para Rasul yang membawanya. Pada satu tingkat, ia menceritakan tentang sejarah kemanusiaan, sejarah orang-orang yang beriman dan orang-orang tidak-beriman. Ia menunjukkan balasan untuk orang-orang yang beriman dan hukuman bagi orang-orang yang tidak-beriman. Ia mengajak kepada ke-berserah-diri-an dan cinta.<br />
<br />
Al-Qur’an Suci mengajarkan kita untuk menjadi insan. Ia mengajarkan tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh, dan apa arti dari cinta. Ia adalah ‘mata’ yang diberikan Allah kepada kita. Siapapun yang memilikinya akan mengetahui mana yang haq dan mana yang bathil, mana yang nyata dan mana yang tersembunyi.<br />
<br />
Al-Qur’an diwahyukan kepada nabi Muhammad S.A.W. sedikit demi sedikit, dalam suatu periode selama dua-puluh tiga tahun. Setiap kali suatu bagian disampaikan kepadanya, maka sang Nabi akan kehilangan kesadarannya. Dalam malam-malam yang dingin, beliau tetap berkeringat.<br />
Tuhan menyampaikan kepadanya bahwa apabila wahyu ini diturunkan kepada gunung, maka gunung itu akan hancur berantakan. Akan tetapi (kalbu) seorang insan (dapat) lebih kuat daripada gunung. Para sahabat nabi menyaksikan bahwa saat kepada Nabi tengah diturunkan wahyu dari Al-Qur’an ketika beliau sedang berada di atas untanya, maka untanya sampai jatuh terduduk di atas lututnya karena beratnya beban wahyu yang disampaikan.<br />
<br />
Pembersihan dari kotornya debu dunia disebutkan dalam Al-Qur’an dengan kelahiran nabi Isa a.s. Kelahirannya yang tidak berbapak adalah sebuah hadiah dari surga. Al-Qur’an pun memberitakan tentang kenabiannya, serta tentang kisah-kisah beliau menghidupkan orang yang mati, menyembuhkan yang berpenyakit lepra serta menyembuhkan yang buta.<br />
Al-Qur’an Suci adalah suatu kitab tentang pelajaran-pelajaran, sebuah buku tentang kebenaran, sebuah buku tentang cinta. Ia mengajarkan kita tentang kualitas-kualitas para nabi. Ia menunjukkan kepada kita bahwa seharusnya kita menjadi khalifah-Nya di muka Bumi. Jangan biarkan ia meninggalkan tangan, pikiran, atau hatimu. Membaca buku yang lain terus-menerus akan terasa membosankan, tapi tidak untuk kitab yang satu ini. Semakin banyak engkau baca, semakin ingin engkau terus membacanya.<br />
<br />
Salah satu keajaiban dari Al-Qur’an adalah bahwa seorang anak berusia lima tahun dapat menghafalnya . Padahal Al-Qur’an terdiri atas 6.666 ayat dan 114 surat. Tidak ada kitab lain yang begitu mudah untuk dipelajari. Dalam setiap abad, terdapat ribuan, bahkan ratusan ribu orang yang telah hafal Al-Qur’an.<br />
<br />
Insan itu fana, sedangkan Al-Qur’an adalah abadi. Ia merupakan kitab Allah. Maka bagaimanakah seseorang dapat menghafal Al-Qur’an? Bahkan, bagaimana manusia yang fana berani membaca Al-Qur’an yang abadi? Sebenarnya, Tuhanlah yang melindungi dan menjaga Al-Qur’an yang sesungguhnya – setiap kata dan titiknya. Kalbu insan yang menghafalnya, tetapi sesungguhnya Tuhanlah yang menyimpan Kitab Ilahiah itu di dalam kalbu insan. Tuhanlah yang melantunkan Al-Quran Suci melalui lisan insan.<br />
<br />
Al-Qur’an Suci bukanlah sebuah buku yang ditulis dalam bahasa Arab. Seluruh alam raya adalah Al-Qur’an. Ia menjangkau dari yang lebih dahulu daripada yang awal, sampai ke setelah yang akhir. Ia adalah penjelasan yang mencakup segalanya.<br />
<br />
Para pecinta Tuhan selalu membaca Al-Qur’an. Mereka yang ikhlas dan selalu berserah-diri kepada-Nya mengerti tentang arti Al-Qur’an. Al-Qur’an ibarat seutas tali. Satu ujung berada dalam genggaman-Nya dan yang satu lagi turun ke Bumi. Siapapun yang berpegang kepada tali itu akan selamat, dan memperoleh ganjaran Kebenaran dan al-Jannah.<br />
<br />
Bacalah Al-Qur’an, agar dapat engkau temukan obat bagi segala kesulitanmu.<br />
(dikutip dari buku ‘Cinta Bagai Anggur’ terbitan PICTS)Admin Islam Revolutionhttp://www.blogger.com/profile/00178639993119808687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5313508176929225897.post-76220137141810371852011-04-25T21:00:00.000-07:002011-04-29T17:01:36.565-07:00Syariat yang Bersih dan Sehat<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4u0QOfe1gHdwefYM7Z5OSIrVyvYyO0CUNbUMs4Enfi6aiedQ0RKD1LNn-WzOv9Q8KX4G7b0zZODqAt0H3jriEEYCRzX4W9COBdF9Ea1L4M8eN3YuDiRFb3KhHQ3zODTCPWu2-M4QyXVA/s1600/air-bersih.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4u0QOfe1gHdwefYM7Z5OSIrVyvYyO0CUNbUMs4Enfi6aiedQ0RKD1LNn-WzOv9Q8KX4G7b0zZODqAt0H3jriEEYCRzX4W9COBdF9Ea1L4M8eN3YuDiRFb3KhHQ3zODTCPWu2-M4QyXVA/s1600/air-bersih.jpg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><br />
<br />
“Dan di dalam diri binatang-binatang ternak ada pelajaran buat kalian, kami beri minum kalian dari perut-perut binatang ternak itu, di antara tahi dan darah, susu yang mudah dikonsumsi bagi peminumnya.” (QS Al-An’am 66) .<br />
<br />
Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj, selepas Nabi Muhammad saw memimpin shalat khusus yang dimakmumi para Nabi dan Rasul sebelumnya, Jibril menyodorkan dua gelas minuman, satu berisi susu dan yang lain berisi khamer (minuman keras). Rasulullah memilih segelas susu. Jibril berkomentar, “Anda mendapatkan petunjuk kepada fitrah, demikian pula umatmu, wahai Muhammad.”<br />
Pernyataan Jibril ini mengisyaratkan bahwa syariah yang dibawa oleh Muhammad saw adalah dilambangkan dengan susu. Susu adalah minuman sehat bergizi tinggi yang sering kita kenal dalam program empat sehat lima sempurna. Susu adalah penyempurna. Susu adalah zat penyempurna bagi pertumbuhan hidup manusia. Individu maupun masyarakat yang memiliki tradisi minum susu akan tumbuh sehat secara fisik. Dalam konteks kesehatan masyarakat, baik fisik maupun mental, pelambangan syariah sebagai susu yang dikontrakan dengan minuman keras tentu memiliki makna yang dalam. Betapa penting arti susu bagi kesehatan individu dan masyarakat, sampai-sampai Allah SWT mengungkapkannya dalam ayat di atas, agar kita bisa mengambil pelajaran darinya.<br />
Imam Az Zamakhsyari dalam tafsirnya Al Kassyaf Juz 2/615 mengatakan bahwa ayat tersebut merupakan pelajaran karena Allah SWT menciptakan susu di antara tahi dan darah yang ternyata tidak membuatnya terkontaminasi oleh kedua zat tersebut, baik warna, bau, maupun kandungan zatnya. Betapa agung kekuasaan Allah SWT dan betapa lembut hikmahnya bagi orang yang memperhatikan dan memikirkannya.<br />
<br />
Syariat Islam diturunkan Allah SWT kepada bangsa Arab jahiliyah. Mereka hidup di antara syariat Ibrahim yang telah terkontaminasi dengan berbagai tradisi rusak jahiliyah menyertai penyembahan berhala serta tradisi Yahudi dan Nasrani yang telah jauh menyimpang dari ajaran Nabi Musa maupun Isa. Kitab Taurat maupun Injil telah terkontaminasi oleh tangan-tangan para rahib dan pendeta-pendeta mereka. Syariat Islam mempertahankan akidah tauhid yang dibawa Musa, Isa, maupun Ibrahim, dan para nabi lainnya, sekaligus menyempurnakan seluruh ajaran dan hukum-hukum yang dibawa oleh para Rasul sebelumnya.<br />
<br />
Syariat Islam adalah ajaran sempurna yang menghidupkan manusia dengan seluruh sifat kemanusiaannya. Penerapan syariah akan mewujudkan tujuan-tujuan luhur bagi pemeliharaan individu maupun masyarakat manusia, khususnya masyarakat Muslim.Admin Islam Revolutionhttp://www.blogger.com/profile/00178639993119808687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5313508176929225897.post-57099082600542734142011-04-23T21:00:00.000-07:002011-04-23T21:00:01.310-07:00Benarkah Poligami Sunah?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwO80hoNzZapyChh69jF7u0Pnr6hKkMoUNYOW1le8ZPRz14OlxpuzqWYLWbvz1vHHdbbwzweKtouMHvUn2ELVw-eAWyYmmoLOqrfizTgnsEAUo0u4QxaU7utZHTrkqiM9Ih845Y4wGk6s/s1600/posting+11+poligami+sunah.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwO80hoNzZapyChh69jF7u0Pnr6hKkMoUNYOW1le8ZPRz14OlxpuzqWYLWbvz1vHHdbbwzweKtouMHvUn2ELVw-eAWyYmmoLOqrfizTgnsEAUo0u4QxaU7utZHTrkqiM9Ih845Y4wGk6s/s1600/posting+11+poligami+sunah.png" /></a></div><br />
<br />
Nyatanya, sepanjang hayatnya, Nabi lebih lama bermonogami daripada berpoligami. Bayangkan, monogami dilakukan Nabi di tengah masyarakat yang menganggap poligami adalah lumrah. Rumah tangga Nabi SAW bersama istri tunggalnya, Khadijah binti Khuwalid RA, berlangsung selama 28 tahun. Baru kemudian, dua tahun sepeninggal Khadijah, Nabi berpoligami. Itu pun dijalani hanya sekitar delapan tahun dari sisa hidup beliau. Dari kalkulasi ini, sebenarnya tidak beralasan pernyataan "poligami itu sunah".<br />
<blockquote><i>UNGKAPAN "poligami itu sunah" sering digunakan sebagai pembenaran poligami.</i></blockquote>Namun, berlindung pada pernyataan itu, sebenarnya bentuk lain dari pengalihan tanggung jawab atas tuntutan untuk berlaku adil karena pada kenyataannya, sebagaimana ditegaskan Al Quran, berlaku adil sangat sulit dilakukan (An-Nisa: 129).<br />
DALIL "poligami adalah sunah" biasanya diajukan karena sandaran kepada teks ayat Al Quran (QS An-Nisa, 4: 2-3) lebih mudah dipatahkan. Satu-satunya ayat yang berbicara tentang poligami sebenarnya tidak mengungkapkan hal itu pada konteks memotivasi, apalagi mengapresiasi poligami. Ayat ini meletakkan poligami pada konteks perlindungan terhadap yatim piatu dan janda korban perang.<br />
Dari kedua ayat itu, beberapa ulama kontemporer, seperti Syekh Muhammad Abduh, Syekh Rashid Ridha, dan Syekh Muhammad al-Madan --ketiganya ulama terkemuka Azhar Mesir-- lebih memilih memperketat.<br />
Lebih jauh Abduh menyatakan, poligami adalah penyimpangan dari relasi perkawinan yang wajar dan hanya dibenarkan secara syar'i dalam keadaan darurat sosial, seperti perang, dengan syarat tidak menimbulkan kerusakan dan kezaliman (Tafsir al-Manar, 4/287).<br />
Anehnya, ayat tersebut bagi kalangan yang propoligami dipelintir menjadi "hak penuh" laki-laki untuk berpoligami. Dalih mereka, perbuatan itu untuk mengikuti sunah Nabi Muhammad SAW. Menjadi menggelikan ketika praktik poligami bahkan dipakai sebagai tolok ukur keislaman seseorang: semakin aktif berpoligami dianggap semakin baik poisisi keagamaannya. Atau, semakin bersabar seorang istri menerima permaduan, semakin baik kualitas imannya. Slogan-slogan yang sering dimunculkan misalnya, "poligami membawa berkah," atau "poligami itu indah," dan yang lebih populer adalah "poligami itu sunah."<br />
Dalam definisi fikih, sunah berarti tindakan yang baik untuk dilakukan. Umumnya mengacu kepada perilaku Nabi. Namun, amalan poligami, yang dinisbatkan kepada Nabi, ini jelas sangat distorsif.<br />
Alasannya, jika memang dianggap sunah, mengapa Nabi tidak melakukannya sejak pertama kali berumah tangga?<br />
Nyatanya, sepanjang hayatnya, Nabi lebih lama bermonogami daripada berpoligami. Bayangkan, monogami dilakukan Nabi di tengah masyarakat yang menganggap poligami adalah lumrah. Rumah tangga Nabi SAW bersama istri tunggalnya, Khadijah binti Khuwalid RA, berlangsung selama 28 tahun. Baru kemudian, dua tahun sepeninggal Khadijah, Nabi berpoligami. Itu pun dijalani hanya sekitar delapan tahun dari sisa hidup beliau. Dari kalkulasi ini, sebenarnya tidak beralasan pernyataan "poligami itu sunah".<br />
Sunah, seperti yang didefinisikan Imam Syafi'i (w. 204 H), adalah penerapan Nabi SAW terhadap wahyu yang diturunkan. Pada kasus poligami Nabi sedang mengejawantahkan Ayat An-Nisa 2-3 mengenai perlindungan terhadap janda mati dan anak-anak yatim. Dengan menelusuri kitab Jami' al-Ushul (kompilasi dari enam kitab hadis ternama) karya Imam Ibn al-Atsir (544-606H), kita dapat menemukan bukti bahwa poligami Nabi adalah media untuk menyelesaikan persoalan sosial saat itu, ketika lembaga sosial yang ada belum cukup kukuh untuk solusi.<br />
Bukti bahwa perkawinan Nabi untuk penyelesaian problem sosial bisa dilihat pada teks-teks hadis yang membicarakan perkawinan-perkawinan Nabi. Kebanyakan dari mereka adalah janda mati, kecuali Aisyah binti Abu Bakr RA.<br />
Selain itu, sebagai rekaman sejarah jurisprudensi Islam, ungkapan "poligami itu sunah" juga merupakan reduksi yang sangat besar. Nikah saja, menurut fikih, memiliki berbagai predikat hukum, tergantung kondisi calon suami, calon istri, atau kondisi masyarakatnya. Nikah bisa wajib, sunah, mubah (boleh), atau sekadar diizinkan. Bahkan, Imam al-Alusi dalam tafsirnya, Rûh al-Ma'âni, menyatakan, nikah bisa diharamkan ketika calon suami tahu dirinya tidak akan bisa memenuhi hak-hak istri, apalagi sampai menyakiti dan mencelakakannya. Demikian halnya dengan poligami. Karena itu, Muhammad Abduh dengan melihat kondisi Mesir saat itu, lebih memilih mengharamkan poligami.<br />
<h3><center>Nabi dan larangan poligami</center></h3>Dalam kitab Ibn al-Atsir, poligami yang dilakukan Nabi adalah upaya transformasi sosial (lihat pada Jâmi' al-Ushûl, juz XII, 108-179). Mekanisme poligami yang diterapkan Nabi merupakan strategi untuk meningkatkan kedudukan perempuan dalam tradisi feodal Arab pada abad ke-7 Masehi. Saat itu, nilai sosial seorang perempuan dan janda sedemikian rendah sehingga seorang laki-laki dapat beristri sebanyak mereka suka.<br />
Sebaliknya, yang dilakukan Nabi adalah membatasi praktik poligami, mengkritik perilaku sewenang-wenang, dan menegaskan keharusan berlaku adil dalam berpoligami.<br />
Ketika Nabi melihat sebagian sahabat telah mengawini delapan sampai sepuluh perempuan, mereka diminta menceraikan dan menyisakan hanya empat. Itulah yang dilakukan Nabi kepada Ghilan bin Salamah ats-Tsaqafi RA, Wahb al-Asadi, dan Qais bin al-Harits. Dan, inilah pernyataan eksplisit dalam pembatasan terhadap kebiasan poligami yang awalnya tanpa batas sama sekali.<br />
Pada banyak kesempatan, Nabi justru lebih banyak menekankan prinsip keadilan berpoligami. Dalam sebuah ungkapan dinyatakan: "Barangsiapa yang mengawini dua perempuan, sedangkan ia tidak bisa berbuat adil kepada keduanya, pada hari akhirat nanti separuh tubuhnya akan lepas dan terputus" (Jâmi' al-Ushûl, juz XII, 168, nomor hadis: 9049). Bahkan, dalam berbagai kesempatan, Nabi SAW menekankan pentingnya bersikap sabar dan menjaga perasaan istri.<br />
Teks-teks hadis poligami sebenarnya mengarah kepada kritik, pelurusan, dan pengembalian pada prinsip keadilan. Dari sudut ini, pernyataan "poligami itu sunah" sangat bertentangan dengan apa yang disampaikan Nabi. Apalagi dengan melihat pernyataan dan sikap Nabi yang sangat tegas menolak poligami Ali bin Abi Thalib RA. Anehnya, teks hadis ini jarang dimunculkan kalangan propoligami. Padahal, teks ini diriwayatkan para ulama hadis terkemuka: Bukhari, Muslim, Turmudzi, dan Ibn Majah.<br />
Nabi SAW marah besar ketika mendengar putri beliau, Fathimah binti Muhammad SAW, akan dipoligami Ali bin Abi Thalib RA. Ketika mendengar rencana itu, Nabi pun langsung masuk ke masjid dan naik mimbar, lalu berseru: "Beberapa keluarga Bani Hasyim bin al-Mughirah meminta izin kepadaku untuk mengawinkan putri mereka dengan Ali bin Abi Thalib. Ketahuilah, aku tidak akan mengizinkan, sekali lagi tidak akan mengizinkan. Sungguh tidak aku izinkan, kecuali Ali bin Abi Thalib menceraikan putriku, kupersilakan mengawini putri mereka. Ketahuilah, putriku itu bagian dariku; apa yang mengganggu perasaannya adalah menggangguku juga, apa yang menyakiti hatinya adalah menyakiti hatiku juga." (Jâmi' al-Ushûl, juz XII, 162, nomor hadis: 9026).<br />
Sama dengan Nabi yang berbicara tentang Fathimah, hampir setiap orangtua tidak akan rela jika putrinya dimadu. Seperti dikatakan Nabi, poligami akan menyakiti hati perempuan, dan juga menyakiti hati orangtuanya.<br />
Jika pernyataan Nabi ini dijadikan dasar, maka bisa dipastikan yang sunah justru adalah tidak mempraktikkan poligami karena itu yang tidak dikehendaki Nabi. Dan, Ali bin Abi Thalib RA sendiri tetap bermonogami sampai Fathimah RA wafat.<br />
<h3><center>Poligami tak butuh dukungan teks</center></h3><blockquote><i>Sebenarnya, praktik poligami bukanlah persoalan teks, berkah, apalagi sunah, melainkan persoalan budaya. Dalam pemahaman budaya, praktik poligami dapat dilihat dari tingkatan sosial yang berbeda.</i></blockquote>Bagi kalangan miskin atau petani dalam tradisi agraris, poligami dianggap sebagai strategi pertahanan hidup untuk penghematan pengelolaan sumber daya. Tanpa susah payah, lewat poligami akan diperoleh tenaga kerja ganda tanpa upah. Kultur ini dibawa migrasi ke kota meskipun stuktur masyarakat telah berubah. Sementara untuk kalangan priayi, poligami tak lain dari bentuk pembendamatian perempuan. Ia disepadankan dengan harta dan takhta yang berguna untuk mendukung penyempurnaan derajat sosial lelaki.<br />
Dari cara pandang budaya memang menjadi jelas bahwa poligami merupakan proses dehumanisasi perempuan. Mengambil pandangan ahli pendidikan Freire, dehumanisasi dalam konteks poligami terlihat mana kala perempuan yang dipoligami mengalami <i>self-depreciation</i>. Mereka membenarkan, bahkan bersetuju dengan tindakan poligami meskipun mengalami penderitaan lahir batin luar biasa. Tak sedikit di antara mereka yang menganggap penderitaan itu adalah pengorbanan yang sudah sepatutnya dijalani, atau poligami itu terjadi karena kesalahannya sendiri.<br />
Dalam kerangka demografi, para pelaku poligami kerap mengemukakan argumen statistik. Bahwa apa yang mereka lakukan hanyalah kerja bakti untuk menutupi kesenjangan jumlah penduduk yang tidak seimbang antara lelaki dan perempuan. Tentu saja argumen ini malah menjadi bahan tertawaan. Sebab, secara statistik, meskipun jumlah perempuan sedikit lebih tinggi, namun itu hanya terjadi pada usia di atas 65 tahun atau di bawah 20 tahun. Bahkan, di dalam kelompok umur 25-29 tahun, 30-34 tahun, dan 45-49 tahun jumlah lelaki lebih tinggi. (Sensus DKI dan Nasional tahun 2000; terima kasih kepada lembaga penelitian IHS yang telah memasok data ini).<br />
Namun, jika argumen agama akan digunakan, maka sebagaimana prinsip yang dikandung dari teks-teks keagamaan itu, dasar poligami seharusnya dilihat sebagai jalan darurat. Dalam kaidah fikih, kedaruratan memang diperkenankan. Ini sama halnya dengan memakan bangkai; suatu tindakan yang dibenarkan manakala tidak ada yang lain yang bisa dimakan kecuali bangkai.<br />
Dalam karakter fikih Islam, sebenarnya pilihan monogami atau poligami dianggap persoalan parsial. Predikat hukumnya akan mengikuti kondisi ruang dan waktu. Perilaku Nabi sendiri menunjukkan betapa persoalan ini bisa berbeda dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lain. Karena itu, pilihan monogami-poligami bukanlah sesuatu yang prinsip. Yang prinsip adalah keharusan untuk selalu merujuk pada prinsip-prinsip dasar syariah, yaitu keadilan, membawa kemaslahatan dan tidak mendatangkan mudarat atau kerusakan (mafsadah).<br />
Dan, manakala diterapkan, maka untuk mengidentifikasi nilai-nilai prinsipal dalam kaitannya dengan praktik poligami ini, semestinya perempuan diletakkan sebagai subyek penentu keadilan. Ini prinsip karena merekalah yang secara langsung menerima akibat poligami. Dan, untuk pengujian nilai-nilai ini haruslah dilakukan secara empiris, interdisipliner, dan obyektif dengan melihat efek poligami dalam realitas sosial masyarakat.<br />
Dan, ketika ukuran itu diterapkan, sebagaimana disaksikan Muhammad Abduh, ternyata yang terjadi lebih banyak menghasilkan keburukan daripada kebaikan. Karena itulah Abduh kemudian meminta pelarangan poligami.<br />
Dalam konteks ini, Abduh menyitir teks hadis Nabi SAW: "Tidak dibenarkan segala bentuk kerusakan (dharar) terhadap diri atau orang lain." (Jâmi'a al-Ushûl, VII, 412, nomor hadis: 4926). Ungkapan ini tentu lebih prinsip dari pernyataan "poligami itu sunah".Admin Islam Revolutionhttp://www.blogger.com/profile/00178639993119808687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5313508176929225897.post-34172902135778013742011-04-21T21:00:00.000-07:002011-04-18T21:58:48.782-07:00Cara Wudhu Rasulullah SAW<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqAWfnbyWUjzQ0MahHLLj20bVd_BSYkL4jTYgeT37rYjVZzXdmG5rE8lNAW-EiwuqzQbur1M73PxMT23I3Al8sQCjSL_14LWKJesHfLhXAVv00jW4gF7BfiVu_pDDJ0V7xdA4ZB-tzuWM/s1600/posting+10+wudhu+rasul.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqAWfnbyWUjzQ0MahHLLj20bVd_BSYkL4jTYgeT37rYjVZzXdmG5rE8lNAW-EiwuqzQbur1M73PxMT23I3Al8sQCjSL_14LWKJesHfLhXAVv00jW4gF7BfiVu_pDDJ0V7xdA4ZB-tzuWM/s1600/posting+10+wudhu+rasul.jpg" /></a></div><br />
<br />
<b>1. N I A T.</b><br />
Niat artinya sengaja dengan penuh kesungguhan hati untuk mengerjakan wudhu' semata<br />
mata karena menaati perintah Allah SWT dan Rasulullah Muhammad saw..<br />
Ibnu Taimiyah berkata tempat NIAT adalah dihati bukan di lisan (ucapan) dalam semua<br />
masalah ibadah. Dan seandainya ada yang mengatakan bahwa lisannya berbeda dengan<br />
hatinya, maka yang diutamakan adalah apa yang diniatkan dalam hatinya dan bukanlah<br />
yang diucapkan. Dan seandainya seorang berkata dengan ucapannya yang niatnya tidak<br />
sampai kehati maka tidaklah mencukupi untuk ibadah, karena niat adalah kesengajaan dan<br />
kesungguhan dalam hati. (Majmuu'atirRasaaililKubro:I:243).<br />
Rasulullah menerangkan:<br />
<br />
Dari Umar bin Khotab, ia berkata, Telah bersabda Rasulullah saw:<br />
"Sesungguhnya segala perbuatan tergantung kepada niat, dan manusiaakan mendapatkan<br />
balasan menurut apa yang diniatkannya......<br />
(lanjutan hadist tsb:...."Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan RasulNya, maka<br />
hijrahnya itu kepada Allah dan RasulNya, dan barangsiapa yang hijrahnya karena keduniaan<br />
yang hendak diperolehnya atau disebabkan karena wanita yang hendak dikawininya, maka<br />
hijrahnya itu adalah karena tujuantujuan yang ingin dicapainya<br />
itu). HSR (Hadist Sahih Riwayat) Bukhory, Fathul Baary I:9; Muslim, 6:48).<br />
<br />
<b> 2. TASMIYAH (membaca Basmallah).</b><br />
Dari Abu Hurairoh ra., ia berkata:<br />
Telah bersabda Rasulullah saw: "Tidak sempurna wudhu' bagi yang tidak menyebut nama<br />
Allah padanya (HR. Ibnu Majah 339; Tirmidzi 26; Abu Dawud 101).<br />
<br />
Kata Syaikh AlAlbany: Hadist ini SAHIH. Lihat Shahih<br />
Jami'us Shoghiir, no. 7444. Katanya, hukum TASMIYAH adalah wajib. Juga pendapat ini<br />
dipilih oleh Imam Ahmad dan Syaukany, Insya Allah ini yang benar. Walloohu a'lamu (Lihat<br />
Tamaamul minnah fii tahriiji fiqhis Sunnah, p. 89 dan AsSailul Jiraar, I:7677).<br />
Hadist ini juga ditulis dalam Ahmad, 2:418; Hakim 1:146; Baihaqi 1:43 dan Daraquthny<br />
p.29.<br />
<br />
Dari Anas ra. ia berkata: sebagian para sahabat Nabi saw mencari air untuk berwudhu', lalu<br />
Rasulullah bersabda: "Apakah ada di antara kalian orang yang mempunyai air (membawa<br />
air)? Kemudian beliau meletakkan tangannya ke dalam air tsb.<br />
seraya berkata: BERWUDHU' LAH kalian dengan membaca BISMILLAH<br />
(Wa yaquulu tawadhdhouu BISMILLAAHI)!!.........<br />
<br />
(lanjutan hadistnya:....... lalu aku melihat air keluar dari jarijari tangannya, hingga mereka berwudhu' (semuanya) sampai orang terakhir berwudhu'. Kata Tsabit: Aku bertanya kepada Anas:<br />
Berapa engkau lihat jumlah mereka?? Kata Anas: kirakira jumlahnya ada tujuh puluh<br />
orang. (HSR. Bukhory I:236; Muslim 8: 411 dan Nasa'i no.78). <br />
<br />
<b>3. Mencuci kedua Telapak Tangan.</b><br />
Dari Humran bin Abaan, bahwasanya "Usman minta dibawakan air untuk wudhu', lalu ia<br />
mencuci kedua telapak tangannya tiga kali................... , kemudian ia berkata: "Aku<br />
melihat Rasulullah saw. berwudhu seperti wudhu' saya ini (lihat HSR. Bukhary dalam<br />
Fathul Baary I:259 no.159;160;164;1934 dan 6433 dan Muslim 1:141)<br />
<br />
Dari Abu Hurairah, ia berkata: telah bersabda Rasulullah saw.<br />
Bila salah seorang diantaramu bangun tidur, janganlah ia memasukkan tangannya kedalam<br />
bejana, sebelum ia mencucinya tiga kali, karena ia tidak tahu dimana tangannya itu<br />
bermalam (HSR. Bukhary, Fathul Baary, 1:229). Hadist yang bunyinya mirip tetapi dari<br />
jalur lain yaitu Abdullah bin Zaid (lihat HSR Bukhary, Fathul Baary 1:255 dan Muslim 3:121).<br />
JUga dari Aus bin Abi Aus, dari kakeknya (HSR Ahmad 4:9 dan Nasa'i 1:55).<br />
<br />
<b>4. Berkumurkumur (Madhmadhoh) dan menghirup air kehidung(Istinsyaaq)</b><br />
Dari Abdullah bin Zaid alAnshori, ketika diminta mencontohkan cara wudhu' Rasulullah<br />
saw..............hingga ia berkata:<br />
"Lalu ia (Rosulullooh saw.) berkumurkumur dan menghirup air kehidung dari satu telapak<br />
tangan, ia lakukan yang demikian tiga kali (HSR. Bukhary dan Muslim /lihat dari hadist<br />
hadist di nomor 3).<br />
Dari Amr bin Yahya, ia berkata: Lalu ia berkumurkumur dan menghirup air kehidung dan<br />
menyemburkan dari tiga cidukan (HSR Muslim 1:123 dan 3:122).<br />
<br />
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi saw. bersabda: Apabila salah seorang dari kamu<br />
berwudhu,maka hiruplah air kehidung kemudian semburkanlah (HR Bukhary, Fathul Baary<br />
1:229; Muslim 1:146 dan Abu Dawud no.140).<br />
<br />
Dari Laqith bin Shobroh, ia berkata: Ya Rasulullah ! Beritahukanlah kepadaku tentang wudhu'! Beliau bersabda: "sempurnakanlah wudhu', menggosok selasela jemari dan bersungguhsungguhlah dalam menghirup air kehidung, kecuali kalau kamu berpuasa". (HR. Abu Dawud no.142; Tirmidzi 38; Nasa'i 114 dan Ibnu Majah no.407).<br />
Hadist ini disahihkan oleh Ibnu Hibban dan Hakim dan disetujui oleh Imam AdzDzahabi dan<br />
disahihkan juga oleh Nawawy (Lihat Ta'liq atas Syarah Sunnah lil Imam AlBaghowy,<br />
1:417).<br />
<br />
Dari Abdu Khoir, ia berkata: Kami pernah duduk memperhatikan Ali ra. yang sedang<br />
berwudhu', lalu ia memasukkan tangan kanannya yang penuh dengan air dimulutnya<br />
berkumurkumur sekaligus menghirup air kedalam hidungnya, serta menghembuskannya<br />
dengan tangan kiri.<br />
<br />
Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali, kemudian ia berkata, barangsiapa yang senang melihat<br />
cara bersucinya Rasulullah saw. maka inilah caranya (HR AdDaarimy 1:178). Kata Al<br />
Albany sanadnya shahih (lihat Misykaatul Mashaabih 1:129 no.411).<br />
<br />
<b>5. Membasuh muka.</b><br />
Batas Muka meliputi, mulai dari tempat tumbuhnya rambut dikepala sampai kejenggot dan<br />
dagu, dan dari samping mulai dari tepi telinga sampai tepi telinga berikutnya.<br />
Firman Allah S. SlMaidah (5):6<br />
Dan basuhlah mukamukamu.<br />
<br />
Bukhory dan Muslim meriwayatkan dari Humran bin Abaan, bahwa Utsman minta air wudhu,<br />
lalu ia menyebut sifat wudhu Nabi s.a.w., ia berkata: "kemudian membasuh mukanya tiga<br />
kali" (BUkhory I:48; Fathul Baary I:259,no.159 dan Muslim I:141)<br />
<br />
<b>6. Mencuci Jenggot (Takhliilul Lihyah)</b><br />
Berdasarkan hadits Utsman ra. :<br />
Bahwasanya Nabi saw. mencuci jenggotnya. (HR. Tirmidzi no.31, ia berkata hadist ini<br />
HASANSAHIH; Ibnu Majah no.430; Ibnul Jarud, hal,43; Hakim I:149 dan ia berkata:<br />
SANADNYA SAHIH). Hadist ini disahihkan pula oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban (LIhat<br />
Ta'liq syarah Sunan Imam alBaghowy I:421).<br />
<br />
Dari Anas ra. bahwa Nabi saw. bila berwudhu' mengambil seciduk air (ditelapak tangannya),<br />
kemudian dimasukkannya kebawah dagunya, lalu ia menyelanyela jenggotnya seraya<br />
bersabda:"Beginilah Robbku 'Azza wa Jalla menyusuh aku" (HSR. Abu Dawud, no.145;<br />
Baihaqy I:154 dan Hakim I:149).<br />
Syaikh AlAlbany berkata Hadist ini sahih (Shahih Jaami'us Shoghiir, No. 4572).<br />
Sebagian ulama berpendapat bahwa mencuci jenggot ini wajib, tetapi sebagian mengatakan<br />
wajib untuk mandi janabat dan sunnah untuk wudhu, Imam Ahmad termasuk yang<br />
menyetujui pendapat terakhir('Aunul Ma'bud I:247).<br />
<br />
<b>7. Membasuh Kedua Tangan Sampai Kesiku.</b><br />
Allah berfirman S.AlMaidah (5):6 Dan basuhlah tangantanganmu sampai siku.<br />
<br />
Dari Humron bin Abaan bahwa Utsman minta air wudhu', lalu ia menyebut sifat (tatacara)<br />
wudhu' Nabi saw., kemudian Humron berkata: Kemudian ia membasuh tangannya yang<br />
kanan sampai siku, dilakukan tiga kali dan yang kiri demikian pula. (Lihat hadist yang sama<br />
dalam membasuh muka, SAHIH).<br />
<br />
Dari Nu'aim bin Abdullah Al Mujmir, ia berkata: Aku pernah melihat Abu Hurairah<br />
berwudhu', lalu ia menyempurnakanwudhu'nya, kemudian ia membasuh tangan kanannya<br />
hingga mengenai bagian lengan atasnya, kemudian membasuh tangan kirinya hingga<br />
<br />
mengenai bagian lengan atasnya............<br />
dan diakhir Hadist ia berkata: demikianl;ah aku melihat Rasulullah saw.<br />
berwudhu' (HSR. Muslim, I:246 atau Shohih Muslim, I:149/Daarul Fikr,cet.).<br />
<br />
Dari Jabir r.a. bahwa Nabi saw. bila berwudhu' mengalirkan air atas kedua sikunya (HR.<br />
Daruquthni, I:15; Baihaqy, I:56). Ibnu Hajar mengatakan Hadist ini Hasan, dan Syaikh Al<br />
Albany berkata SAHIH (Shohih Jaami'us Shoghiir, no.4574.<br />
<br />
<b>8. Mengusap Kepala, Telinga dan Sorban.</b><br />
Allah berfirman: S.AlMaidah (5):6<br />
Dan usaplah kepalakepalamu.<br />
Yang dimaksud disini adalah mengusap seluruh kepala, dan bukanlah sebagian kepala (Lihat<br />
AlMughni, I:112 & I:176 dan Nailul Authar, I:84 & I:193).<br />
<br />
Dari Abdullah bin Zaid, bahwa Rasulullah saw. mengusap kepalanya dengan dua tangannya,<br />
lalu ia menjalankan kedua tangannya kebelakang kepala dan mengembalikannya, yaitu<br />
beliau mulai dari bagian depan kepalanya, kemudian menjalankan kedua tangannya<br />
ketengkuknya, lalu mengembalikan kedua tangannya tadi ke tempat dimana ia memulai<br />
(HSR. Bukhory I:5455; Muslim I:145; Sahih Tirmidzi No.29; Abu Dawud no.118; Sahih<br />
Ibnu Majah no.348; Nasa'i I:7172 dan Ibnu Khuzaimah no.173. Dalam Fathul Baary I:289<br />
no.185. Dalam Nailul Author I:183. Hukumnya WAJIB.<br />
<br />
<b>TELINGA</b><br />
<br />
Dari Abu Umamah, ia berkata: Nabi saw. pernah berwudhu', lalu beliau membasuh mukanya<br />
tiga kali; membasuh kedua tangannya tiga kali dan mengusap kepalanya dan ia berkata:<br />
DUA TELINGA ITU TERMASUK KEPALA (HSR. Tirmidzi no.37; Abu Dawud no.134 dan Ibnu<br />
Majah no.444). Syaikh Muhammad Nashiruddin alAlbany berkata: Hadist ini sahih dan<br />
mempunyai banyak jalan dari beberapa sahabat (lih.Silsilah Alhaadits Shohihah juz I: 47<br />
57).<br />
<br />
Dari Rubayyi' binti Mu'awwidz, bahwasanya Nabi saw. mengusap kepalanya dengan air sisa<br />
yang ada di tangannya. (HR. Abu Dawud no.130 & Sahih Abu Dawud no.120, hadist ini<br />
dihasankan oleh Abu Dawud).<br />
<br />
Dari Abdullah bin Zaid: Bahwa pernah melihat Nabi saw. berwudhu' lalu beliau mengusap kepalanya dengan air yang bukan dari sisa kedua tangannya. (Sahih Tirmidzi no.32; Abu Dawud no.120 & Sahih Abu Dawud no.111).<br />
<br />
Dari Abdullah bin Amr. tentang sifat wudhu' nabi saw., kemudian ia berkata:" Kemudian<br />
beliau saw. mengusap kepalanya dan dimasukkan kedua jari telunjukknya dikedua<br />
telingannya, dan diusap (daun telinga) dengan kedua ibu jarinya.<br />
(HR. Abu Dawud no.135, Nasa'i no.140 dan Ibnu Majah, no.422 dan disahihkan oleh Ibnu<br />
Khuzaimah).<br />
<br />
Kata Ibnu Abbas: bahwa Nabi saw. mengusap kepalanya dan dua telinganya bagian luar dan dalamnya (HSR. Tirmidzi no.36; Ibnu Majah no.439; Nasaiy I:74; Baihaqy I:67 dan Irwaaul Gholil no.90). <br />
<br />
<b>MENGUSAP ATAS SORBAN</b><br />
<br />
Amr bin Umayah AdhDhamriy, ia berkata: Aku pernah melihat Rasulullah s.a.w. mengusap<br />
atas serbannya dan dua sepatunya. (HSR=Hadist Sahih Riwayat; Bukhory, I:59; Fathul<br />
Baary, I:308, no.204 dan 205).<br />
Dari Bilal r.a. ia berkata: Bahwa Nabi s.a.w mengusap atas dua Khufnya (sepatu) dan<br />
khimarnya (sorban). (HSR Muslim, I:159, Mukhtashar Shahih Muslim no.141; Nailul Authar<br />
I:196).<br />
Adapun peci/kopiah/songkok, maka tidak boleh diusap atasnya, karena tidak ada kesulitan<br />
bagi kita untuk melepaskannya. Walloohu a'lam.<br />
<br />
Adapun kerudung/jilbab perempuan, maka dibolehkan untuk mengusap di atasnya, karena Ummu Salamah r.a. pernah mengusap jilbabnya. Hal ini disebutkan oleh Ibnu Mundzir (lihat AlMughni I:312 dan I:383384).<br />
<br />
<b>MEMBASUH KEDUA KAKI SAMPAI KEDUA MATA KAKI</b><br />
<br />
Allah SWT berfirman....<br />
Dan basuhlah kakikakimu hingga dua mata kaki (S.5(AlMaidah: 6).<br />
<br />
Dari Abdullah bin 'Amr, ia berkata: Rasulullah s.a.w pernah tertinggal dari kami dalam<br />
suatu bepergian, lalu beliau menyusul kami, sedang ketika itu kami terpaksa menunda<br />
waktu Ashar sampai menjelang akhir waktunya maka kami mulai berwudhu' dan membasuh<br />
kakikaki kami. Abdullah bin 'Amr berkata kemudian Rasulullah s.a.w. menyeru dengan<br />
suara yang keras: "Celaka bagi tumittumit dari api neraka! beliau ucapkan yang demikian<br />
2 atau 3 kali. (HSR. Bukhory, I:49; Fathul Baary I:265; Muslim, III:132 133).<br />
Imam Nawawy di dalam syarah ShahihMuslim sesudah membawakan Hadist di atas,<br />
beliau berkata, Imam Muslim beristidhal (untuk menjadikan dalil) dari hadist ini tentang<br />
wajibnya membasuh kedua kaki dan tidak cukup hanya mengusap saja.<br />
Dari Nu'aim bin Abdillah alMujmir r.a. ia berkata: Aku pernah melihat Abu Hurairah<br />
<br />
berwudhu', lalu ia mencuci mukanya, kemudian ia menyempurnakan wudhu'nya, lalu ia<br />
mencuci tangan kanannya hingga mengenai bagian lengan atasnya, kemudian mencuci<br />
tangan kirinya hingga mengenai bagian lengan atasnya, kemudian mengusap kepalanya,<br />
kemudian MENCUCI BAGIAN KAKINYA YANG KANAN HINGGA MENGENAI BETISNYA lalu<br />
kakinya yang KIRI HINGGA BETISNYA, kemudian berkata: demikianlah aku melihat<br />
Rasulullah s.a.w. berwudhu', dan bersabda: Kalian adalah orangorang cemerlang muka,<br />
kedua tangan dan kaki pada hari Kiamat, karena kalian menyempurnakan wudhu'. Oleh<br />
karena itu barangsiapa di antara kalian yang sanggup, MAKA HENDAKLAH IA<br />
MEMANJANGKAN KECEMERLANGAN MUKA , DUA TANGAN DAN KAKINYA. (HSR. Muslim<br />
I:149 atau Syarah Shahih Muslim no.246).<br />
<br />
Dari Mustaurid bin Syaddaad al Fihry, ia berkata:"Aku pernah melihat Nabi s.a.w bila<br />
berwudhu', beliau menggosok jarijari kedua kakinya dengan jari kelingkingnya. (HSR Abu<br />
Dawud, No. 148; Shahih Tirmidzi no.37 dan Shahih Ibnu Majah no. 360). Dalam Shahih<br />
Ibnu Majah ia menggunakan kata menyelanyela sebagai pengganti menggosokgosok<br />
celahcelah jari).<br />
<b><br />
</b><br />
<b>MULAI DARI YANG KANAN</b><br />
<br />
Dari 'Aisyah r.a., ia berkata: Adalah Rasulullah s.a.w. menyukai mendahulukan yang kanan ketika memakai sandalnya, menyisir, bersuci dan dalam semua urusannya (Bukhory, Fathul Baary, 1:235; Muslim no. 268).<br />
<br />
Dari Abi Hurairoh r.a., bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: Apabila kamu mengenakan<br />
pakaian dan bila kamu berwudhu', maka mulailah dari anggotaangota kananmu (Sahih Abu<br />
Dawud, no. 3488; dan Ibnu Majah no.323).Admin Islam Revolutionhttp://www.blogger.com/profile/00178639993119808687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5313508176929225897.post-28919333151071340072011-04-19T21:00:00.000-07:002011-04-19T21:00:01.412-07:00Manfaat Wudhu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMUOZ3aAcRSoLrbuNYyYaKl7vZiu-jw-PELPdDzz8DkVDypoTIqgh1NuadM54UOy-woB-d6DUKASCmWXrdBREWoJn52GwufrLl8xQ2g7ToyYjkr4zaWscEgK6RjnZPJnCzHT-gKWD9gsA/s1600/poting+9+manfaat+wudhu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMUOZ3aAcRSoLrbuNYyYaKl7vZiu-jw-PELPdDzz8DkVDypoTIqgh1NuadM54UOy-woB-d6DUKASCmWXrdBREWoJn52GwufrLl8xQ2g7ToyYjkr4zaWscEgK6RjnZPJnCzHT-gKWD9gsA/s1600/poting+9+manfaat+wudhu.jpg" /></a></div><span id="goog_2138637926"><span id="goog_975973534"></span><span id="goog_975973535"></span></span><span id="goog_2138637927"></span><br />
<br />
1. HSRMuslim, I:1151.dan Mukhtaashar Muslim, no.133.<br />
Dari Abu Hurairah r.a., telah bersabda Rasulullah saw:<br />
Maukah aku tunjukkan kepada kalian beberapa hal yang dengan itu Allah akan menghapus<br />
dosadosa dan mengangkat derajat kalian? Mau Ya Rasulullah , ujar mereka. Sabda beliau:<br />
yaitu menyempurnakan wudhu' ketika dalam keadaan sulit, sering melangkah menuju ke<br />
Masjid (untuk sholat berjama'ah), dan menunggu sholat (berikutnya) sesudah selesai<br />
mengerjakan sholat*), yang demikian itu adalah perjuangan (ribath+), perjuangan (sekali<br />
lagi), perjuangan. *)Sholat MaghribIsya sambil dzikrullooh (pen.)<br />
+) mempertahankan pos jaga digaris terdepan.(Lih.Sahih MuslimI:151).<br />
<br />
2. HSR Muslim, I:148 dan Mukht.Muslim no. 121.<br />
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: Apanila seorang hamba Muslim(mu'min)<br />
berwudhu, lalu ia mencuci wajahnya, maka akan keluar dari wajahnya setiap dosa yang<br />
pernah ia lihat (yang haram) dengan matanya bersamaan dengan air atau bersama tetesan<br />
air yang terakhir; bila ia mencuci kedua tangannya, keluar dari kedua tangannya setiap dosa<br />
yang pernah dilakukan oleh kedua tangannyabersamaan dengan air atau<br />
tetesan air yang terakhir. Dan bila ia mencuci kedua kakinya, akan keluar dosadosa yang<br />
dilakukan oleh kedua kakinya bersamaan dengan air atau bersamaan dengan tetesan air<br />
yang terakhir, hingga ia keluar dalam keadaan bersih dari dosa.<br />
<br />
3. HSR Ahmad,V:252.<br />
Dari Abu Umamah, telah bersabda Rasulullah saw: Apabila seorang muslim berwudhu'<br />
maka akan keluar dosadosanya dengan sebab mendengar, melihat, dari tangannya dan dari<br />
kedua kakinya. Apabila ia duduk(menanti sholat), ia masuk dalam keadaan diampuni dosa<br />
dosanya. Hadis ini dihasankan dalam MNAA "Sahih Jami'us Shaghiir, no.461.<br />
<br />
4. HSR Muslim I:140.Dari Abu Malik Ay'ariy, telah bersabda Rasulullah saw.:<br />
Bersuci itu sebagian dari iman, alhamdulillah akan memenuhi timbangan, subhanallooh dan<br />
alhamdulillaah keduanya akan memenuhi antara langit dan bumi, sholat adalah cahaya,<br />
shodaqoh adalah bukti, shobar adalah sinar, dan AlQur'an adalah hujjan atasmu atau<br />
bagimu. Dan setiap manusia pergi menjual dirinya, MAKA ADA YANG MEMERDEKAKAN<br />
DIRINYA, dan pula yang MEMBINASAKAN DIRINYA.<br />
<br />
5. HSR Muslim III:133.Dari Usman ra., telah bersabda Rasulullah saw: Barangsiapa yang berwudhu, lalu ia<br />
sempurnakan wudhunya, niscaya akan keluar dosadosanya dari tubuhnya, sampai keluar<br />
(dosadosa) dari bawah kukukuku jarinya.Admin Islam Revolutionhttp://www.blogger.com/profile/00178639993119808687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5313508176929225897.post-59715173702521391752011-04-17T21:00:00.000-07:002011-04-18T17:19:43.614-07:00Wudhu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6Z9KAEV1LRxXeAAN6UfaCknwPVrgMjnXBS64GipEAFBPye9bh72DzVwJCS1lLAXIffTFsB4uf-LORZTeRYCaVfab5f5rihCW92-w5h_EpS5Wblskbmql2Crd4s3H6G2L0i9kyJWa1NCw/s1600/posting+8+definisi+wudhu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="210" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6Z9KAEV1LRxXeAAN6UfaCknwPVrgMjnXBS64GipEAFBPye9bh72DzVwJCS1lLAXIffTFsB4uf-LORZTeRYCaVfab5f5rihCW92-w5h_EpS5Wblskbmql2Crd4s3H6G2L0i9kyJWa1NCw/s320/posting+8+definisi+wudhu.jpg" width="320" /></a></div><br />
Wudhu (Arab: الوضوء al-wuḍū', Persian:آبدست ābdast, Turkish: abdest, Urdu: وضو wazū') adalah salah satu cara mensucikan anggota tubuh dengan air. Seorang muslim dwajibkan bersuci setiap akan melaksanakan salat. Berwudhu bisa pula menggunakan debu yang disebut dengan tayammum.<br />
<br />
Air yang boleh digunakan<br />
<br />
* Air hujan<br />
* Air sumur<br />
* Air terjun, laut atau sungai<br />
* Air dari lelehan salju atau es batu<br />
* Air dari tangki besar atau kolam<br />
<br />
Air yang tidak boleh digunakan<br />
<br />
* Air yang tidak bersih atau ada najis<br />
* Air sari buah atau pohon<br />
* Air yang telah berubah warna, rasa dan bau dan menjadi pekat karena sesuatu telah direndam didalamnya<br />
* Air dengan jumlah sedikit (kurang dari 1000 liter), terkena sesuatu yang tidak bersih seperti urin, darah atau minuman anggur atau ada seekor binatang mati didalamnya<br />
* Air bekas Wudhu<br />
<br />
Air bekas wudhu apabila sedikit, maka tidak boleh digunakan, dan termasuk sebagai air musta'mal, sebagaimana hadits: Abdullah bin Umar ra. Mengatakan, “Rasulullah SAW telah bersabda: “Jika air itu telah mencapai dua qullah, tidak mengandung kotoran. Dalam lafadz lain:”tidak najis”. (HR Abu Dawud, Tirmidhi, Nasa’i, Ibnu Majah)<br />
<br />
Menurut pendapat 4 Mahzab:<br />
<br />
1. Ulama Al-Hanafiyah<br />
<br />
Menurut mazhab ini bahwa yang menjadi musta’mal adalah air yang membasahi tubuh saja dan bukan air yang tersisa di dalam wadah. Air itu langsung memiliki hukum musta’mal saat dia menetes dari tubuh sebagai sisa wudhu` atau mandi. Air musta’mal adalah air yang telah digunakan untuk mengangkat hadats (wudhu` untuk salat atau mandi wajib) atau untuk qurbah. Maksudnya untuk wudhu` sunnah atau mandi sunnah. Sedangkan air yang di dalam wadah tidak menjadi musta’mal. Bagi mereka, air musta’mal ini hukumnya suci tapi tidak bisa mensucikan. Artinya air itu suci tidak najis, tapi tidak bisa digunakan lagi untuk wudhu` atau mandi.<br />
<br />
2. Ulama Al-Malikiyah<br />
<br />
Air musta’mal dalam pengertian mereka adalah air yang telah digunakan untuk mengangkat hadats baik wudhu` atau mandi. Dan tidak dibedakan apakah wudhu` atau mandi itu wajib atau sunnah. Juga yang telah digunakan untuk menghilangkan khabats (barang najis). Dan sebagaimana Al-Hanafiyah, mereka pun mengatakan ‘bahwa yang musta’mal hanyalah air bekas wudhu atau mandi yang menetes dari tubuh seseorang. Namun yang membedakan adalah bahwa air musta’mal dalam pendapat mereka itu suci dan mensucikan. Artinya, bisa dan sah digunakan digunakan lagi untuk berwudhu` atau mandi sunnah selama ada air yang lainnya meski dengan karahah (kurang disukai).<br />
<br />
3. Ulama Asy-Syafi`iyyah<br />
<br />
Air musta’mal dalam pengertian mereka adalah air sedikit yang telah digunakan untuk mengangkat hadats dalam fardhu taharah dari hadats. Air itu menjadi musta’mal apabila jumlahnya sedikit yang diciduk dengan niat untuk wudhu` atau mandi meski untuk untuk mencuci tangan yang merupakan bagian dari sunnah wudhu`. Namun bila niatnya hanya untuk menciduknya yang tidak berkaitan dengan wudhu`, maka belum lagi dianggap musta’mal. Termasuk dalam air musta’mal adalah air mandi baik mandinya orang yang masuk Islam atau mandinya mayit atau mandinya orang yang sembuh dari gila. Dan air itu baru dikatakan musta’mal kalau sudah lepas atau menetes dari tubuh. Air musta’mal dalam mazhab ini hukumnya tidak bisa digunakan untuk berwudhu` atau untuk mandi atau untuk mencuci najis. Karena statusnya suci tapi tidak mensucikan.<br />
<br />
4. Ulama Al-Hanabilah<br />
<br />
Air musta’mal dalam pengertian mereka adalah air yang telah digunakan untuk bersuci dari hadats kecil (wudhu`) atau hadats besar (mandi) atau untuk menghilangkan najis pada pencucian yang terakhir dari 7 kali pencucian. Dan untuk itu air tidak mengalami perubahan baik warna, rasa maupun aromanya. Selain itu air bekas memandikan jenazah pun termasuk air musta’mal. Namun bila air itu digunakan untuk mencuci atau membasuh sesautu yang di luar kerangka ibadah, maka tidak dikatakan air musta’mal. Seperti menuci muka yang bukan dalam rangkaian ibadah ritual wudhu`. Atau mencuci tangan yang juga tidak ada kaitan dengan ritual ibadah wudhu`.<br />
<br />
* Air yang tersisa setelah binatang haram meminumnya seperti anjing, babi atau binatang mangsa<br />
* Air yang tersisa oleh seseorang yang telah mabuk karena anggur<br />
<br />
Hukum<br />
<br />
Wudhu wajib dilakukan ketika hendak melakukan ibadah salat dan thawaf. Sebagaimana firman Allah SWT dan hadits berikut:<br />
<br />
* "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat maka basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku dan sapulah kepalamu serta basuhlah kedua kakimu sampai mata kaki." (Q.S. Al-Maidah : 6).<br />
* "Dari Rasulullah saw. beliau bersabda: Salat salah seorang di antara kalian tidak akan diterima apabila ia berhadas hingga ia berwudu." (H.R. Abu Hurairah ra).<br />
<br />
Berwudhu sebelum membaca Al-Qur'an, saat hendak tidur, dan perbuatan baik lainnya hukumnya adalah sunnat, dan makruh saat akan tidur atau hendak makan dalam keadaan junub.Admin Islam Revolutionhttp://www.blogger.com/profile/00178639993119808687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5313508176929225897.post-79770326286720523152011-04-15T21:00:00.000-07:002011-04-18T19:40:43.663-07:00Pagi Beriman Sore Kafir, Sore Beriman Pagi Kafir<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" src="http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQdA7XVPXJ7jZq8UrUJcRpXiqv6hRXevf-zDp3z5c3KscjG7GEO" /></div>Salah satu hadits yang menggambarkan era penuh fitnah di akhir zaman tampaknya sangat sesuai dengan kondisi dunia dewasa ini. Di dalamnya Rasulullah <i>shollallahu ‘alaihi wa sallam </i>menjelaskan bahwa pada masa itu sulit sekali menemukan orang yang <i>istiqomah</i>. Yang ada ialah orang-orang yang di pagi hari masih beriman kemudian di waktu sore ia menjadi kafir. Demikian pula ada yang di waktu sore beriman namun keesokan hari di waktu pagi ia telah menjadi kafir.<br />
<br />
<div class="ArabCenter">بَادِرُوا فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ</div><div class="ArabCenter">يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا وَيُمْسِي مُؤْمِنًا</div><div class="ArabCenter">وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا</div><br />
<i>Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bersegeralah beramal sebelum datangnya rangkaian fitnah seperti sepenggalan malam yang gelap gulita, seorang laki-laki di waktu pagi mukmin dan di waktu sore telah kafir, dan di waktu sore beriman dan pagi menjadi kafir, ia menjual agamanya dengan kesenangan dunia."</i> (HR. Ahmad No. 8493)<br />
<br />
<i> </i><br />
Sikap tidak istiqomah kata Nabi <i>shollallahu ‘alaihi wa sallam</i> disebabkan karena orang pada masa itu lebih mengutamakan kepentingan atau kemaslahatan dunia daripada memelihara keutuhan <i>dien</i>-nya (agama) alias imannya. Orang seperti ini telah tenggelam ke dalam faham bahkan ideologi <i>materialisme</i>.<br />
<br />
Berdasarkan hadits ini berarti kita dapat simpulkan bahwa seseorang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat atau mengaku muslim haruslah bersikap sangat waspada ketika ia menjalani era penuh fitnah di Akhir Zaman. Ia harus memahami bahwa bentuk pelanggaran terhadap Allah dapat berakibat kepada dua macam akibat. <i>Pertama</i>, ada yang berakibat seseorang menjadi berdosa, namun di mata Allah dosanya itu tidak menyebabkan dirinya keluar dari Islam. Artinya Allah masih tetap mengakui eksistensi iman pelaku dosa tersebut. Ia masih tetap dipandang sebagai seorang muslim atau seorang yang beriman.<br />
<br />
<img alt="" src="http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRXTh7ofdd4etkICzj_pRfLiks1F8tshYD8BUwMmv5WwYVeJbtQ" /><br />
<br />
Namun yang <i>kedua</i>, ada pula jenis dosa yang tidak saja pelakunya dipandang telah bermaksiat kepada Allah, tetapi bahkan mengakibatkan pelakunya tidak lagi dipandang masih beriman di mata Allah. Artinya perbuatan dosa yang dilakukannya telah membatalkan imannya. Allah menilai pelaku dosa tersebut telah keluar dari Islam alias menjadi kafir. Inilah yang sangat perlu kita khawatirkan. Dan hadits di atas jelas mengindikasikan fenomena ini. Jadi, di era penuh fitnah kita akan dengan mudah melihat adanya orang-orang yang di pagi hari masih beriman, namun karena satu dan lain hal, tiba-tiba di waktu sore ia telah menjadi kafir, copot imannya. Demikian pula ada mereka yang di waktu sore masih beriman, namun entah apa yang terjadi di malam harinya, tiba-tiba keesokan paginya ia telah menjadi kafir.<br />
Di dalam kitabnya berjudul <i>Dhawabith At-Takfir ‘inda Ahlis-Sunnah wa Al-Jama’ah</i>, Mas’ud bin Faisol menguraikan sembilan Pembatal Keimanan yang disepakati oleh para ulama:<br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Sombong dan menolak beribadah kepada Allah <i>subhaanahu wa ta’ala</i>, walaupun membenarkan dan mengakui kebenaran Islam</li>
<li class="MsoNormal">Syirik dalam beribadah kepada Allah<i> subhaanahu wa ta’ala</i></li>
<li class="MsoNormal">Membuat perantara dalam beribadah kepada Allah <i>subhaanahu wa ta’ala</i> dan meminta pertolongan kepada selain Allah<i> subhaanahu wa ta’ala</i></li>
<li class="MsoNormal">Mendustakan Rasulullah <i>shollallahu ‘alaihi wa sallam</i> atau membenci sesuatu yang beliau bawa walaupun ia melakukannya</li>
<li class="MsoNormal">Tidak mengkafirkan orang-orang musyrik atau ragu terhadap kekafiran mereka atau membenarkan mazhab (faham/keyakinan) mereka</li>
<li class="MsoNormal">Memperolok-olok Allah<i> subhaanahu wa ta’ala</i>, Al-Qur’an, Al-Islam, pahala dan siksa, dan yang sejenisnya, atau mengolok-olok Rasulullah <i>shollallahu ‘alaihi wa sallam</i> atau salah seorang Nabi <i>‘alaihimus-salam</i>, baik ketika bergurau ataupun sungguhan</li>
<li class="MsoNormal">Membantu orang musyrik atau menolong mereka untuk memusuhi orang Islam</li>
<li class="MsoNormal">Meyakini bahwa ada sebagian orang yang boleh keluar dari ajaran Rasulullah <i>shollallahu ‘alaihi wa sallam</i> dan tidak wajib mengikuti ajaran beliau</li>
<li class="MsoNormal">Meyakini ada petunjuk yang lebih sempurna daripada petunjuk Nabi <i>shollallahu ‘alaihi wa sallam</i> atau meyakini ada hukum yang lebih baik daripada hukum beliau yang berlandaskan syariat Allah <i>subhaanahu wa ta’ala</i></li>
</ol>Kita semua berlindung kepada Allah dari perbuatan dosa, baik yang menyebabkan diri kita dipandang “sekadar” bermaksiat kepada Allah, apalagi yang sampai menyebabkan diri kita tidak lagi dipandang Allah masih merupakan seorang beriman. <i>Na’udzubillahi min dzaalika</i>Admin Islam Revolutionhttp://www.blogger.com/profile/00178639993119808687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5313508176929225897.post-76693833278816277762011-04-13T21:00:00.000-07:002011-04-18T19:41:40.598-07:00Di Balik Hati Seorang Ayah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRpWT72af-HPqbWPabgRn6n8HfzHDeFtDYaMbDry7XY6j_xtcruF_Ieobu5rFZ_8KmneTsgPqPBzMB6Z8nyDlR4vDFYmjTRbb5Uvk4oncg7zlcmGNHDKfvXGOMJaX5bG8tD2m00P-yt7E/s1600/posting+7+ayah+2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRpWT72af-HPqbWPabgRn6n8HfzHDeFtDYaMbDry7XY6j_xtcruF_Ieobu5rFZ_8KmneTsgPqPBzMB6Z8nyDlR4vDFYmjTRbb5Uvk4oncg7zlcmGNHDKfvXGOMJaX5bG8tD2m00P-yt7E/s320/posting+7+ayah+2.jpg" width="236" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div>Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, anak perempuan yang sedang bekerja diperantauan, anak perempuan yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, anak perempuan yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya…..akan sering merasa kangen sekali dengan ibunya.<br />
<br />
Lalu bagaimana dengan Ayah?<br />
<br />
Mungkin karena ibu lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata ayah-lah yang mengingatkan Ibu untuk menelponmu?<br />
<br />
<br />
<br />
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Ibu-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Ayah bekerja dan dengan wajah lelah Ayah selalu menanyakan pada Ibu tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?<br />
<br />
Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil…… Ayah biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah Ayah mengganggapmu bisa, Ayah akan melepaskan roda bantu di sepedamu…<br />
<br />
<br />
<br />
Kemudian Ibu bilang : “Jangan dulu Ayah, jangan dilepas dulu roda bantunya” ,<br />
<br />
Ibu takut putri manisnya terjatuh lalu terluka….<br />
<br />
Tapi sadarkah kamu?<br />
<br />
<br />
<br />
Bahwa Ayah dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.<br />
<br />
Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Ibu menatapmu iba.. Tetapi Ayah akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang”<br />
<br />
Tahukah kamu, Ayah melakukan itu karena Ayah tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Saat kamu sakit pilek, Ayah yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :<br />
<br />
“Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!”.<br />
<br />
Berbeda dengan Ibu yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.<br />
<br />
Ketahuilah, saat itu Ayah benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.<br />
<br />
<br />
<br />
Ketika kamu sudah beranjak remaja….<br />
<br />
Kamu mulai menuntut pada Ayah untuk dapat izin keluar malam, dan Ayah bersikap tegas dan mengatakan: “Tidak boleh!”.<br />
<br />
Tahukah kamu, bahwa Ayah melakukan itu untuk menjagamu?<br />
<br />
Karena bagi Ayah, kamu adalah sesuatu yang sangat – sangat luar biasa berharga..<br />
<br />
<br />
<br />
Setelah itu kamu marah pada Ayah, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu…<br />
<br />
Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Ibu….<br />
<br />
Tahukah kamu, bahwa saat itu Ayah memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,<br />
<br />
Bahwa Ayah sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu,<br />
<br />
<br />
<br />
Ayah akan memasang wajah paling cool sedunia…. :’)<br />
<br />
Ayah sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..<br />
<br />
<br />
<br />
Sadarkah kamu, kalau hati Ayah merasa cemburu?<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Ayah melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.<br />
<br />
<br />
<br />
Maka yang dilakukan Ayah adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir…<br />
<br />
Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut – larut…<br />
<br />
Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Ayah akan mengeras dan Ayah memarahimu.. .<br />
<br />
Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Ayah akan segera datang?<br />
<br />
<br />
<br />
“Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Ayah”<br />
<br />
Setelah lulus SMA, Ayah akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Sarjana.<br />
<br />
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Ayah itu semata – mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti…<br />
<br />
Tapi toh Ayah tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Ayah..<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Ketika kamu menjadi gadis dewasa…..Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain…<br />
<br />
Ayah harus melepasmu di bandara.<br />
<br />
<br />
<br />
Tahukah kamu bahwa badan Ayah terasa kaku untuk memelukmu?<br />
<br />
Ayah hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini – itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .<br />
<br />
Padahal Ayah ingin sekali menangis seperti Ibu dan memelukmu erat-erat.<br />
<br />
<br />
<br />
Yang Ayah lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata “Jaga dirimu baik-baik ya sayang”.<br />
<br />
Ayah melakukan itu semua agar kamu KUAT…kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Ayah.<br />
<br />
<br />
<br />
Ayah pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.<br />
<br />
Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Ayah tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan….<br />
<br />
<br />
<br />
Kata-kata yang keluar dari mulut Ayah adalah : “Tidak….. Tidak bisa!”<br />
<br />
Padahal dalam batin Ayah, Ia sangat ingin mengatakan “Iya sayang, nanti Ayah belikan untukmu”.<br />
<br />
Tahukah kamu bahwa pada saat itu Ayah merasa gagal membuat anaknya tersenyum?<br />
<br />
<br />
<br />
Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.<br />
<br />
Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.<br />
<br />
Ayah akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang”<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Ayah untuk mengambilmu darinya.<br />
<br />
Ayah akan sangat berhati-hati memberikan izin..<br />
<br />
Karena Ayah tahu……<br />
<br />
Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.<br />
<br />
<br />
<br />
Dan akhirnya….<br />
<br />
Saat Ayah melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Ayah pun tersenyum bahagia…..<br />
<br />
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Ayah pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?<br />
<br />
<br />
<br />
Ayah menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Ayah berdoa…..<br />
<br />
Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Ayah berkata:<br />
<br />
<br />
<br />
“Ya Allah, ya Tuhanku …..Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita dewasa yang cantik….<br />
<br />
Bahagiakanlah ia bersama suaminya…”<br />
<br />
<br />
<br />
Setelah itu Ayah hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk…<br />
<br />
Ayah telah menyelesaikan tugasnya menjagamu …..<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Ayah, Bapak, atau Abah kita…Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat…<br />
<br />
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis…<br />
<br />
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .<br />
<br />
Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “KAMU BISA” dalam segala hal..Admin Islam Revolutionhttp://www.blogger.com/profile/00178639993119808687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5313508176929225897.post-56623694191614158282011-04-11T21:00:00.000-07:002011-04-11T21:00:07.820-07:00Subhanallah, Keajaiban Allah Terus Menerus Terjadi Di Gaza<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtnZxUoA4xSo5CP6QHsa6aa2COdpt_h6amadDKpjrRvU1xHPV9NsERQZVLbabGB1sBElb37DGjKV-gvHaDmCQ2RDciRNddayrOh-C55fU-gBSNraWqA-UQCpEdngQ74JABqmZ1z2YL3YU/s1600/posting+6+gaza.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="203" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtnZxUoA4xSo5CP6QHsa6aa2COdpt_h6amadDKpjrRvU1xHPV9NsERQZVLbabGB1sBElb37DGjKV-gvHaDmCQ2RDciRNddayrOh-C55fU-gBSNraWqA-UQCpEdngQ74JABqmZ1z2YL3YU/s320/posting+6+gaza.jpg" width="320" /></a></div> GAZA - Faksi-faksi perlawanan di Gaza menegaskan, mereka belum menggunakan seluruh kekuatanya untuk menghadapi Zionis. Mereka berjanji akan memberikan kejutan-kejutan lain bagi serdadu Zionis Israel.<br />
<br />
Pada Bulan Suci Ramadhan yang belum lama berlalu memang meninggalkan kenangan bagi umat di seluruh dunia, salah satunya bagi penduduk Gaza yang harus merasakan Ramadhan dan Idul Fitri di bawah kepungan pasukan zionis Israel. Namun demikian, keajaiban terus terjadi, menunjukkan kasih sayang Allah kepada umatnya.<br />
<br />
Menurut laporan Badan Sensus PBB (UNFPA), dari sekitar 4.000 wanita hamil, 3.500 diantaranya telah melahirkan bayi mereka dengan selamat selama serangan Zionis Israel di Gaza. Jumlah tersebut tentu cukup besar jika dibandingkan jumlah korban tewas yang diperkirakan mencapai 1.500 jiwa.<br />
<br />
Sumber perlawanan yang dilansir oleh Media Media Islam mengatakan, pihaknya masih mempunyai banyak kejutan bagi Zionis, namun mereka menggunakan taktik militer sesuai dengan yang apa yang berlaku di medan pertempuran.<br />
<br />
Perlawanan mengingatkan, setelah sepuluh hari serangan udara Israel dan dua hari serangan darat, pasukan perlawanan masih memberikan kejutan-kejutan bagi Israel dengan penggunaan senjata-senjata baru yang belum pernah digunakan sebelumnya. Seperti peluncuran roket yang menjangkau jauh dari apa yang mereka perkirakan. Hal ini menunjukan kebenaran perkataan perlawanan, bahwa perang baru dimulai.<br />
<br />
Ia menambahkan, hingga saat ini penjajah Zionis masih lemah. Mereka belum mampu menghadang roket-roket perlawanan ke sejumlah permukiman Israel yang jauhnya 60 km dari Gaza. Mereka juga tidak mampu menangkis serangan roket yang diluncurkan kelompok mujahidin ke pesawat-pesawat tempur mereka, walau bagaimanapun canggihnya pesawat tersebut.<br />
<br />
"Jika perlawanan mempunyai roket-roket anti tank sebagaimana pernah digunakan pada waktu perang Libanon. Maka, ketahuilah !! hingga saat ini perlawanan masih menggunakan roket B29. namun tentu kami tidak mengungkapkan seluruhnya apa yang kami punyai", ungkapnya.<br />
<br />
Sumber perlawanan menambahkan, pihaknya masih mengendalikan pertempuran, faksi-faksi perlawanan mempunyai taktik masing-masing dalam menyerang musuhnya. Mereka tidak akan menggunakan seluruh kekuatannya sekaligus. Sebagaimana diketahui musuh. Adapun serangan terhadap sejumlah serdadu Israel pada serangan darat kemarin menunjukan bahwa hal tersebut baru dimulai.<br />
Brigade Izzuddin al-Qossam, sayap militer gerakan perlawanan Hamas hanya sendirian menghadapi Zionis, namun telah membunuh 11 serdadunya dan melukai 48 lainya. Hal mana diakui tim media Zionis. Al-Qossam juga menegaskan, bahwa jumlah korban di kalangan Zionis lebih banyak dari pada jumlah syuhada di kalangan perlawanan.Admin Islam Revolutionhttp://www.blogger.com/profile/00178639993119808687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5313508176929225897.post-49851442185841381552011-04-09T21:00:00.000-07:002011-04-09T21:00:06.431-07:00Definisi dari Ibadah yang Benar<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRnrzw-jV9-L9IlBnfUerx6iVer4qhIRxG_mcBBbywH0_qwALPHYkpIMfVVCeMPjp8O3q5w6LefxZQItZawhbFX-1RtS-Piex1nE-2c2yw9DR_osB27fKwx_aK2P8r_8o9BV3c4jjLQ4E/s1600/posting+5+Ibadah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRnrzw-jV9-L9IlBnfUerx6iVer4qhIRxG_mcBBbywH0_qwALPHYkpIMfVVCeMPjp8O3q5w6LefxZQItZawhbFX-1RtS-Piex1nE-2c2yw9DR_osB27fKwx_aK2P8r_8o9BV3c4jjLQ4E/s320/posting+5+Ibadah.jpg" width="213" /></a></div>Sesungguhnya ibadah yang disyariatkan Allah dibangun diatas dasar-dasar dan asas-asas yang kuat dan kokoh, ringkasnya sebagai berikut:<br />
<br />
PERTAMA<br />
Sesungguhnya ibadah itu adalah Taufiqiyah (tidak ada tempat bagi rasio/akal di dalamnya ~ paket jadi), bahkan yang berhak membuatnya hanyalah Allah saja, sebagaimana firman-Nya:<br />
<br />
"Artinya : Maka beristiqomahlah engkau , sebagimana yang diperintahkan kepadamu dan orang yang bertobat bersamamu dan janganlah engkau melampaui batas." [Hud :112]<br />
<br />
"Artinya : Dan Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan agama ini, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui” [Al Jatsiyah : 18]<br />
<br />
<br />
Dan Allah berfirman tentang Nabi-nya :<br />
<br />
”Artinya : Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku" [Al–Ahqaf : 9]<br />
<br />
KEDUA<br />
Ibadah itu harus ikhlas , yaitu bersih dari noda-noda syirik, sebagaimana firman-Nya.<br />
<br />
"Artinya : Maka barangsiapa yang mengharapkan untuk bertemu dengan Rabb-nya, maka hendaklah dia beramal dengan amalan yang shalih dan tidak menyekutukan (melakukan syirik) dengan seorangpun dalam beribadah kepada Rabb-nya” [Al-Kahfi : 110]<br />
<br />
Bila ibadah telah dimasuki oleh syirik walaupun sedikit saja, maka ia (syirik) akan menggugurkan (membatalkan) amalan itu sebagaimana firman-Nya<br />
<br />
"Artinya : Dan janganlah mereka menyekutukan Allah , sungguh akan hapuslah dari mereka apa yang mereka amalkan" [Al-An'am : 88]<br />
<br />
"Artinya : Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan juga kepada orang-orang sebelum kalian;" Jika engkau menyekutukan Allah (berbuat syirik) pasti hilanglah (hapuslah) amalanmu dan engkau menjadi orang-orang yang merugi." Karena itu maka hendaklah Allah saja yang engkau sembah dan hendaknya engkau termasuk orang-orang yang bersyukur" [Az-Zumar : 65-66]<br />
<br />
KETIGA<br />
Yang menjadi contoh dan panutan dalam ibadah itu haruslah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam , sebagaimana firman Allah :<br />
<br />
"Artinya : Sungguh telah ada bagi kalian pada diri Rasuulullah shalallahu alaihi wa sallam itu suri tauladan yang baik." [Al Ahzab : 21]<br />
<br />
"Artinya : Dan apa yang dibawa oleh Rasul bagi kalian, maka ambillah ia dan apa yang dilarang olehnya kepada kalian , maka tinggalkanlah"[Al Hasyr : 7]<br />
<br />
Dan Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda .<br />
<br />
"Artinya : Siapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada contohnya (dari) urusan kami, maka ia tertolak" [Hadits Riwayat Muslim]<br />
<br />
"Artinya : Barangsiapa yang membuat perkara yang baru dalam urusan kami ini (Islam) yang tidak (ada) asal darinya, maka ia tertolak" [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]<br />
<br />
Contoh dalam shalat, haji :<br />
"Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat” [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]<br />
<br />
"Ambillah oleh kalian cara manasik haji dariku" [Hadits Riwayat Muslim]<br />
<br />
Dan banyak lagi dalil-dalil tentang masalah ini.<br />
<br />
KEEMPAT<br />
Ibadah itu dibatasi dengan waktu-waktu , ukuran-ukuran dan tidak boleh melampauinya , seperti shalat . Allah berfirman :<br />
<br />
"Artinya : Sesungguhnya shalat itu adalah suatu kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman" [An- Nisa :103]<br />
<br />
"Artinya : (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi" [Al-Baqarah :197]<br />
<br />
Seperti puasa :<br />
"Artinya : (Beberapa hari yang ditentulkan itu ialah ) Bulan Ramadhan , bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara hak dan batil). Karena itu , barang siapa diantara kalian hadir (dinegeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa di bulan itu" [Al-Baqarah :185]<br />
<br />
KELIMA<br />
Ibadah itu harus didasari oleh rasa mahabbah (cinta) , merendah, takut dan berharap kepada Allah, sebagaimana firman-Nya :<br />
<br />
"Artinya : Orang-orang yang mereka seru itu , mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka, siapa yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut kepada azab-Nya."[Al Isra ': 57]<br />
<br />
Dan Allah berfirman tentang keadaan para Nabi-Nya :<br />
<br />
"Artinya : Sesungguhnya mereka (para Nabi) sangat bersegera menuju kebaikan dan mereka menyeru kami dalam keadaan senang dan takut dan merekalah orng-orang yang khusyu' kepada Kami" [Ali Imran : 90]<br />
<br />
"Artinya : Katakanlah (wahai Muhammad):"Jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku. Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian dan Allah adalah Maha Pengampun dan Penyayang."Katakanlah (wahai Muhammad) :"taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad shalallahu alaihi wa sallam) , maka jika kalian berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang kafir." [Ali-Imran :31-32]<br />
<br />
Disini Allah menyebutkan tanda-tanda kecintaan kepada Allah dan buah-buahnya . Termasuk tanda-tandanya adalah mengikuti Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. Dan mengikuti beliau berarti taat kerpada Allah.<br />
<br />
Adapun hasil taat kepada Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam adalah ; ia mendapatkan kecintaan , pengampunan dosa dan rahmat dari Allah.<br />
<br />
KEENAM<br />
Sesungguhnya ibadah itu tidak akan berhenti (selesai) dari seorang mukallaf semenjak baligh dan berakal sampai akhirnya dia wafat, sebagimana firmanNya<br />
<br />
"Artinya : Dan janganlah kalian semua mati melainkan dalam keadaan sebagai seorang muslim"[Ali-Imran :102]<br />
<br />
"Artinya : Dan beribadahlah engkau kepada Rabbmu sampai engkau mati” [Al Hijr : 99]<br />
<br />
[Disalin dari kitab, Haqiqatuth Tashawwuf wa Mauqifush Shufiyyah min Ushulil Ibadah wad Diin, Edisi Indonesia : Hakikat Tasawwuf, Penulis : Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan, Alih Bahasa, Muhammad 'Ali Ismah, Penerbit : Pustaka As-Salaf , Gumpang RT 02/03 N0. 559 Kertasura Solo 57169 Cetakan I : Rabi'ul Tsani 1419 H / Agustus 1998M]<br />
<br />
Oleh<br />
Syaikh Dr. Sholeh bin Fauzan al FauzanAdmin Islam Revolutionhttp://www.blogger.com/profile/00178639993119808687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5313508176929225897.post-45451491026776279822011-04-07T21:00:00.000-07:002011-04-07T21:00:06.761-07:00Amalan yang Paling Di Cintai Allah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiayXMnW9frVwRM8rsUPkyJ36t4IpOWb4TTWa8Q_PPkUxFwVkhGsw57HIx3H4iybF93IEWCokvKoIWkBHVemaMKLrN_vVQ1DCFwIqlcEZY1fyaoB0ALMMA8edc3sEZmhxzjtXPmh45T0kc/s1600/posting+4+Amalan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiayXMnW9frVwRM8rsUPkyJ36t4IpOWb4TTWa8Q_PPkUxFwVkhGsw57HIx3H4iybF93IEWCokvKoIWkBHVemaMKLrN_vVQ1DCFwIqlcEZY1fyaoB0ALMMA8edc3sEZmhxzjtXPmh45T0kc/s320/posting+4+Amalan.jpg" width="280" /></a></div>Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra : Rasulullah Saw pernah bersabda, “perbuatan yang engkau lakukan tidak akan menyelamatkan engkau dari api neraka”, mereka berkata, “bahkan engkau sendiri ya Rasulullah?” Nabi Muhammad Saw bersabda, “bahkan aku sendiri, kecuali Allah melindungiku dengan kasih dan rahmatNya. Oleh karena itu lakukanlah perbuatan baik sepatut mungkin, setulus mungkin, sedapat mungkin dan beribadahlah kepada Allah pada pagi dan sore hari, pada sebagian dari malam hari dan bersikaplah al-qashd (mengambil pertengahan dan melaksanakannnya secara tetap) karena dengan cara itulah kamu akan mencapai (surga)”.<br />
<br />
Diriwayatkan dari Aisyah ra : seseorang bertanya kepada Nabi Muhammad Saw, “apakah amal (ibadah) yang paling dicintai Allah?” Nabi Muhammad Saw bersabda,” amal (ibadah) yang dilakukan secara tetap meskipun sedikit”Admin Islam Revolutionhttp://www.blogger.com/profile/00178639993119808687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5313508176929225897.post-53540777407250959652011-04-05T21:00:00.000-07:002011-04-05T21:00:00.896-07:00Calon Rival Obama: Peran Muslim Adalah Membuat Kita Masuk Islam<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDIgOIO-4NPA3xKX_NvE5JmGRgziNb_QCmv95PTwaV5hJdJ8_fDG0TUzF0Sv5EKk0yaiExd5ODcmsitmc1nFAmMIAiF6VffvMxg8nuuYSWdgeErAMUadsVFIhixs4JHqRxMpeeGQ4f5RY/s1600/Posting+3+calon+rival.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDIgOIO-4NPA3xKX_NvE5JmGRgziNb_QCmv95PTwaV5hJdJ8_fDG0TUzF0Sv5EKk0yaiExd5ODcmsitmc1nFAmMIAiF6VffvMxg8nuuYSWdgeErAMUadsVFIhixs4JHqRxMpeeGQ4f5RY/s320/Posting+3+calon+rival.jpg" width="274" /></a></div> WASHINGTON (Berita SuaraMedia) – Penantang calon presiden dari Partai Republik Herman Cain mengatakan dalam sebuah wawancara pada hari Senin (21/3) bahwa dia membenci kaum Muslim "yang berusaha untuk mengubah orang Amerika menjadi pemeluk Islam" dan bahwa agama itu memiliki tujuan untuk mengIslamkan semua orang kafir atau membunuh mereka.<br />
<br />
"Peran kaum Muslim di Amerika adalah untuk membuat kita masuk Islam. Aku benci itu," ujar Cain. "Aku tolak mereka yang berusaha mengIslamkan kita. Dan berdasarkan sedikit pengetahuan yang aku miliki tentang agama Islam, mereka memiliki tujuan untuk mengIslamkan semua orang kafir atau membunuh mereka."<br />
<br />
Cain merubah komentarnya dengan mengatakan bahwa ada beberapa Muslim yang damai tapi rakyat Amerika tidak bisa tinggal diam dan menoleransi mereka yang radikal "hanya karena kita tahu ada beberapa dari mereka yang tidak percaya pada aspek agama Islam yang itu."<br />
<br />
Cain adalah calon partai Republik pertama yang mengumumkan bahwa dia meluncurkan sebuah komite penyelidikan untuk mencalonkan diri sebagai presiden melawan Barack Obama di tahun 2012.<br />
Dalam sebuah wawancara, juru bicara Cain mengatakan bahwa komentarnya tentang mengIslamkan warga Amerika adalah merujuk pada apa yang dia lihat sebagai ancaman dari kaum Muslim yang menyebarkan Syariah di Amerika.<br />
<br />
"Dia merujuk pada hukum Syariah," ujar Direktur Komunitas Cain, Ellen Carmichael. "Aku rasa pernyataan itu sudah jelas. Aku akan memahaminya seperti apa adanya."<br />
Mengenai komentar Cain tentang Islam yang memberikan pilihan antara mengIslamkan atau membunuh, Carmichael mengatakan "Aku cukup yakin bahwa itu merupakan pemahaman umum."<br />
<br />
Mantan CEO Godfather’s Pizza dan eksekutif di Pillsbury, Cain adalah seorang penyiar radio konservatif di Atlanta yang telah menjadi sosok populer dalam konvensi Partai Republik tahun lalu. Cain mungkin paling terkenal untuk bersuara lantang menentang perubahan yang dibuat oleh NAACP (National Association for the Advancement of Colored People) bahwa Tea Party terdiri atas unsur-unsur rasis.<br />
<br />
Bulan lalu, Cain memuncaki jajak pendapat kepresidenan 2012 yang diadakan oleh blog konservatif Red State, mengalahkan Sarah Palin dan Mike Huckabee. Meski demikian, Cain, yang sebelumnya juga mengetuai Asosiasi Restoran Nasional, tidak memiliki pengakuan di luar akar rumput Partai Republik dan bahkan tidak memperoleh suara dalam jajak pendapat presiden yang paling baru.<br />
Dalam sebuah wawancara dengan CNN, Cain mengatakan dia telah termotivasi seumur hidupnya oleh orang-orang yang berpikir bahwa dia tidak bisa menang.<br />
<br />
"Orang-orang yang mengatakan bahwa Herman Cain tidak memiliki kesempatan untuk memenangkan nominasi Partai Republik atau memenangkan kursi kepresidenan, aku hanya akan mengatakan terima kasih," ujarnya. "Karena seumur hidupku aku selalu berada dalam situasi di mana aku tidak seharusnya menjadi wakil presiden Pillsbury, aku tidak seharusnya bisa membangkitkan Godfather’s Pizza, aku tidak seharusnya bisa berhasil menaiki tangga perusahaan di perusahaan Amerika. Jadi kepada orang-orang yang mengatakan aku tidak memiliki kesempata, aku bilang: terima kasih. Karena itu menginspirasiku."Admin Islam Revolutionhttp://www.blogger.com/profile/00178639993119808687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5313508176929225897.post-88161453683209692232011-04-03T21:00:00.000-07:002011-04-18T19:40:53.271-07:00Memupuk Rasa Malu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrNGDg2bMtnD_mxzq_RUVGpYsnMAjmaHNVEH7Mmdj3X0UgfC-AZLS5ntKQK__jhbs1syDk1i3RBovkp7ikg264YnPgcOLqsq0vslMIOEnG8FepBKaKvgr0cZlgYjZxXoerkeK91Y50M_4/s1600/Memupuk+rasa+malu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrNGDg2bMtnD_mxzq_RUVGpYsnMAjmaHNVEH7Mmdj3X0UgfC-AZLS5ntKQK__jhbs1syDk1i3RBovkp7ikg264YnPgcOLqsq0vslMIOEnG8FepBKaKvgr0cZlgYjZxXoerkeK91Y50M_4/s320/Memupuk+rasa+malu.jpg" width="213" /></a></div><div></div><div></div><div><i>Bangsa Indonesia</i> adalah bangsa yang beradab dan mempunyai norma dan etika yang tinggi. Bahkan bangsa ini termasuk ke dalam katagori bangsa yang mempunyai peradaban tinggi, terlihat dari muamalah yang dilakukan masyarakatnya yang mempunyai tradisi dan kebudayaan daerah yang berbeda-beda. Mereka mampu hidup rukun, damai, penuh rasa saling menghargai dan toleransi. </div><br />
Namun dibalik itu, harus jujur kita akui bahwa bangsa Indonesia termasuk kategori bangsa yang memiliki kecakapan luarbiasa untuk melupakan hal-hal yang sebenarnya sangat signifikan mempengaruhi kehidupan kita. Orang menyebut kita bangsa yang mengalami amnesia dengan stadium yang sangat merisaukan. Kalau harus diukur dengan bentangan angka-angka, maka sudah tak berbilang berapa jumlah peristiwa bersejarah lalu-lalang di hadapan kita begitu saja. Peristiwa yang membanggakan atau peristiwa tragis yang meluluhlantakkan perikehidupan manusia. Kini mari bersikap jujur, benarkah peristiwa-peristiwa ini telah menanam kesan yang kuat dalam diri dan hati sehingga mampu mengubah prilaku buruk kita? <br />
<br />
Kalau terjadi peristiwa dan tragedi alam, seperti bencana alam Tsunami di Aceh dan gempa bumi di Balakot dan Mudzafarabad bisa jadi kita akan berkilah, itu semata kodrat dan takdir Allah. Tetapi bagaimana dengan tindakan-tindakan destruktif akibat <i>negative behavior</i> (<i>Su-ul Khuluq</i>) yang dilakukan sebagian anak bangsa. Kini, pilar-pilar demokrasi, politik, hukum serta sosial akan segera runtuh karena kian derasnya tindak pidana korupsi yang dilakukan secara terang-benderang. Tindakan korupsi ini, begitu kuat tertanam, sehingga untuk --jangankan memberantasnya-- mencegah pun akan kesulitan dilakukan oleh siapa pun, apalagi kalau kita hanya berpangku tangan dan cuma mengandalkan tangan-tangan pemerintahan. <br />
<br />
Lantas, alat penakut semacam apa yang bisa membuat para koruptor jera? Rasanya akan sulit menemukan alat paling tepat untuk mengembalikan para koruptor ke jalan yang benar. Sebab, sedari awal Baginda Rasul sudah mewanti-wanti umatnya soal bahaya korupsi bagi tegaknya pilar-pilar kehidupan. Dari <i>saking</i> bahayanya, Rasulullah mengancam para koruptor --salah satu bentuk tindakannya adalah menyuap dan menerima suap-- ini dengan jilatan api neraka. <i>Ar-Roosyi Wal Murtasyii Finnaar</i>; pemberi suap dan penerima suap sama-sama di neraka. <br />
<br />
Kalau neraka saja, bukan alat penakut buat mereka, lantas alat apa yang pantas kita siapkan? Rasanya sulit menemukan jalan paling tepat kecuali kita berharap lahirnya kecerdasan spiritual bagi bangsa tercinta kita.<br />
<br />
Asal muasal tindakan korupsi sebenarnya berawal dari rasa iri, dengki, dan hasad terhadap sesama manusia serta adanya rasa <i>hubud dunya</i> (cinta dunia). Seorang pendengki tidak akan bisa hidup tenang kalau menyaksikan tetangganya bergelimang karunia. Hitungan detik dalam hidupnya, hanya memikirkan tetangganya dengan hati yang mendongkol, sementara tetangga yang menjadi objek sifat irinya dapat tidur nyenyak. Masih bagus kalau dia berharap nikmat serupa tanpa mengusik ketenangan tetangganya. Bila sifat dengki, iri, hasad dan <i>hubud dunya</i> sudah jauh merasuk ke dalam jiwa, maka harapannya cuma satu; bagaimana caranya nikmat itu bisa hilang atau tetangganya pergi jauh dari lingkungannya. Kalau rasa iri begitu dalam menghunjam dalam dirinya, maka ia akan mengambil cara apa pun agar bisa memperoleh kakayaan. Maka lahirlah tindakan suap, sogok, dan akhirnya melakukan tindak korupsi.<br />
<br />
Pantaslah kalau Al-Quran menyebut perbuatan korupsi ini sebagai <i>al-fasad</i> (yang merusak dan menghancurkan), yang layak dihukum dengan hukuman yang seberat-beratnya; seperti dihukum mati, disalib, dipotong tangan dan kakinya dengan timbal balik, atau dibuang dari negeri tempat kediamannya, sebagaimana dikemukakan dalam al-Qur’an Surat al-Maidah ayat 33-34:<br />
<b>إِنَّمَا جَزَاءُ الَّذِينَ يُحَارِبُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الْأَرْضِ فَسَادًا أَنْ يُقَتَّلُوا أَوْ يُصَلَّبُوا أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِنْ خِلَافٍ أَوْ يُنفَوْا مِنْ الْأَرْضِ ذَلِكَ لَهُمْ خِزْيٌ فِي الدُّنيَا وَلَهُمْ فِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ (المائدة33) إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا مِنْ قَبْلِ أَنْ تَقْدِرُوا عَلَيْهِمْ فَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (المائدة34)</b> <br />
"Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan <i>(al-fasad)</i> di muka bumi, hanyalah mereka dihukum mati atau disalib, dipotong tangan dan kakinya secara menyilang, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat nanti mereka memperoleh siksaan yang besar. Kecuali orang-orang yang taubat (di antara mereka) sebelum kamu dapat menguasai (menangkap) mereka; maka ketahuilah bahwasanya Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang."<br />
<br />
Adalah wajar dan sah-sah saja apabila setiap manusia (apa pun posisi, jabatan, pekerjaan, dan keahliannya) mencintai harta. Ini karena ia merupakan hal yang bersifat fitrah dan naluriah, bahkan menjadi sunnatullah dalam kehidupan manusia, sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur’an Surat Ali Imron ayat 14: <br />
<b>زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنْ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنْ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ (آل عمران14)</b><br />
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan (kendaraan mewah), binatang-binatang ternak, dan sawah ladang, dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik."<br />
<br />
Akan tetapi, hal tersebut akan menjadi sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, apabila berubah menjadi <i>hubbud dunya</i> (kecintaan yang berlebih-lebihan kepada harta dunia), yang menjadikan dunia sebagai tujuan akhir dan menghalalkan segala macam cara untuk mendapatkannya. Rasulullah SAW menyebutkan <i>hubbud dunya</i> itu sebagai fitnah terbesar bagi umatnya, sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim, Beliau bersabda: "Setiap umat memiliki fitnah dan ujian, dan fitnah terbesar bagi umatku adalah harta dunia."<br />
<br />
Jika tidak dikendalikan dengan keimanan yang kuat, <i>hubbud dunya</i> ini akan selalu menimpa pada setiap orang, karena memang dunia itu adalah sesuatu yang indah, lezat, dan menggiurkan. Dalam hadits lain riwayat Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda pula: "Sesungguhnya harta dunia ini adalah ibarat tanaman yang hijau (yang sangat menarik) dan terasa manis. Harta dunia akan menjadi sebaik-baiknya sahabat bagi kehidupan seorang Muslim, jika mendapatkannya dengan cara yang benar dan memanfaatkannya dengan cara yang benar pula, seperti untuk menegakkan agama Allah, menolong dan membantu anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnu sabil (orang yang kehabisan bekal dalam perjalanannya). Dan barangsiapa yang mendapatkannya dengan cara yang tidak benar, maka ibarat orang yang makan tetapi tidak pernah merasa kenyang, dan kelak akan menjadi saksi pada hari kiamat (yang memberatkan)."<br />
<br />
Banyaknya kalangan yang jatuh dan bertekuk lutut pada pelukan <i>hubbud dunya</i>, di samping karena indah, manis, dan lezatnya, juga karena ada anggapan bahwa fitnah dan ujian itu hanyalah dengan sesuatu yang dianggap menyakitkan, seperti kelaparan, kemiskinan, kekurangan dan menderita sakit. Sedangkan, pangkat, jabatan, kedudukan harta, ilmu pengetahuan, kesehatan, dan popularitas bukan dianggap ujian dan cobaan, tetapi adalah semata-mata kenikmatan dan karunia. Oleh karena itu banyak orang yang tidak hati-hati ketika mendapatkannya, bahkan cenderung lupa daratan. Padahal Allah SWT sudah mengingatkan hal ini dengan firman-Nya pada al-Qur’an Surat Al-Anbiya ayat 35: <br />
<b>كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ (الأنبياء35)</b><br />
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan."<br />
<br />
Ketika mengomentari ayat tersebut (QS Al Anbiya: 35), Sayyid Quthb dalam Tafsir Fi Dzilalil Qur'an, menyatakan adalah tidak perlu penjelasan yang rinci jika fitnah dan ujian dalam bentuk hal-hal yang menyakitkan, karena hampir setiap orang pasti memahami dan menyadarinya. Tetapi, terhadap bentuk ujian dengan hal-hal yang dianggap baik dan menyenangkan perlu terus menerus dikumandangkan dan disosialisasikan, karena banyak orang yang tidak menyadarinya. Banyak orang yang <i>kufrun ni'mah</i> (tidak memanfaatkan anugerah Allah untuk kemaslahatan bersama) dan kemudian memanfaatkannya untuk kepentingan diri sendiri. Akibatnya, orang tersebut menderita selama-lamanya (di dunia maupun di akhirat), walaupun pada mulanya seolah-olah mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan.<br />
<br />
Kapankah sifat iri, dengki, hasad, <i>hubud dunya</i> mengantarkan seseorang kepada tindakan durjana ini? Kalau rasa malu sudah merasa malu tinggal dalam diri seseorang yang memiliki sifat-sifat rendah tersebut. Ia sudah tidak mamiliki rasa malu untuk berbuat apa saja asal harapannya tercapai. Kalau rasa malu sudah hilang tak tersisa, maka semua jalan yang telah disyariatkan agama pun akan ia langgar. Hatinya tak akan pernah luluh meski berpanjang-pancang tiang firman Allah dihunjamkan ke hatinya. Kalau rasa malu sudah hilang tandas, maka Tuhan juga akan dengan cepat ia tanggalkan. Semua kisi-kisi hatinya dipenuhi kegandrungan terhadap dunia, harta didapat dengan cara-cara yang tidak halal. Ia berani menentang Tuhan, seakan-akan Dia tidak pernah ada. Jangan merasa malu terhadap Tuhan, Dzat yang dia tak mampu mencerna kehadiran-Nya, terhadap keluarganya pun ia tak akan sanggup mengundang rasa malu bertengger di hatinya.<br />
<br />
Di sinilah, ketika alat penakut sudah sulit kita temukan, mendatangkan rasa malu menjadi sebuah awal yang bagus untuk menghindarkan seseorang dari tindak pidana korupsi. <i>Al-Hayaa-u Minal Iman</i>; (Malu sebagian dari iman). Bagaimana konsep malu menurut versi Rasulullah? <i>"Orang yang ingin malu dengan sebenar-benarnya di hadapan Allah SWT, hendaklah menjaga pikiran dan hatinya. Hendaklah ia menjaga perutnya dan apa yang dimakannya. Hendaklah ia mengingat mati dan fitnah kubur."</i> <br />
<br />
Para cerdik pandai selalu mengingatkan kita untuk mampu menjaga rasa malu agar tetap hidup dalam hati kita dengan cara selalu berlapang dada untuk berteman dengan orang yang terbiasa dipermalukan. Seorang sufi besar, Yahya Bin Mu'adz pernah menyitir rasa malu ini dengan begitu indahnya. Katanya, <i>"Bagi manusia yang malu di hadapan Allah SWT ketika taat, maka Allah akan malu ketika ia berbuat dosa."</i><br />
Mengundang rasa malu yang sudah terlanjur jauh meninggalkan kita, memang tidaklah mudah. Betapa dahsyatnya rasa malu ini, sampai-sampai Tuhan Yang Maha Perkasa sekalipun memiliki sifat tersebut. Menurut Muadz Bin Jabal ra, sebuah Hadits Qudsi meriwayatkan soal rasa malu Tuhan ini. <i>"Hamba-Ku telah berlaku tidak adil terhadap diri-Ku. Ia meminta kepada-Ku, tetapi Aku malu untuk tidak mengabulkan keinginannya. Padahal ia tidak pernah malu bermaksiat kepada-Ku."</i> <br />
<br />
Sifat malu sesungguhnya merupakan kunci paling fundamental untuk menakar tingkat kedekatan seorang hamba kepada Tuhannya. Bila seseorang sudah tidak punya rasa malu, maka ia akan berbuat apa saja. Serba tegas untuk menindas, serba sampai hati memeras bawahannya, serba mungkin memindahkan angka-angka kemiskinan menjadi lembar-lembar dolar ke dalam rekening pribadi.<br />
<br />
Tak adakah rasa malu kepada Allah SWT saat kita sodorkan lembaran-lembaran mata uang kepada istri kita untuk dibelikan bahan makanan, tetapi uang tersebut hasil memeras atau hasil korupsi yang akan segera menjadi darah daging dalam tubuh anak-anak kita? Masihkah tersisa rasa malu terhadap Allah SWT ketika makanan sudah tersaji, tetapi itu jelas-jelas hak orang lain? Di tengah-tengah kita, rasa malu tak tersisa lagi. Kalau masih sadar, malu rasanya kita mengundang kembali rasa malu untuk secara suka rela bersemayam dalam hati kita karena ia terlanjur malu menghuni rumah yang menolak kehadiran rasa malu. <i>"Allah malu menyerahkan Buku Induk Akhirat kepada hamba-Nya secara berhadap-hadapan karena isinya cuma daftar dosa-dosa,"</i> kata Imam al-Qusyairy an-Naishabury dalam bukunya <i>Ar-Risalah al-Qusyairiyah</i> mengutip sebuah Hadits Qudsi.<br />
<br />
Apa keuntungan yang bakal kita dapat kalau kita meneguhkan rasa malu? Abu Sulaiman Ad-Darany berkata, "Allah SWT berfirman: Wahai hamba-Ku, selama engkau malu di hadapan-Ku, Aku akan membuat manusia lupa kekuranganmu. Aku akan membuat muka bumi lupa akan dosa-dosamu. Aku akan menghapuskan dosa-dosamu dari Buku Catatan Induk dan Aku tidak akan meneliti amalanmu pada Hari Kebangkitan." Para koruptor adalah saudara kita juga. Mari kita ingatkan mereka bahwa Tuhan Maha Melihat.<br />
<div><br />
<b>Abdur-Rahim Yunus </b></div>Admin Islam Revolutionhttp://www.blogger.com/profile/00178639993119808687noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5313508176929225897.post-84954246237976048882011-04-01T21:00:00.000-07:002011-04-01T21:00:00.466-07:00Welcome<div class="entry"> <div class="main"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUJGTXzmM-FYN6RVnimh-jq5KJyorRIhkJ3KPBSG8J759Du0C7QJbmlUODoYbdH_14YoXzwO-Qs4Z2dyb7f4RGFH-PPTYup5hjfzisGLXKq410wMqNVUKoX7D27TLDy7WpAbnNDMlcYhM/s1600/Postingan+1+Welcome.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUJGTXzmM-FYN6RVnimh-jq5KJyorRIhkJ3KPBSG8J759Du0C7QJbmlUODoYbdH_14YoXzwO-Qs4Z2dyb7f4RGFH-PPTYup5hjfzisGLXKq410wMqNVUKoX7D27TLDy7WpAbnNDMlcYhM/s320/Postingan+1+Welcome.gif" width="316" /></a></div><div class="snap_preview"><br />
<br />
Asallamu’alaikum wr.wb</div><div class="snap_preview"></div><div class="snap_preview"></div><div class="snap_preview"><br />
Yah langsung saja Selamat datang di situs atau bisa di bilang juga blog "Mungil" saya ini. Walau sebetulnya saya masih berharap banyak utuk menyaingi para senior di atas saya. </div><div class="snap_preview"><br />
Untuk itu saya persilahkan bagi anda untuk sekedar melihat/mengunjungi situs yang saya buat ini. Dalam situs ini saya berusaha untuk mempost Artikel yang bernuansa "Islami". yah semoga banyak yang mendukung dengan adanya blog "mungil saya ini.<br />
</div><div class="snap_preview">Dan saya berharap padakunjungan anda apabila anda meluangkan waktu untuk mengisi komentar pengunjung. Karena dengan komentar anda sekalian di harapkanya blog ini akan berkembang, semoga :D<br />
<br />
Hehe, Udah sekian dulu deh.<br />
Akhirnya tiada gading yang tak retak, bila ada kekurangan dan kesalahan untuk itu saya hanya mohon maaf .</div><div class="snap_preview"></div><div class="snap_preview"></div><div class="snap_preview"></div><div class="snap_preview"></div><div class="snap_preview"></div><div class="snap_preview"></div><div class="snap_preview"></div><div class="snap_preview"> </div><div class="snap_preview">Enjoy Blogging whit "Little Hero" ^_^</div><div class="snap_preview"></div></div></div>Admin Islam Revolutionhttp://www.blogger.com/profile/00178639993119808687noreply@blogger.com0